Cerita Benny Mamoto yang Pernah Interogasi Pentolan Teroris

22 Mei 2018 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi fakta aktual radikalisme dan terorisme (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi fakta aktual radikalisme dan terorisme (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mantan perwira polisi yang pernah bertugas di Detasemen Khusus 88 Antiteror Irjen (Purn) Benny P. Mamoto menceritakan pengalaman berhadapan dengan teroris. Benny mengaku beberapa kali menginterogasi tokoh-tokoh jaringan teroris.
ADVERTISEMENT
Benny menjelaskan, untuk mencari informasi dari teroris yang tertangkap tidaklah mudah. Polisi tidak bisa menggunakan pendekatan yang biasa dilakukan jika ingin mengorek informasi dari teroris.
Setiap kali menginterogasi teroris, kata Benny, dia selalu coba mengakrabkan diri terlebih dahulu sehingga muncul suasana kekeluargaan. Ide itu muncul dalam benaknya setelah melihat seorang tokoh Jamaah Islamiyah yang disegani.
"Saya ingat dulu ada cerita tentang panglima Jamaah Islamiyah (JI) bernama Panglima Zulkarnain. Dia itu sangat perhatian dengan anggotanya, jadi itu yang saya implementasikan dalam menginterogasi teroris," kata Benny dalam diskusi soal terorisme di Ashley Hotel, Sabang, Jakarta Pusat, Selasa (22/5).
Teknik itu berhasil dipakai Benny saat coba mencari informasi dari pelaku Bom Bali I, Mukhlas. Meski Mukhlas dikenal sebagai pribadi yang tertutup, Benny mengaku berhasil mengorek informasi dari Mukhlas dengan membuka obrolan tentang istrinya.
ADVERTISEMENT
"(Mengorek informasi) Mukhlas itu cukup sulit. Lalu saya ajak membicarakan istrinya. Istri Mukhlas ini kembang desa di Malaysia. Itulah kebanggaan yang saya pakai untuk memperoleh Informasi," kata Benny yang kini menjadi pengajar di Sekolah Kajian Strategik Global.
Ilustrasi teroris (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teroris (Foto: Thinkstock)
Selain itu ia juga sempat menceritakan tentang Abu Tholut. Menurutnya, mantan pimpinan JI itu memang berwajah sangar, tapi pandai melucu.
"Jadi kita harus rebut hatinya dan jalin hubungan yang baik. Jadi kami tidak merubah ideologi cuma kami menggeser jangan menggunakan kekerasan," ujar Benny yang bertugas sebagai Deupti Pemberantasan BNN sebelum pensiun.
Benny juga menyebut proses deradikalisasi seharusnya dilaksanakan sejak awal napi teroris ditangkap polisi. "Kita mengedepankan proses deradikalisasi sejak awal. Jadi tidak nunggu di lapas dulu, selain mengedepankan penindakan hukum," tutup Benny.
ADVERTISEMENT