Buntut Kisruh, Arab Saudi Akan Pindahkan 15 Ribu Mahasiswa dari Kanada

7 Agustus 2018 13:54 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa University of Toronto. (Foto: Facebook/University of Toronto Tri Campus Snowball Fight/Matt McConnell)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa University of Toronto. (Foto: Facebook/University of Toronto Tri Campus Snowball Fight/Matt McConnell)
ADVERTISEMENT
Arab Saudi dan Kanada tengah terlibat konflik diplomatik, berujung pada pengusiran dubes dan penghentian kerja sama. Ikut terkena getahnya adalah ribuan mahasiswa Saudi yang saat ini tengah menempuh studi di Kanada.
ADVERTISEMENT
Pada Senin (6/8) seperti dikutip Reuters, pemerintah Arab Saudi mengumumkan penghentian program pertukaran pendidikan dengan Kanada. Menurut laporan Al-Arabiya, seluruh "pelatihan dan beasiswa" mahasiswa Saudi di Kanada ditangguhkan. Para mahasiswa Saudi di Kanada akan dipulangkan dan dipindahkan untuk belajar di negara lain.
Dikutip media Globe and Mail, pejabat Saudi yang tidak disebut namanya mengatakan ada lebih dari 15 ribu mahasiswa mereka yang mendapat beasiswa Kerajaan untuk kuliah di Kanada. Ditambah dengan anggota keluarga yang juga ditanggung, jumlahnya sekitar 20 ribu orang.
Pejabat Saudi tersebut mengatakan, pemerintah akan memindahkan mereka untuk menempuh studi yang sama di negara dengan sistem pendidikan serupa, seperti Amerika Serikat atau Inggris.
Bendera Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Kanada (Foto: Daniel Chrisendo/kumparan)
Kebanyakan mahasiswa Arab Saudi di Kanada adalah peserta program beasiswa Raja Abdullah. Beasiswa ini meliputi biaya kuliah, penerbangan, akomodasi, dan biaya hidup yang besarannya berbeda setiap provinsi dan program studi.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Saudi penerima beasiswa di University of British Columbia atau University of Toronto, contohnya, mendapat biaya kuliah antara USD 30 ribu-80 ribu (Rp 330 juta-900 juta), di luar biaya hidup yang juga diberikan Kerajaan.
"Untuk Universitas-universitas di Kanada, ini adalah pukulan telak," kata Thomas Juneau, asisten profesor hubungan internasional di University of Ottawa. "Arab Saudi adalah pengirim mahasiswa terbesar keempat ke negara ini."
Hubungan diplomatik kedua negara memburuk setelah Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland di akun Twitternya pekan lalu mengomentari penangkapan aktivis HAM Samar Badawi, kakak dari penulis Raif Badawi, yang juga dipenjara. Istri Badawi, Ensaf Haidar, kini tinggal di Quebec bersama tiga anaknya dan mendapatkan kewarganegaraan Kanada.
Sehari setelahnya, Kementerian Luar Negeri Kanada mengeluarkan seruan yang sama, agar Saudi membebaskan para aktivis HAM, termasuk Samar Badawi.
ADVERTISEMENT
Arab Saudi langsung marah, membalas komentar dalam serangkaian tweet. Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan komentar Kanada itu adalah bentuk campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka.
"KSA (Kerajaan Arab Saudi) dalam sejarahnya tidak pernah dan tidak akan menerima setiap bentuk intervensi dalam masalah dalam negeri Kerajaan. KSA menganggap posisi Kanada sebagai serangan terhadap KSA dan memerlukan tindakan tegas," tulis Kemlu Saudi.
Pada Minggu (5/8), Saudi menarik duta besarnya dari Kanada dan memberi waktu 24 jam bagi dubes Kanada di Saudi untuk hengkang. Saudi juga menghentikan seluruh kerja sama dengan Kanada dan menangguhkan penerbangan langsung ke negara itu oleh maskapai Saudia.
Kanada tidak gentar. Freeland mengatakan "Kanada akan selalu membela hak asasi di Kanada dan seluruh dunia, dan hak wanita adalah hak asasi manusia."
Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir (Foto: Carlos Barria/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir (Foto: Carlos Barria/Reuters)
Kendati demikian, Freeland menyayangkan pemindahan para mahasiswa Kanada dari negara itu. "Sangat disayangkan bagi mahasiswa itu jika mereka dilarang memiliki kesempatan studi di sini," ujar Freeland dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan Kanada telah mendapatkan informasi "yang menyesatkan" soal para aktivis. Menurut Jubeir, para tahanan adalah subjek dari hukum Saudi yang dijamin hak-haknya.
Dia menegaskan bahwa negaranya tidak akan menoleransi setiap bentuk campur tangan negara lain.
"Kerajaan Saudi tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan Saudi tidak akan menerima upaya campur tangan dalam urusan negara kami. Kami meresponsnya dengan tegas," kata Jubeir.