Cerita Ipda Rochmat, Polisi yang Terima Penghargaan PBB Abal-abal

19 Oktober 2018 11:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses penyerahan penghargaan ke Ipda Rochmat, Senin (15/10/2018). (Foto: JatimNow)
zoom-in-whitePerbesar
Proses penyerahan penghargaan ke Ipda Rochmat, Senin (15/10/2018). (Foto: JatimNow)
ADVERTISEMENT
Ipda Rochmat Tri Marwoto jadi berita karena dikenal sebagai salah satu polisi asal Madiun yang peduli terhadap anak-anak telantar. Sejak berpangkat brigadir, dia mendedikasikan diri mendidik dan menyekolahkan 69 anak-anak telantar di Mako Brimob Madiun.
ADVERTISEMENT
Atas dedikasi tersebut, Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian mengganjarnya dengan penghargaan untuk mengenyam pendidikan sekolah calon perwira (Secapa), pada 2017. Kini pangkatnya naik menjadi inspektur dua, dengan satu balok di pundak.
Aksi kemanusiaan itu juga sempat membuat Rochmat mendapat pengalaman kurang mengenakkan. Belum lama ini, Leodwyk Pasulatan, seorang yang mengaku perwakilan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut memberikan penghargaan. Penyerahan penghargaan itu diserahkan di rumah Rochmat, Desa Klagen Serut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Senin (15/10).
Prosesi penyerahan penghargaan itu berlangsung formal. Sejumlah tamu penting turut hadir. Mulai Kapolda Jawa Timur Irjen Luki Hermawan, Bupati Madiun Ahmad Dawami, Kapolres Madiun Kota AKBP Nasrun Pasaribu, Kajari Madiun Sugeng Sumarno, sampai Sekda Kota Madiun Rusdiyanto.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, penghargaan cukup bergengsi yang diterima itu bukan dari PBB. Selang beberapa hari kemudian, Rochmat baru sadar ditipu. Leodwyk ternyata tidak lagi bekerja di PBB.
Rochmat menceritakan, mulanya dia mendapat telepon dari seseorang yang mengaku dari Bhayangkara Investigasi News sekitar pertengahan September lalu. "Saya tidak sempat kroscek, karena (dia) berniat baik, mau kasih penghargaan. Saya berbaik sangka saja," ujar Rochmat saat ditemui di Mapolda Jawa Timur, Jumat (19/10).
Melalui telepon itu, Rochmat diberitahu jika akan ada perwakilan dari PBB yang memberikan penghargaan. Penghargaan tersebut terkait dengan keberhasilan Rochmat yang telah mendidik dan menyekolahkan 69 anak telantar di Madiun.
Setelah penghargaan diberikan, muncul kabar bahwa pria yang mengaku perwakilan PBB itu memberikan penghargaan palsu. Rochmat mencoba mengkroscek melalui Kepala Perwakilan UNICEF Seluruh Jawa, Arie Rukmantara.
ADVERTISEMENT
Rochmat kemudian diberitahu, Leodewyk Pasulatan sudah mengundurkan dari PBB.
Setelah mendapat kepastian kabar, Rochmat tidak merasa dirugikan atas penghargaan palsu tersebut. "Dia (Leodewyk-Red) itu sudah resign, tapi surat resign-nya belum keluar," ujarnya.
Namun demikian, Rochmat mengaku sudah menghancurkan penghargaan berupa piala berbahan campuran palet dan vinil itu. "Jadi, saya pecahin (pialanya), lalu lebur, terus buang ke toilet," ujarnya.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, meskipun penghargaan itu palsu, tapi perbuatan Rochmat tetap menginspirasi anggota polisi lainnya.
"Bagi Polri, yang terpenting adalah Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian sudah memberikan penghargaan tertinggi. Yakni, dengan menyekolahkan yang bersangkutan (Rochmat-Red)," kata Barung.
Polda Akan Menyelidiki Oknum PBB
Polda Jawa Timur menyelidiki Lexy Leodewyk Pasulatan, oknum yang mengaku dari United Nations Information Centre (UNIC), dan memberi penghargaan palsu kepada Ipda Rochmat Tri Marwoto.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan penghargaan palsu ini memang bukanlah sesuatu yang genting. "Tetapi memang ada pertanyaan yang harus kita jawab dan harus kita selidiki," ujar Frans.
Sementara itu Ipda Rochmat Tri Marwoto mengaku tak akan melaporkan Lexy Leodewyk Pasulatan. Bahkan, Ipda Rochmat mengatakan, daripada pihak kepolisian meributkan hal ini, lebih baik berfokus untuk menangani kejahatan. Misalnya terkait koruptor yang banyak mengemban uang rakyat.
"Karena di luar sana koruptor miliaran yang mengganggu masyarakat masih banyak," ujar Ipda Rochmat.
Baginya, hal ini merupakan hal yang sepele. Ipda Rochmat mengaku dirinya akan lebih berfokus pada kesejahteraan 69 anak didiknya. Juga, melakukan kinerjanya sebagai aparat untuk memberantas penjahat.
ADVERTISEMENT
"Tidak perlu dibesarin-besarin, yang penting anak saya bisa sejahtera damai. Mending saya nangkapin koruptor dan penjahat aja, sudah," kelakarnya.
Ipda Rochmat juga mengatakan dirinya tak bersedih atau kecewa. Pasalnya, penghargaan ini bukan merupakan kemauannya. Dirinya menegaskan akan tetap membina dan mengasuh anak didiknya.