BPN soal Polisi Imbau Tak Ada Aksi pada 22 Mei: Narasi Tebar Ketakutan

18 Mei 2019 7:29 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koordinator juru bicara BPN, Dahnil Anzhar Simanjuntak di Kertanegara, Jakarta Selatan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Koordinator juru bicara BPN, Dahnil Anzhar Simanjuntak di Kertanegara, Jakarta Selatan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menanggapi imbauan polisi yang meminta tak ada aksi saat pengumuman hasil pemilu pada 22 Mei 2019 karena rawan jadi target teroris.
ADVERTISEMENT
Menurut Koordinator Juru Bicara BPN, Dahnil Azhar Simanjuntak, imbauan polisi tersebut sebagai upaya menebar narasi ketakutan.
Sebab menurut Dahnil, cara yang sama pernah digunakan polisi untuk meredam aksi 411 dan 212.
"Ini narasi menebar ketertakutan, dan teror. Hal yang sama juga dilakukan oleh kepolisian ketika aksi 411, 212 dulu. Jadi ini narasi yang berulang-ulang. Narasi teroris politik," kata Dahnil saat dihubungi, Sabtu (18/5).
Selain itu, Dahnil melihat ada hal kontradiktif dalam pernyataan polisi soal potensi teror yang menyasar demontrasi pada 22 Mei 2019.
"Di satu sisi pemerintah menuduh bahwa aksi-aksi 212 dulu, dan aksi-aksi massa yang tidak percaya dengan pemerintah ditunggangi terorisme, tapi di sisi lain aksi itu akan menjadi target teroris. Lucu memang," katanya.
Ilustrasi Densus 88 Foto: MN Kanwa/ANTARA
Diketahui Mabes Polri mengimbau masyarakat tidak turun ke jalan pada 22 Mei 2019. Imbauan ini dikeluarkan karena ada kekhawatiran yang menyerang massa pada hari penetapan hasil rekapitulasi suara Pemilu.
ADVERTISEMENT
Kadiv Humas Polri Irjen M. Iqbal mengatakan, kekhawatiran itu muncul setelah Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap sejumlah terduga teroris dalam beberapa bulan belakangan ini. Beberapa terduga teroris itu disebut sudah merencanakan penyerangan saat pengumuman oleh KPU berlangsung.
"(Terduga teroris) merencanakan aksi amaliyah. Nah ini ya, melaksanakan aksi amaliyah atau aksi teror dengan menyerang kerumunan massa pada tanggal 22 Mei mendatang dengan menggunakan bom," ujar Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).
Iqbal menjelaskan, kelompok tersebut sengaja memanfaatkan momentum pesta demokrasi. Seperti diketahui, tanggal 22 Mei merupakan waktu pengumuman pemenang Pilpres 2019.
"Karena bagi kelompok ini, demokrasi adalah paham yang tidak sealiran dengan mereka. Dan ini (massa) adalah target mereka," jelas Iqbal.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu lewat forum ini, Kepolisian RI, saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara, menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," imbuhnya.