Cerita Adik Soal Nobel Sastra yang Tak Pernah Didapat Pramoedya

22 Juni 2018 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kala itu sebuah tempat milik penerbit Indie di Semarang ramai dikunjungi orang. Mereka menunggu kata demi kata yang akan keluar dari mulut Soesilo Toer, adik tersayang Pramoedya Ananta Toer.
ADVERTISEMENT
"Pram sudah dapat Nobel," celetuk Soes.
Semua orang pun terkaget mendengar jawaban itu dan langsung meneriakinya “Belum, belum”.
Soes pun berkilah, dia saksinya. Semua mata tak beralih padanya. Kuping dipasang demi lanjutan kata dari ‘Kang Gareng Blora’ itu.
Di acara yang diceritakan oleh Soes itu, Nobel yang dia maksud adalah singkatan dari Noni Belanda. Soes bercerita, kala Pram berada di Negeri Kincir Angin itu, dia sempat menjalin cinta dengan seorang Noni Belanda.
Pramoedya Ananta Toer (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Membicarakan soal Nobel, Soes sangatlah bersemangat. Menurut Soes yang menulis buku biografi Pram, sudah enam kali berturut-turut kakaknya mendapat nominasi sebagai peraih Nobel Sastra. Memang, hingga saat ini hanya Pram yang bisa mendapat predikat 6 kali nominasi itu.
ADVERTISEMENT
“Terus waktu di sana itu saya ditanya, karangan apa, karya apa Pram yang representatif untuk dapat Nobel. Itu saya yang pertama kali. Saya usulkan waktu itu ‘Keluarga Gerilya’. Karena itulah buku terbaik yang saya baca tahun 1962. Tapi kan dengan berjalannya waktu kan diubah (diusulkan) jadi Bumi Manusia,” Soes mengisahkan kepada kumparan Rabu (6/6).
Soesilo Toer di Perpustakaan PATABA (Foto: Retno Wulandhari Handini/kumparan​)
Lantas mengapa Pram tak berhasil sekalipun mendapat Nobel Sastra?
“Nah ini kalau isunya, waktu Pram sudah diundang ke Stockholm. Rendra tahu, Rendra ada di Skotlandia apa Irlandia itu kan dekat. Di sana ada yang interview siapa sih Pram itu. Katanya interviewnya Pram itu adalah pengarang yang menindas kreativitas pengarang Indonesia yang lain,” ungkap Soes.
Oleh pihak penyelenggara, Pram kemudian dianugerahi penghargaan lokal. Pram pun menerimanya dan kembali pulang ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski gagal meraih nobel, seorang wartawan Jepang tetap setia mendukung jejak langkah Pram. Bahkan, dia mengirim selimut kala Pram ditahan di Pulau Buru, meski akhirnya diadang juga oleh petugas. Dia pun sempat memberi bantuan saat keluarga Pram dilanda krisis ekonomi.
“Pendukung yang utama adalah wartawan Jepang yang dua kali pernah ke sini, Riki Kawa. Dia menerjemahkan bukunya Pram Bumi Manusia dan Keluarga Gerilya,” kata Soes.
Pram: Tetralogi Pulau Buru (Foto: abighifari.files.wordpress.com)
Buku Bumi Manusia sudah diterjemahkan lebih dari 40 bahasa. Karya Pram itu disanjung masyarakat dunia. Sempat diragukan akan gagal karena menggabungkan fiksi dan fakta, Pram pun membuktikan dia mampu menyihir pembaca dengan tulisan Bumi Manusia yang apik.
Bahkan, Bumi Manusia akan difilmkan dalam waktu dekat oleh Hanung Bramantyo. Adapun tokoh utama, Minke, akan diperankan oleh aktor muda Iqbaal Ramadhan.
ADVERTISEMENT
----------------------------------------------------------------
Ikuti kisah Pramoedya dan Soesilo lebih lanjut di topik Jejak Pram.