Cerita di Hari Terakhir PSU : Petugas Hamil 8 Bulan hingga TPS Unik

28 April 2019 6:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir mengadakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan Pemungutan Suara Lanjutan (PSL). Pencoblosan ulang pada Sabtu (27/4) kemarin merupakan hari terakhir, mengikuti batas akhir pelaksanaan PSU yakni 10 hari setelah pemungutan suara yang berlangsung 17 April 2019.
ADVERTISEMENT
Ketentuan ini merujuk pada Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2019, tepatnya Pasal 66 ayat 3, yakni batas waktu kepada KPU untuk melakukan PSU yakni 10 hari setelah pemungutan suara.
Meski harus mengulang, rupanya pelaksanaan PSU di sejumlah daerah tetap berlangsung ramai. Berbagai cara dilakukan petugas untuk menarik perhatian warga agar bersedia menggunakan lagi hak pilihnya.
Coba kita tengok ke PSU dan PSL di TPS 19 Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ada MC berbaju tradisional yang mengajak warga untuk datang ke TPS dengan bahasa Jawa halus.
Tak hanya itu, dekorasinya pun sengaja dibuat seperti hajatan pernikahan ala Jawa. Tak lupa, ada janur kuning dan anyaman pelepah kelapa yang mengelilingi TPS.
ADVERTISEMENT
Bagi warga yang datang dan telah selesai mencoblos, mereka juga turut disuguhi bubur kacang hijau. Para pemilih juga dihibur dengan lantunan lagu dangdut dan campursari.
Jika tadi ada suasana TPS yang unik, kali ini cerita datang dari Marny Roringpandey. Wanita ini merupakan seorang pengawas TPS yang tengah hamil besar. Meski usia kehamilannya sudah memasuki usia 8 bulan, namun tak menyurutkan semangat Marny untuk tetap bertugas.
Marny berjaga di TPS 02 Desa Tember, Kecamatan Timpaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, yang ikut mengadakan PSU. ia mengungkapkan telah meminta izin kepada suami dan keluarganya untuk bertugas pada PSU.
"Sudah minta izin suami dan keluarga. Diizinkan sebagaimana waktu saya bertugas pertama 17 April. Ini kan tanggung jawab, karena ternyata belum selesai pemilihannya," kata Marny saat ditemui, Sabtu (27/4).
ADVERTISEMENT
Ia mengaku tak ingin duduk dan diam saja. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia harus berdiri dalam waktu yang cukup lama. Tak nampak kekhawatiran dari wajahnya, ia juga tahu konsekuensinya.
Cerita lainnya di hari terakhir PSU datang dari Kota Kendari. Wa Ode Tinta (48), warga Madonga, Kota Kendari ini terpaksa harus mencoblos di rumahnya. Pasalnya, ia tengah menderita stroke dan tidak bisa berjalan menuju TPS 015 di dekat rumahnya.
Petugas KPPS TPS 15 berinisiatif datang ke rumah Wa Ode dengan membawakan kertas suara agar ia tak kehilangan suaranya. Pencoblosan kali itu juga turut didampingi oleh panwascam dan dua orang saksi.
Wa Ode mencoblos kertas suara dari kamarnya, dibantu oleh seorang cucunya bernama Vina. Hal serupa juga dilakukan Vina saat hari pemilihan 17 April lalu.
ADVERTISEMENT
"Nenek saya sudah stroke sudah lama. Jadi setiap Pemilu selalu dibawakan kertas suara," ucap Vina dikutip dari Kendarinesia.
Namun, rupanya, PSU di sebagian daerah justru kurang menarik perhatian pemilih. Salah satu contohnya yaitu di TPS 01 Kelurahan Limba U-1 dan TPS 02 Kelurahan Wumiyalo di Kota Gorontalo. Meski berjalan kondusif, namun jumlah partisipasi pemilihnya menurun.
Menurut seorang pemilih bernama Arifudin (36), penurunan jumlah partisipasi pemilih diakibatkan kesibukan kerja. Selain itu, sejak TPS dibuka pukul 08.00 WITA, hanya terlihat beberapa pemilih yang datang.
"Tidak ada antrean karena pada saat datang langsung dipanggil dan mengambil surat suara," ungkap Arifudin.
Pemandangan serupa terjadi di TPS 01 Kelurahan Watuwatu, Kecamatan Kendari Barat. Dari 267 pemilih dapat Daftar Pemilih Tetap (DPT) ditambah 22 orang dari Daftar Pemilih Khusus (DPK), tak sampai setengah pemilih saja yang menggunakan hak suaranya.
ADVERTISEMENT
"Total DPT dan DPTb 17 April kemarin itu ada 289 pemilih. Hari ini yang menyalurkan hak pilihnya di PSU hanya 106 orang," jelas Ketua KPU Kota Kendari Jumwal Saleh.
Sementara itu, KPU Kota telah menyiapkan honor tambahan bagi petugas KPPS dan Linmas yang bertugas untuk PPSI. Misalnya, di Semarang, petugas akan mendapatkan honor tambahan yang besarnya sama dengan 17 April lalu, yaitu Rp 550 ribu untuk Ketua KPPS dan Rp 500 ribu untuk anggota KPPS. Nominal ini sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-118/MK.02/2016.
"Karena sesuai aturan seperti itu, ketua Rp 550 ribu, anggota Rp 500 ribu. Karena diulang ya honornya diulang," tutur Komisioner KPU Kota Semarang Ahmad Zaeni.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda salah satu yang ikut PSU kemarin?