Cara ABK WNI Bertahan Hidup dalam Penyanderaan di Benghazi

2 April 2018 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
ADVERTISEMENT
Anak buah kapal asal Indonesia selama enam bulan berada dalam penyanderaan kelompok bersenjata di Benghazi, Libya. Seluruh harta benda mereka dirampas, dan bertahan hidup dengan mencari sendiri makanan di laut.
ADVERTISEMENT
Menurut Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal, keenam WNI itu adalah anak buah kapal penangkap ikan Salvatur VI yang berbendera Malta. Kelompok bersenjata merompak kapal itu ketika berada di 23 mil laut dari Benghazi pada 23 September 2017.
Dalam penangkapan itu, para milisi bukan hanya merampas seluruh peralatan kapal, namun juga mengambil seluruh barang pribadi milik para ABK WNI, termasuk telepon genggam dan gaji yang mereka kumpulkan selama ini.
"Saat disandera seluruh isi kapal diambil, kulkas, freezer, sampai celana dalam. Jadi kita enggak bisa berkomuniksi," kata Iqbal saat ditemui di kantor Kemlu, Jakarta, Senin (2/4).
Karena tidak ada alat komunikasi, pemerintah Indonesia baru tahu soal penyanderaan itu pada 28 September 2018 dari pemilik kapal di Malta melalui KBRI Roma.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Luar Negeri, keenam WNI itu adalah Haryanto, Saiefuddin, Waskita Ibi Patria dan M Abudi asal Tegal, Joko Riadi dari Blitar, dan Roni Wiliam dari Jakarta.
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
Roni mengatakan, mereka dipindahkan oleh penyandera dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Di pelabuhan pertama, kata dia, "orang-orangnya lebih kasar". Barulah ketika dipindahkan, mereka bertemu dengan milisi yang baik hati.
"Mereka kasih makan. Kadang mencari makan sendiri. Karena jika suplai makanan dari mereka tersendat, kita mancing," kata Roni.
Selama enam bulan dalam penyanderaan, Roni mengaku mereka bertahan hidup dengan memancing ikan teri di sekitar kapal.
"Sebagian hasilnya kami jual melalui salah seorang milisi penjaga yang kebetulan baik kepada kami. Uang hasil penjualan dibelikan beras dan bahan makanan”, ujar Roni.
ADVERTISEMENT
Keenam ABK itu berhasil dibebaskan akhir Maret lalu berkat upaya diplomasi Kemlu RI. Pembebasan para ABK menurut Kemlu sangat sulit karena kondisi politik dan keamanan yang buruk di Libya. Sejak 2011, konflik pecah di Libya dan pemimpin negara itu Muammar Khadafi tewas terbunuh.
Pertempuran masih terjadi hingga saat ini beberapa wilayah Libya. Roni mengaku melihat dengan jelas pertempuran antara milisi Benghazi dengan ISIS pada Desember lalu.
"Bahkan salah satu bom sempat nyasar dan mendarat di dekat kapal kami disandera,” cerita ABK Ronny William menggambarkan situasi peperangan di Benghazi.
“Pelabuhan dan kota Benghazi sudah seperti kota mati, hanya ada reruntuhan perang dimana-mana dan rongsokan kapal ikan di mana-mana,” imbuh Ronny.
ADVERTISEMENT