BMKG Pantau Gempa dan Perairan Selat Sunda, Minta Masyarakat Waspada

12 Januari 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga membakar puing bangunan yang rusak akibat gelombang tsunami di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (2/1). (Foto:  ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Warga membakar puing bangunan yang rusak akibat gelombang tsunami di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (2/1). (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
ADVERTISEMENT
Bencana tsunami masih membayangi sejumlah wilayah di sekitar Selat Sunda. BMKG mencatat ada tiga sumber tsunami Selat Sunda, yakni Kompleks Gunung Anak Krakatau (GAK), Zona Graben, dan Zona Megathrust.
ADVERTISEMENT
Guna meminimalisir dampak tsunami Selat Sunda, Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengatakan pihaknya terus memantau aktivitas gempa dan tinggi permukaan air laut di Selat Sunda.
“Atas dasar itulah hingga saat ini BMKG tetap memantau perkembangan kegempaan dan fluktuasi muka air laut di Selat Sunda. BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai zona bahaya dengan radius 500 meter dari bibir pantai yang elevasi ketinggiannya kurang dari 5 meter,” ujar Sadly dalam siaran persnya, Sabtu (12/1).
Dia menerangkan, pada 11-12 Januari, BMKG mencatat terjadi gempa beruntun di Selat Sunda. Meski begitu, BMKG memastikan kejadian itu tidak mengakibatkan kenaikan permukaan air laut.
Gambar udara kondisi Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar udara kondisi Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan pihaknya telah memasang beberapa sensor water level, buoy, dan radar tsunami untuk memantau kegempaan dan fluktuasi muka air laut. Alat dipasang di sejumlah titik di Selat Sunda, seperti Pulau Sebesi, Ujung Kulon, dan Labuan.
ADVERTISEMENT
“Penambahan peralatan tersebut untuk mempercepat pengiriman data hasil pengamatan aktivitas kegempaan dan fluktuasi muka air laut yang terpantau. Dengan begitu, kita memiliki lebih banyak waktu untuk meminimalisir jumlah korban akibat gempa maupun tsunami di wilayah pesisir Selat Sunda,” kata Dwikorita.
Agar semakin maksimal proses pemantauan itu, BMKG merekomendasikan pemerintah untuk membangun BTS (Base Transceiver Station) khusus di sekitar GAK dan Ujung Kulon.
Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk melakukan cek dan kroscek informasi melalui kanal-kanal resmi milik BMKG. Hal itu dilakukan untuk menghindari berita hoaks.
“Jangan terpancing isu hoaks, pantau terus InfoBMKG untuk update informasi kegempaan dan tsunami serta info prakiraan cuaca serta iklim. Sedangkan informasi mengenai erupsi gunung api dan zona rentan longsor masyarakat bisa memonitor Magma Indonesia,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT