Cerita Anggota soal Atraksi Ekstrem Perguruan Pagar Nusa

21 Mei 2018 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nama Perguruan Pagar Nusa sempat mencuat setelah insiden atraksi maut di MTs Al-Kholil NU di Berau, Kalimantan Timur, awal Mei lalu. RA (16), salah satu anggota Pagar Nusa, tewas dalam atraksi dilindas mobil.
ADVERTISEMENT
Perguruan bernama lengkap Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa ini bukan hanya sekadar silat biasa. Ada sejumlah atraksi ekstrem yang dilakukan oleh para anggotanya. Misalnya saja atraksi dilindas motor, mobil, memukul tubuh dengan pohon berduri atau benda tajam.
Berdiri sejak tahun 1986 dan sudah malang melintang di dunia persilatan tanah air, Pagar Nusa sudah memiliki ribuan murid. Teknik pernapasan menjadi kunci dalam setiap atraksi yang dilakukan.
"Sebelumnya yang dilakukan pernapasan dulu. Ya harus ada puasa-puasanya, harus dipersiapkan pokoknya. Pagar Nusa NU Jakarta tidak pernah kejadian sampai meninggal seperti itu," kata Muhammad Saifi, pelatih Pagar Nusa saat ditemui kumparan di lokasi latihan di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (9/5).
ADVERTISEMENT
Saifi menjelaskan ada banyak jenjang latihan yang harus diikuti oleh para anggota. Dari latihan fisik, pernapasan, teknik silat, hingga ilmu tenaga dalam.
"Untuk pernapasan sebenarnya waktu baru masuk sudah dilatih bertahap, kalau tenaga dalam masih ada jenjang lagi. Kira-kira 3 tahunan baru kita kasih wiridan atau pondasinya," ujar Saifi
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
Penguasaan ilmu tenaga dalam tidak hanya dibutuhkan kekuatan fisik, namun juga batin dan mental. Jika sudah menguasai ilmu tenaga dalam dan hendak atraksi, anggota harus berpuasa dan melakukan sejumlah wirid terlebih dahulu.
Dengan kata lain, setiap aksi ekstrem haruslah dilakukan oleh mereka yang mumpuni, tidak boleh sembarang orang.
"Atraksi memang khasnya Pagar Nusa, tapi memang untuk yang berani dan yang sudah belajar. Selain berdoa tentu kita wajib pemanasan," kata anggota Pagar Nusa, Muksirojudin di lokasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Muksirojudin mengatakan selama satu setengah tahun bergabung di Pagar Nusa dia belum pernah melakukan atraksi ekstrem. Level latihannya belum sampai pada ilmu tenaga dalam yang biasa dimiliki oleh para pelaku atraksi ekstrem.
"Belum pernah atraksi karena belum diajari. Kita masih diajari jurus-jurus. Jurusnya contohnya seperti yang ada di kurikulum kita, tapi kalau yang tematik kaya jurus memecah, itu kita belum selama setahun setengah," katanya.
Muksirojudin kerap mengalami cedera memar dan bengkak akibat latihan. Namun hal itu tidak membuatnya kapok, dia justru semakin giat berlatih agar bisa melakukan atraksi ekstrem.
Hal senada juga dikatakan oleh anggota Pagar Nusa perempuan atau yang kerap disebut srikandi, Ajeng (17). Pelajar SMA ini mengaku semakin lama latihan justru membuatnya semakin semangat dan lebih berani. Ajeng ingin menekuni pencak silat di Pagar Nusa secara serius.
ADVERTISEMENT
"Pengennya jadi atlet silat, meneruskan silatnya supaya enggak cuma silat aja, sampai berprestasi, sampai berkarier juga," ujarnya.
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bela diri Pagar Nusa (Foto: Lolita Claudia/kumparan)
Ajeng mengaku awalnya dia kesulitan menghapal jurus-jurus silat. Gerakannya juga masih kaku dan cepat lelah saat latihan. Namun lama-lama setelah memahami teknik dan jurus silat, gerakannya menjadi lebih luwes.
"Ternyata kalau udah nguasain dasarnya, seterusnya akan lebih mudah aja gitu. Untuk fisik juga lebih kuat," kata remaja berhijab ini.
Ajeng biasa berlatih di Pagar Nusa setiap malam atau hari Minggu pagi sehingga tidak mengganggu waktu sekolahnya.