news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Abraham Samad Hadapi Teror saat Pimpin KPK: Anggap Sarapan Pagi

7 Agustus 2019 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi media menakar agenda calon pimpinan KPK melindungi pegawai KPK dan pegiat antikorupsi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi media menakar agenda calon pimpinan KPK melindungi pegawai KPK dan pegiat antikorupsi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan hingga kini belum kunjung terungkap. Namun, teror yang menimpa Novel bukanlah pertama yang dialami oleh pegawai KPK.
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua KPK Abraham Samad menceritakan teror terhadap pegawai KPK sudah berlangsung sejak lembaga antirasuah itu berdiri di tahun 2002. Saat ia menjabat sebagai Ketua KPK periode 2011-2015 pun intimidasi hingga teror turut dialaminya.
"Kalau intimidasi itu mulai dari zaman sebelum saya, jauh dari jilid 1, ujung saraf. Sudah ada ancaman itu dan intimidasi itu," kata Samad dalam diskusi 'Menakar Agenda Calon Pimpinan KPK Melindungi Pegawai KPK dan Pegiat Antikorupsi' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
Saking seringnya, Abraham Samad dan para pegawai KPK saat itu sudah menganggap teror sebagai hal yang biasa. Bahkan, mereka menganggapnya seperti menu sarapan pagi sehari-hari.
"Di KPK, kita sudah mengistilahkan ancaman teror atau intimidasi sebagai sarapan pagi. Jadi kalau kami bercanda itu soal teror ya sudah itu sarapan pagi aja," ungkap dia.
(Dari kiri ke kanan) Basaria Panjaitan, Abraham Samad, Novel Baswedan di Aksi '#SaveKPK' di depan Gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/1/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
"Kenapa kita menjadikan hidup sarapan pagi? Karena setiap hari tidak ada tanpa teror. Saking sering ya teror bagi anak KPK itu sudah biasa. Kuat menghadapi teror. Saking sudah biasanya, mereka mungkin sudah tidak peduli lagi ada teror. Karena tidak peduli itu mungkin mereka bisa lengah," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Samad lalu menceritakan salah satu kasus teror di era Busyro Muqoddas, yang kemudian berlanjut ke masa kepemimpinannya. Saat itu, ada satu pegawai KPK yang ditabrak mobil saat pulang ke rumah hingga menyebabkan kakinya patah.
"Itu sudah dilaporkan dan sampai saya keluar sampai detik ini siapa pelakunya tidak tahu," ucap dia.
Abraham Samad memprediksi jika pelaku teror-teror sebelumnya terhadap pegawai KPK tak kunjung terungkap dan diadili, maka ancaman seperti masa lalu mungkin terulang lagi. Seperti yang belum lama ini menimpa wakil pimpinan KPK, Laode M Syarif, saat rumahnya diteror dengan bom molotov.
Maka dari itu, ia berharap pemilihan calon pimpinan (capim) KPK tahun ini dapat lebih baik dan berintegritas. Capim yang terpilih mesti memiliki visi melindungi semaksimal mungkin pegawai KPK dari ancaman-ancaman teror.
ADVERTISEMENT
"Seleksi capim ini akan menentukan orang-orang yang terpilih ini bisa enggak berharap kepada mereka, untuk menjamin kelangsungan perlindungan terhadap pegawai KPK," ujar Samad.
"Karena kalau masuk orang yang tidak tepat, maka justru dia bukan memberikan perlindungan. Tapi dia bagian dari ancaman yang merontokkan orang-orang KPK itu sendiri," pungkasnya.