news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita dari Pegunungan Bintang Tak Lama Usai Rumah Bupati Dibakar

30 April 2018 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pegunungan Bintang, Papua (Foto:  Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Bintang, Papua (Foto: Moh Fajri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Cuaca mendung menemani kumparan (kumparan.com) saat tiba di Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua beberapa waktu lalu. Masyarakat Pegunungan Bintang ramai menunggu di sekitar Bandara. Ada yang menunggu penerbangan berikutnya, ada yang menanti barang di bagasi tiba.
ADVERTISEMENT
Tidak ada mesin otomatis untuk membiarkan barang bawaan penumpang datang sendiri seperti di bandara di kebanyakan kota-kota di Indonesia. Melainkan harus melalui bantuan tenaga petugas, barang bawaan termasuk tas penumpang akan di dorong setelah sampai di lokasi pengambilan barang.
Pada saat akan keluar dari bandara, kumparan mengira tidak ada lagi pemeriksaan, sebab tak ada petugas yang berjaga-jaga. Namun ketika melewati pintu keluar tiba-tiba ada orang yang mengarahkan tangannya menutupi pintu tepat saat kumparan tinggal dua langkah lagi keluar bandara. Kaget, orang tersebut ternyata petugas yang menanyakan nomor tiket.
“Nomor, mana nomor?” tanyanya dengan muka serius.
kumparan dengan sigap mencari tiket yang dimaksud. Sempat muncul perasaan khawatir saat merogoh kocek di saku celana dan jaket tidak menemukan tiket tersebut. Muka petugas itu masih serius menatap sebelum akhirnya tiket itu ternyata berada di dalam tas. Senyum manis penjaga pintu pun muncul mengiringi bukti keberangkatan yang ditunjukkan kumparan kepadanya.
ADVERTISEMENT
“Silahkan kakak,” ucapnya ramah.
Pegunungan Bintang, Papua (Foto:  Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Bintang, Papua (Foto: Moh Fajri/kumparan)
kumparan tidak datang sendiri, ada dua orang yang dalam waktu bersamaan tiba di Pegunungan Bintang yaitu Neneng dan Monica. Mereka berdua adalah relawan yang mengikuti program live in Festival Puncak Papua dan kebetulan lokasi desa yang dituju sama dengan kumparan.
Di luar bandara kami menunggu Abdul dari Wanadri dan Citra dari Pengajar Muda Indonesia Mengajar yang akan menjemput kami. Tak sampai lima menit, Abdul dan Citra sudah sampai di bandara. Kami bertegur sapa sejenak sebelum diajak Citra singgah di Koramil untuk membicarakan kegiatan yang akan kami lakukan selama di penempatannya yaitu di SD Inpres Aboding.
“Jaraknya kalau jalan kaki dari sini (Oksibil) ke desa (Aboding) hanya sekitar tiga jam. Tapi kalau naik ojek sekitar 30 menit,” ujar Citra.
ADVERTISEMENT
Masih ada waktu untuk keliling Oksibil karena menurut rencana kami berangkat ke tempat live in sekitar pukul 13.00 WIT dengan naik ojek tentunya. kumparan lalu menyiapkan kamera untuk mengabadikan pemandangan yang sejak awal sudah menarik mata.
Belum terlalu jauh berjalan, kumparan mendengar suara memanggil. Suara tersebut berasal dari beberapa orang pasukan TNI yang sedang berada di depan tempat tugasnya.
“Mas, foto kita dulu,” teriaknya.
kumparan dengan senang hati mengarahkan lensa kamera menuju mereka. Mereka tampak gagah dengan pakaian dinas lengkap siap melaksanakan tugasnya. Saat kumparan memberikan tanda foto sudah selesai, mereka lalu mengacungkan jari jempolnya sebagai tanda terima kasih.
kumparan lalu melihat Citra sedang bertegur sapa dengan seorang mama yang menggendong anaknya. Tak ingin melewatkan momen tersebut, langsung saja kumparan mengarahkan kamera kepada senyum ramah mama Papua dan anaknya. Namun baru dua foto diambil, kumparan ditegur oleh seorang laki-laki berbadan besar yang baru saja hendak menyalakan motornya.
ADVERTISEMENT
“Kau foto apa?,” tanyanya.
Pegunungan Bintang, Papua (Foto:  Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Bintang, Papua (Foto: Moh Fajri/kumparan)
Mendengar teguran tersebut, kumparan hanya diam sambil menganggukkan kepala. Laki-laki itu berlalu dengan motor yang dikendarainya. Setelah kejadian itu, kumparan memilih untuk sementara waktu tidak lagi menggunakan kamera. Sebab, gara-gara kamera tersebut kumparan seperti menjadi pusat perhatian warga.
Selang beberapa saat kami memutuskan kembali ke Koramil mengambil tas untuk persiapan berangkat ke SD Inpres Aboding tempat kami live in. Citra sudah memesan 4 ojek yang akan menjemput kami di Koramil menuju Desa Aboding. Namun saat hendak memasuki lokasi Koramil, kami kembali dipanggil warga yang sepertinya bukan asli Papua.
“Dari Indonesia Mengajar ya?,” tanya orang tersebut.
“Iya, Pak,” sahutku.
“Tolong sementara ini jangan foto-foto dulu, takut kenapa-kenapa. Suasana masih belum kondusif, masih sensitif,” pesannya.
Pegunungan Bintang, Papua (Foto:  Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Bintang, Papua (Foto: Moh Fajri/kumparan)
Memang beberapa hari sebelum kumparan sampai di Oksibil, tepatnya pada Kamis (12/4) terjadi kekacauan karena ketidakpuasan masyarakat dengan kinerja Bupati Pegunungan Bintang, Constant Oktemba. Buntut dari kekecewaan tersebut warga sampai membakar rumah bupati.
ADVERTISEMENT
Citra yang saat kejadian berada di lokasi mengungkapkan bahwa warga sebelum membakar rumah bupati sempat mengikuti kegiatan jalan sehat dalam rangka ulang tahun ke 15 Kabupaten Pegunungan Bintang. Seusai jalan sehat warga yang kecewa terlebih dahulu membakar panggung acara.
Citra sendiri memilih berlindung diri di Koramil yang dijaga ketat oleh petugas. Berdasarkan informasi yang dihimpun kumparan, warga tidak berhenti dengan membakar rumah bupati. Mereka menginginkan bupati agar segera turun dari jabatannya.
Saat kami sedang asyik bercerita, 4 ojek motor yang dipesan sebelumnya oleh Citra sudah datang. Mereka langsung menghampiri kami yang sudah selesai berkemas dan siap untuk berangkat menuju Desa Aboding.
Pegunungan Bintang, Papua (Foto:  Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pegunungan Bintang, Papua (Foto: Moh Fajri/kumparan)