Cawapres Internal PKS Dinilai Tak Akan Bantu Elektabilitas Prabowo

14 April 2018 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat Politik UIN, Adi Prayitno. (Foto: Facebook/ @Adi Prayitno)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat Politik UIN, Adi Prayitno. (Foto: Facebook/ @Adi Prayitno)
ADVERTISEMENT
Meski sudah menyatakan siap maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019, namun jalan Prabowo Subianto belumlah mulus. Prabowo masih harus mendapat dukungan dari partai politik lainnya agar syarat ambang batas pencapresan terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Partai yang sudah menyatakan siap membantu Prabowo dan memenuhi syarat itu adalah PKS, namun PKS tidak mau cuma-cuma membantu Prabowo. Ada syarat yang harus dipenuhi bila Prabowo ingin dibantu, salah satunya menerima sodoran sembilan nama kader untuk dijadikan cawapres.
Menurut pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, syarat tersebut sebenarnya hampir pasti akan dipenuhi Prabowo. Karena bila Prabowo tidak menerima syarat tersebut maka Ketua Umum Partai Gerindra itu tak bisa maju sebagai capres.
"Pertama, pencapresan Prabowo ini sangat ditentukan oleh sekutu utama mereka, PKS kan. Kalau PKS tidak mendukung Prabowo, berarti Prabowo kemungkinan besar terancam untuk tidak maju Pilpres 2019, kan begitu. Karena tidak memenuhi syarat ambang batas 20 persen pencapresan itu," kata Adi Prayitno kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (14/4).
ADVERTISEMENT
"Maka kemudian, suka enggak suka, ketika PKS menjadi penentu Prabowo untuk maju 2019 yang akan datang, maka apapun syarat yang diinginkan oleh PKS kepada Pak Prabowo, mestinya itu diterima. Kan begitu," lanjut dia.
Adi Prayitno lalu menegaskan, sembilan nama yang disodorkan oleh PKS ke Prabowo tak ada yang memiliki elektabilitas memadai. Bahkan dalam sejumlah survei, sembilan nama ini tidak ada satupun yang muncul.
"Inikan menjadi dilema. Dilema Prabowo dan Gerindra," ucap Adi Prayitno.
Padahal di satu sisi, Gerindra butuh PKS untuk melengkapi syarat pencapresan. Kemudian pada sisi yang lain, sembilan nama yang diusung PKS ini tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Karena hampir semua kandidat yang diusung itu elektabilitasnya rendah dan bisa dipastikan tidak bisa mendongkrak popularitas Prabowo yang jauh tertinggal dari Jokowi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Inilah yang kemudian menjadi dinamika antara Gerindra dan PKS. Harus ada negosiasi antara kedua partai itu untuk menentukan posisi cawapres.
"Mungkin saja Gerindra dan Prabowo meng-oke-kan posisi cawapres yang dari PKS. Tapi mungkin harus menyodorkan nama-nama lain," tegas Adi Prayitno.
Adi Prayitno menambahkan, bisa saja PKS menyodorkan nama Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi untuk menjadi pendamping Prabowo.
"Betul bahwa PKS mungkin minta jatah posisi cawapres, tapi posisi cawapres yang diusung ya harus relatif punya elektabilitas," ungkapnya.
Namun ke depan yang jadi persoalan adalah Prabowo tidak akan bisa menolak keinginan PKS 100 persen. Karena Adi Prayitno menilai PKS sangat menentukan nasib Prabowo di Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
"Cuman pada saat yang bersamaankan, pusingnya Prabowo ini ketika PKS menyodorkan sembilan cawapres yang tidak memiliki elektabilitas apapun. Itu cukup dilema," tutur Adi Prayitno.