BPBD DIY Pasang Alat Pendeteksi Longsor di Bantul

9 Desember 2018 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi longsor (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi longsor (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memasang satu paket peranti canggih pendeteksi longsor di tiga desa di Kabupaten Bantul. Pemasangan alat itu untuk mengantisipasi potensi longsor selama musim hujan.
ADVERTISEMENT
"Pemasangan itu dilakukan saat ini, karena harganya juga mahal sehingga baru sebagai percontohan dulu," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) BPBD DIY, Danang Samsurizal di Yogyakarta, seperti dilansir Antara, Minggu (9/12).
Danang mengatakan satu paket peranti canggih pendeteksi gerakan tanah itu terdiri atas inklinometer yang berfungsi mengukur kemiringan bidang tanah. Kemudian ekstensometer untuk mendeteksi pergerakan tanah, serta soil moistur untuk mengukur kelembaban atau kadar air pada tanah.
Dia menyebu hasil analisis potensi longsor itu dapat dipantau setiap saat melalui telepon pintar atau gawai.
"Hasil pemantauan akan dikombinasikan melalui rumus robotik yang akan menyimpulkan seberapa mengancam potensi longsornya. Kami juga dapat membunyikan sirine melalui gawai dari sini (Kantor BPBD DIY),"ujar Danang.
ADVERTISEMENT
Lokasi pemasangan alat itu yakni di Desa Selopamioro, Wonolelo (Kecamatan Imogiri), dan Srimanganti (Kecamatan Piyungan) Kabupaten Bantul.
Dia mengemukakan pemasangan alat itu baru percontohan. Ke depannya, alat itu ditargetkan dapat dipasang di 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman, dan Kulon Progo di DIY. Sejumlah daerah yang disebut Danang itu dinilai memiliki risiko tinggi tanah longsor selama musim hujan.
Berdasarkan pemetaan BPBD, kecamatan berisiko tinggi longsor meliputi Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pleret, serta Piyungan (Bantul), Patuk Gedang Sari, Ngawen, Nglipar, Semin, Ponjong (Gunung Kidul), Kokap, Pengasih, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang (Kulon Progo), serta Prambanan (Sleman).
Danang mengatakan BPBD memetakan tingkat kerawanan longsor tersebut berdasarkan zona kawasan yang berpotensi mengalami gerakan tanah di DIY. Data itu dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun ini.
ADVERTISEMENT
PVMBG mendata 64 kecamatan di DIY terindentifikasi memiliki potensi gerakan tanah, mulai dari level menengah sampai tinggi.
Danang mengimbau warga mewaspadai tanda-tanda risiko tanah longsor seperti retakan tanah di lereng atau pinggiran sungai, sumber mata air baru, serta suara gemuruh.
"Apabila menemukan tanda-tanda, itu masyarakat bisa melaporkan kepada tim reaksi cepat (TRC) atau relawan setempat," kata dia