Boeing Tahu Ada Cacat pada 737 Max Sebelum Tragedi Lion Air

6 Mei 2019 17:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Boeing 737 Max milik Southwest Airlines yang dilarang terbang Foto: Reuters/Mike Blake
zoom-in-whitePerbesar
Boeing 737 Max milik Southwest Airlines yang dilarang terbang Foto: Reuters/Mike Blake
ADVERTISEMENT
Boeing mengetahui adanya cacat pada sistem sensor pesawat 737 MAX 8 sebelum insiden Lion Air dan Ethiopian Airlines. Namun cacat tersebut dianggap kecil, sehingga tidak terlalu digubris.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Minggu (5/5), cacat tersebut terjadi pada ketidakcocokan antara piranti lunak 737 Max dengan alarm Angle of Attack Disagree (AOA Disagree). Hal ini diketahui sejak pengiriman pertama 737 Max 8 pada 2017. Namun ketika itu, teknisi Boeing tidak membenahi kesalahannya.
"Pada 2017, beberapa bulan setelah dimulainya pengiriman 747 Max, teknisi Boeing mengidentifikasi piranti lunak sistem display 737 Max tidak memenuhi persyaratan alarm AOA Disagree," kata pernyataan Boeing.
Fungsi AOA Disagree adalah untuk memberitahu pilot jika salah satu sensor angle of attack pesawat tidak bekerja alias rusak. Angle of attack terjadi ketika hidung pesawat terlalu naik, berpotensi terjadinya stall atau kehilangan daya angkat sehingga pesawat bisa jatuh.
Kerusakan sensor AOA inilah yang disebut menyebabkan kecelakaan Lion Air pada Oktober 2018 yang menewaskan 189 orang dan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang pada Maret lalu. Sensor AOA membaca pesawat terlalu naik sehingga memicu sistem automasi MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) menurunkan hidung pesawat.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 Foto: Reuters/Jason Redmond/File Photo
Dalam dua kasus kecelakaan, pilot berusaha berulang kali menaikkan hidung pesawat namun MCAS terus menurunkannya. Hal ini yang kemudian membuat pesawat menukik jatuh.
ADVERTISEMENT
Menurut Boeing, AOA Disagree adalah fitur tambahan 737 Max 8 yang harus dibeli oleh maskapai. Lion Air dan Ethiopian Airlines tidak membeli fitur tambahan ini.
Sumber badan aviasi Amerika Serikat (FAA) kepada Reuters mengatakan, Boeing baru memberitahukan fitur ini kepada mereka 13 bulan kemudian, setelah kecelakaan Lion Air.
Dalam tinjauan Boeing, ketiadaan fitur AOA Disagree tidak berdampak pada keamanan dan operasional penerbangan. Namun menurut bekas teknisi Boeing yang dikutip CNN, fitur ini seharusnya bisa jadi penyelamat.
AOA Disagree bisa memberi tahu pilot adanya malfungsi sensor pesawat. Pilot bisa langsung mematikan automasi MCAS sehingga tidak terus menerus menurunkan hidung pesawat.
Sumber CNN juga mengatakan, 737 Max 8 yang saat ini hanya mengandalkan satu sensor AOA sangat rawan malfungsi. Boeing juga tidak menguji terbang 737 Max 8 untuk mengetahui apa jadinya jika sensor AOA rusak dan memicu automasi MCAS.
ADVERTISEMENT