Cerita Ibu-ibu di Cisalopa Hidup Mandiri Berkat Sampah

15 September 2018 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Belasan ibu rumah tangga di Kampung Cisalopa, Pasir Bucir, Bogor, sibuk memilah sampah plastik di teras rumah. Mereka mendaur ulang dan mengubah sampah-sampah itu menjadi sebuah barang kerajinan.
ADVERTISEMENT
Sambil mengobrol dan bercerita soal rumah tangga hingga harga bahan pokok terkini, sampah-sampah plastik yang tadi dipilah sudah ‘disulap’ menjadi sebuah tas dan dompet yang cantik.
Hasil kerajinan itu nantinya akan dikumpulkan di Komunitas Greenna, yakni komunitas yang fokus pada pengelolaan sampah terpadu. Barang-barang itu akan dijual dan hasilnya untuk anggota.
Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2009 dan diikuti sebanyak 15 ibu rumah tangga. Penggagasnya adalah Nina Nuraniyah (35), seorang aktivis lingkungan sekaligus CEO Greenna.
Sampah Jadi Rupaih (Foto: kumparan/Muhammad Faisal Nu'man)
Mulanya, Nina mensosialisasikan cara pengolahan sampah terpadu melalui pengajian rutin di kampungnya. Gagasan tersebut disambut baik oleh ibu-ibu.
Setiap hari Senin dan Kamis, ibu-ibu ini bekerja memilah sampah yang dikumpulkan oleh warga setempat di kediaman Nina. Selanjutnya, sampah-sampah non organik seperti botol, kemasan makanan hingga plastik bekas belanjaan dikumpulkan dan dibersihkan.
ADVERTISEMENT
Sampah plastik tersebut lantas dibentuk dan dirangkai menjadi berbagai macam barang seperti tas, tempat kosmetik, tempat pensil, kemudian dijual ke sekolah-sekolah atau pameran.
Sampah Jadi Rupaih (Foto: kumparan/Muhammad Faisal Nu'man)
Keuntungan yang diperoleh beragam, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta. Namun, upah tersebut bukan dalam bentuk uang, melainkan poin. Nantinya, poin-poin tersebut akan ditukarkan dengan sembako.
“Kalau sudah sampai 20 poinnya nanti bisa ditukar dengan seperempat gula pasir atau minyak, dengan sembako,” ujar Nina saat ditemui kumparan di rumahnya, Rabu (12/9),
Kegiatan daur ulang ini disambut baik oleh ibu-ibu di Cisalopa. Neneng salah satunya. Setiap harinya, Neneng membuat tas hingga souvenir dari sampah mulai pukul 9 pagi hingga 2 siang.
Sampah Jadi Rupaih (Foto: kumparan/Muhammad Faisal Nu'man)
Di tengah kesibukannya mengurus keperluan rumah tangga, Neneng selalu menyempatkan diri untuk membuat satu atau dua tas sehari.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya saya enggak ada kegiatan, lalu saya tertarik karena bisa mandiri, bisa bantu keluarga juga," ujar Neneng.
Selain menambah keterampilan, kini dia melihat sampah bukan lagi sebagai momok atau hal menjijikan. Namun, sesuatu yang bernilai jual tinggi.
Selain mensosialisasikan pengolahan sampah terpadu di kampungnya, Nina juga aktif mengadakan penyuluhan ke berbagai tempat di Indonesia. "Kemarin diundang ke Kalimantan buat ngajarin ibu-ibu di sana cara mengolah sampah plastik menjadi barang-barang," ujarnya.
Nina bertekad, ingin mengembangkan Greenna dengan bermacam metode yang efektif untuk membasmi sampah dan mengedukasi warga soal pengolahan limbah.