Cak Nun Wanti-wanti Jangan Sampai Ada Kevakuman Presiden

29 Maret 2019 15:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budayawan dan sastrawan, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Budayawan dan sastrawan, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sastrawan dan budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun berpesan jangan sampai terjadi kavakuman presiden atau kekosongan jabatan kepresidenan pasca Pilpres 2019. Pesan ini dia sampaikan agar setiap orang lebih mengantisipasi hal-hal terburuk dari pada hal-hal yang baik.
ADVERTISEMENT
“Jangan sampai vakum presiden. Jangan sampai 5 bulan setelah pemilihan jangan sampai tidak bersatu ya,” kata Cak Nun saat temu wartawan di Rumah Maiyah di Kadipiro, Kasihan, Kabupaten Bantul, Jumat (29/3).
“Yang pertama saya tidak pernah mengatakan akan ada vakum presiden. Kalimat ada bedanya. Apa latar belakangnya kalimat itu muncul, saya bilang jangan sampai itu tidak berarti saya berpendapat itu akan terjadi. Maksud saya kita harus berpikir sepahit-pahitnya supaya kita siap menghadapi segala kemungkinan,” ujarnya.
Bukan tanpa alasan Cak Nun memberi pesan seperti itu. Dia bercerita bahwa sempat ada dua menteri yang datang ke dirinya untuk menanyakan apakah benar Indonesia akan mengalami perang horizontal.
“Kalau ngomong globalisasi era elang putih ya dari pemecah belahan Uni Soviet jadi Rusia dan lain-lain kemudian balkanisasi Yugoslavia, kemudian Arab Spring dari Afghanistan sampai Libya, terus sekarang Indonesia. Kalau pakai superpower, Indonesia tidak perlu memakai jenis perang seperti Libya,” katanya.
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (ketiga kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (keempat kiri) berfoto bersama seusai mengikuti debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Cak Nun menjelaskan Indonesia mempunyai habitat kultur dan manusia yang berbeda sehingga tidak perlu seperti Arab Spring seperti pola-pola militer atau pola-pola pembunuhan karakter.
ADVERTISEMENT
“Untuk Indonesia sebenarnya tidak perlu dilakukan seperti Arab Spring tapi sebenarnya sudah gilirannya dan sudah terjadi. Cuma tidak dengan pola-pola militer atau pola-pola pembunuhan karakter dan sebagainya," kata Cak Nun.
"Nah, dua orang tokoh nasional itu menanyakan apa betul secara global kita sedang mengalami di-Syria-kan bahasannya mereka. Kan sudah dari dulu digituin, tapi ini bangsa Indonesia. Ojo dolanan karo wong Indonesia ketoke nangis jane ngguyu, ketoke mlarat jane sugih (jangan main-main dengan orang Indonesia, kelihatanya nangis tapi tertawa, kelihatan miskin tapi kata),” ujarnya.
Cak Nun mengatakan bahwa potensi secara global tidak ada, namun secara nasional ada sejumlah indikasi. “Sekarang tidak ada yang tidak pecah. Tidak ada nasionalis, sekarang yang ada kelompok yang memperjuangkan kepentingannya bukan kepentingan nasional atau rakyat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT