Cerita Agus, Sopir Truk yang Diperas Rp 6 Juta di Lintas Sumatera

8 Mei 2018 10:37 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Widodo silaturahmi dengan sopir truk. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Widodo silaturahmi dengan sopir truk. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pungli dan premanisme masih marak terjadi di sektor perhubungan darat, khususnya untuk angkutan barang yang melintas di jalan lintas timur Sumatera. Para sopir truk dan angkutan barang pun datang mengeluh ke Presiden Joko Widodo karena masih adanya pungli oleh oknum petugas dishub di jalan.
ADVERTISEMENT
Pengakuan ini disampaikan oleh Agus Yuda, sopir asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang sengaja datang menemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.
"Ya ingin menyampaikan keluh kesah kami di jalanan. Kita sebagai sopir truk angkutan barang itu selama ini kita di perjalanan itu belum ada rasa aman dan nyaman," kata Agus di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5). Acara dialog ini dihadiri oleh 70 orang perwakilan sopir truk, Menhub Budi Karya Sumadi dan Wakapolri Komjen Syafruddin.
Joko Widodo silaturahmi dengan sopir truk. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Widodo silaturahmi dengan sopir truk. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Menurut, Agus yang paling rawan adalah lintas timur Sumatera dari Riau, Medan, hingga Aceh.
"Paling rawan lintas timur Sumatera, perbatasan Aceh sampai Medan, melalui Bagan Batu, Binjai, paling banyak preman. Batasnya sampai Pekanbaru. Habis Pelalawan Riau, itu mobil saya sampai dibakar sama preman. Lalu perbatasan Jambi sampai Palembang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Agus yang sengaja jalan kaki dari Mojokerto sejak 8 April lalu dan tiba di Jakarta pada 3 Mei, ingin menyampaikan keluh kesah kepada Jokowi karena adanya pungutan liar angkutan barang yang membuatnya tidak nyaman dan harus mengeluarkan ongkos lebih banyak.
"Saya mewakili dari seluruh driver angkutan barang, selama ini kita belum ada rasa keamanan, kenyamanan waktu mengirim barang ke suatu daerah. Masih ada pungli dan premanisme," papar Agus.
Akibat pungli tersebut ia harus merogoh kocek hingga Rp 3 juta untuk sekali jalan. "Dari rekan-rekan yang lintas Sumatera, itu sampai Rp 3 juta kita mengeluarkan dan bolak-balik Rp 6 juta," terangnya.
Padahal ongkos yang diberikan oleh perusahaan tidak seberapa, tergantung seberapa banyak banyak barang dari ekspedisi yang diberikan. Ia mengaku sering dijebak dan bahkan diancam oleh para preman yang memalaknya di jalan.
ADVERTISEMENT
"Setelah masuk Sumsel, yang namanya Bedeng Seng, yang ada stiker di bak mobil. Setelah itu kalau di Bedeng Seng kalau kita lewat aja, itu wajib bayar. Kalau enggak, kaca pecah, kalau enggak golok sampai di leher. Atau enggak ranjau paku," paparnya.