Cegah Monkeypox, Penumpang dari Singapura Dicek di Bandara Ahmad Yani

16 Mei 2019 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak terinfeksi Monkeypox di Afrika, yang mendapatkan pengobatan. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak terinfeksi Monkeypox di Afrika, yang mendapatkan pengobatan. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Semarang menanggapi serius soal kasus cacar monyet atau monkeypox di Singapura. KKP Semarang mencegah penyebaran penyakit itu dengan mengecek kondisi penumpang dari Singapura di Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas melalui termometer infrared.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya ada alat thermal scanner, tapi saat ini masih berada di Bandara Ahmad Yani lama, belum ada di terminal Bandara Ahmad Yani yang baru. Maka yang turun di bandara dan pelabuhan Tanjung Emas dipindai menggunakan termometer infrared,” kata Kepala Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilan Epidemiologi, KKP Semarang, Badar Kirwono, di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Kamis (16/5).
Petugas sedang memindai salah satu penumpang asal Singapura. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Badar menjelaskan, prosedur pelaksanaannya diawali dengan koordinasi antara pihak KKP dengan pilot pesawat yang datang dari Singapura. Pilot akan ditanya, apakah dari penumpangnya ada yang sakit atau tidak.
Jika ada yang sakit, maka nantinya penumpang tersebut akan langsung ditangani di bandara. Secara spesifik, Badar mengungkapkan, penumpang yang ditangani adalah mereka yang mengalami suhu badan tinggi.
ADVERTISEMENT
“Informasi yang kami minta dilanjutkan dengan memindai suhu secara personal, jika ada yang lebih 38 derajat celcius kita lakukan observasi dan dibawa ke RS Kariadi,” jelasnya.
Kepala Seksi Pengendalian Karantina & Surveilan Epidemiologi, KKP Semarang, Badar Kirwono. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Sebanyak 10 termometer infrared disiapkan untuk memindai penumpang dari Singapura. Badar menjelaskan, deteksi terhadap cacar monyet tidak bisa langsung. Sebab, masa inkubasi virus penyakit ini cukup lama. Sehingga, seseorang yang terpapar tidak bisa langsung ketahuan apakah dia terinfeksi.
“Masa inkubasi panjang 5-21 hari. Jika ada yang datang dari Singapura belum tentu sampai sini terlihat. Ini lebih ringan dari cacar biasa. Tapi kita lakukan antisipasi,” katanya.
Upaya antisipasi itu disambut baik oleh penumpang pesawat. Salah satu penumpang, Herlina, mengatakan lebih baik ada langkah antisipasi agar penyakit itu tidak menyebar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Saya setuju ada seperti ini. Daripada penyebarannya meluas,” kata Herlina.
Seorang WN Afrika dinyatakan positif mengidap cacar monyet (monkeypox) ketika mengunjungi Singapura pada 28 April lalu. Ini adalah kasus pertama cacar monyet yang pernah dihadapi Singapura. Kini, pria asal Nigeria itu dalam kondisi stabil dan diisolasi di National Center for Infectious Diseases (NCID).
Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.
Kemenkes pun mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak panik dengan adanya pemberitaan mengenai adanya penyakit cacar monyet. Kemenkes memastikan penyakit ini belum ditemukan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia,” jelas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono, dalam pernyataan tertulis Kemenkes.