Budiman Sudjatmiko Sindir Sandi: Tak Ada Pemimpin Jadi Ulama Mendadak

19 September 2018 15:10 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko menghadiri deklarasi relawan Komunitas Muda Amin Indonesia (KMA Indonesia) di Posko Pemenangan Cemara, Rabu (19/8). Dalam sambutannya, Budiman menyambut baik dan mengapresiasi dukungan dari anak-anak muda kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
"Kenapa harus memilih Jokowi-Ma'ruf, saya meyakini apa yang diakukan Jokowi melaksanakan amanat pembukaan UUD 45, memajukan kesejahteraan umum. Saya membayangkan Jokowi dan Ma'ruf Amin akan menuntaskan pekerjaan tersebut," ujar Budiman di hadapan para relawan, Rabu (19/8).
"Mengurangi kesenjangan kota-desa, mengurangi kesenjangan Jawa-luar Jawa dan hal-hal lainnya yang sudah dilakukan di periode pertama. Nanti tentu akan diteruskan dengan membangun kecerdasan bangsa," imbuhnya.
Budiman kemudian menyindir fenomena penyematan gelar ulama kepada bakal cawapres Sandiaga Uno. Menurut Budiman, semua pemimpin, termasuk ulama, pasti dari lahir proses yang panjang dan tidak dadakan atau instan.
"Tidak ada pemimpin itu yang menjadi ulama mendadak atau kiai mendadak, memangnya itu sertifikat yang bisa dibeli apa," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan, Ma'ruf menjadi seorang kiai tidak instan. Sebab, Ma'ruf sudah berproses dari bawah dan sekarang ilmu agamannya diakui oleh semua pihak.
Tak hanya itu, kesederhanaan pemimpin juga tidak bisa dibuat hanya karena ada kepentingan politik. Sehingga, ia yakin masyarakat pasti bisa membedakan mana yang benar-benar pemimpin dan bukan pemimpin.
"Berapa puluh tahun Pak Ma'ruf Amin berproses untuk menjadi ulama. Kalau segala sesuatu serba instan, ulama instan, pemimpin instan, ramah hanya kalau butuh. Rendah hati kalau saat butuh, naik MetroMini kalau ingin dipotret, padahal kesehariannya tidak seperti itu, enggak bisa," jelasnya.
"Indonesia negara besar, wong ngurus negara kecil saja pakai proses apalagi negara besar," tutur Budiman.
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi (Foto: kumparan)
Karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin yang benar-benar berasal dari bawah. Dan mengabaikan pemimpin yang dicetak serba instan.
ADVERTISEMENT
"Mari kita pilih pemimpin yang dari bawah yang sudah berproses. Pak Jokowi berproses untuk jadi presiden, sebelumnya wali kota dan gubernur dan sebelumnya tukang kayu," kata dia.
"Ma'ruf Amin jadi ulama berproses dari ketua MUI, proses di NU dan dari kampung," jelas Budiman.
Acara deklarasi itu ditutup dengan pernyataan sikap dari relawan KMA Indonesia. Selain Budiman, Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono dan Wasekjen Perindo Debora Debby Wage juga hadir.