BPBD Tunda Penggunaan Water Bombing Karhutla Gunung Merbabu dan Slamet

23 September 2019 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran di Gunung Merbabu Foto: Dok.Balai Taman Nasional Gunung Merbabu
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran di Gunung Merbabu Foto: Dok.Balai Taman Nasional Gunung Merbabu
ADVERTISEMENT
BPBD Provinsi Jawa Tengah menunda penggunaan water bombing untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Gunung Merbabu dan juga Gunung Slamet. Sebelumnya, mereka hendak menggunakan water bombing untuk memadamkan api di dua lokasi itu.
ADVERTISEMENT
Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto mengatakan, keputusan ini karena para relawan saat ini masih bisa memadamkan api secara manual.
"Penggunaan water bombing di-pending karena bisa diselesaikan dengan manual. Dengan (sinergi) relawan, TNI Polri dan dari Perhutani," kata Sudaryanto saat dihubungi, Senin (23/9).
Di sisi lain, heli milik BNPB saat ini masih digunakan untuk pemadaman karhutla yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, ketersediaan air dan titik pendaratan juga harus diperhatikan.
"Jangan sampai (sumber air) enggak ada. Angin besar juga jadi kendala. Kemudian SUTET ada atau enggak," ujarnya.
Kobaran api membakar hutan pinus di lereng bagian timur Gunung Slamet pada petak 58a, terlihat dari Desa Serang, Karang Reja, Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (12/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Tak hanya itu, kendala bea operasi Heli water bombing yang mahal juga jadi pertimbangan. Meski sebenarnya penggunaan water bombing ini ideal untuk pemadaman di wilayah pegunungan.
ADVERTISEMENT
"Paling tidak Rp 500 juta, operasi per jam Rp 200 juta. Padahal setidaknya 2-3 jam terbang untuk pemadaman," katanya.
Sudaryanto menyebut, relawan yang masih bertugas memadamkan api juga sedang memetakan wilayah dengan menggunakan drone. Termasuk untuk mendeteksi titik api.
Pihaknya juga harus memastikan pasokan logistik bagi tim pemadaman tercukupi. Sebab, dalam aktivitas pemadaman yang paling utama adalah kesehatan fisik para relawan.
"Mudah-mudahan akhir Oktober bisa turun hujan. Sehingga padam gunung-gunung yang terbakar," harapnya.