BSSN: Ancaman Siber saat Pemilu Bisa Lumpuhkan Negara

27 Maret 2019 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BSSN Djoko Setiadi (tengah) di Reformasi Birokrasi Expo, Auditorium Roebioni Kertopati, Jakarta. Foto:  Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BSSN Djoko Setiadi (tengah) di Reformasi Birokrasi Expo, Auditorium Roebioni Kertopati, Jakarta. Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menemukan adanya potensi ancaman siber di pemilu serentak 2019. Ancaman siber bahkan mampu melumpuhkan negara.
ADVERTISEMENT
"Ancaman ini mempunyai spektrum dampak yang sangat luas bahkan bisa menyebabkan lumpuhnya sebuah negara. Mulai dari mengganggu privasi individu hingga melumpuhkan sebuah negara," ujar Kepala BSSN Djoko Setiadi di Hotel Grand Paragon, Jakarta, Rabu (27/3).
"Seperti serangan siber yang melumpuhkan Estonia tahun 2007. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 di Indonesia tidak luput dari adanya potensi ancaman serangan siber ini," lanjutnya.
Dia menyebut jenis ancaman siber yang mungkin terjadi pada pemilu di Indonesia, yaitu hack, leak, dan amplify.
Hack merupakan serangan yang bertujuan untuk mengganggu infrastruktur yang digunakan dalam pemilu. Adapun cara yang digunakan untuk mengganggu infrastruktur siber pemilu seperti dengan melakukan, deface, DDoS, atau membuat web palsu, dan metode hacking lainnya.
Ilustrasi Hacker Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Sedangkan leak, merupakan serangan yang berupa pembocoran informasi yang menyasar peserta kampanye hingga peserta pemilu. Pembocoran ini salah satunya untuk memanfaatkan data pribadi para peserta pemilu untuk kepentingan tertentu.
"Ini merupakan serangan micro targeting, di mana target adalah peserta pemilu sampai peserta kampanye. Misalnya dengan cara menargetkan data peserta ataupun konstituen pemilu. Data atau informasi peserta yang bersifat privat dicuri dan dimanfaatkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu," jelasnya.
Adapun amplify merupakan serangan yang berkaitan dengan memviralkan data atau informasi pribadi peserta pemilu yang diperoleh melalui serangan leak. Serangan ini bertujuan untuk menyerang peserta pemilu atau kita sebut sebagai black campaign.
"Jika dilihat dari insiden terbaru, teknik amplify sudah mulai digunakan sehingga kita perlu mewaspadai penggunaan kedua teknik tersebut. Ancaman tersebut merupakan ancaman yang sangat mungkin terjadi pada Pemilu 2019 yang akan datang," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, jika ancaman siber tidak ditangani, maka akan sangat mengganggu kelangsungan pemilu. Hal tersebut juga dapat membuat efek menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu.
"Jika ketiga ancaman tersebut terjadi secara masif maka penyelenggaraan Pemilu 2019 akan sangat terganggu, karena efek sosial yang ditimbulkan sangatlah besar, terutama terkait kepercayaan terhadap penyelenggara dan kontestan pemilu," ucapnya.