BPBD Sleman: Belum Ada Potensi Banjir Lahar Dingin Merapi

18 Januari 2019 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
ADVERTISEMENT
Intensitas hujan di sejumlah wilayah DIY, termasuk Kabupaten Sleman mulai tinggi beberapa hari ini. Begitu juga dengan aktivitas Gunung Merapi. Dalam kurun waktu sehari, terjadi 50 guguran lava pijar.
ADVERTISEMENT
Curah hujan yang tinggi dan juga peningkatan aktivitas Gunung Merapi membuat sejumlah pihak khawatir akan menimbulkan banjir lahar dingin dari Gunung Merapi ke Kali Gendol, Sleman.
Namun, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Joko Supriyanto memastikan belum ada ancaman banjir lahar dingin dari Gunung Merapi di Kali Gendol, Sleman.
Enggak ada (banjir lahar dingin). Enggak mengancam banjir material lahar dingin, wong guguran Merapi saja cuma segelintir,” ujarnya saat dihubungi kumparan, Jumat (18/1/2019).
Sementara itu, terkait material sisa erupsi Merapi tahun 2010 silam, Joko memastikan material sudah menipis sehingga tidak mengancam adanya banjir lahar dingin. Selain itu kondisi Kali Gendol yang luas cukup untuk menampung debit air hujan selama ini.
ADVERTISEMENT
“Material sisa (erupsi Merapi) 2010 sudah habis dikeruki jadi tidak mengancam,” katanya.
Di sisi lain, Early Warning System (EWS) yang terpasang di sekitar Kali Gendol akan membantu pihaknya jika ada ancaman banjir. Selain itu,Joko juga mengatakan lembaganya membuka posko nomor telepon yang bisa dihubungi masyarakat.
“EWS banjir di Kali Gendol kami pasang dekat kali itu dalam rangka kami amati, nanti kita bunyikan kalau berbahaya. Yang jelas kami stand by 24 jam buka telepon yang bisa dihubungi di posko Pakem. Relawan sudah siap semua untuk antisipasi,” katanya.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat rata-rata terjadi 50 guguran di Gunung Merapi dalam sehari. Namun, tidak semua dari guguran tersebut merupakan lava pijar.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata guguran dalam sehari 50 kali. Kalau melihat dari data-data kami. Range 30-70 guguran jadi rata-rata 50 guguran,” kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida.
“Tidak selalu (guguran) jadi lava pijar yang teramati itu. Guguran tidak selalu berupa lava pijar. Tidak selalu perhari (muncul lava pijar),” katanya.