news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Kapolres Jakpus soal "Ustaz, Tolong Kami..."

24 Mei 2019 22:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Kombes Harry Kurniawan Foto: Anggi Dwiky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Kombes Harry Kurniawan Foto: Anggi Dwiky/kumparan
ADVERTISEMENT
Kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei di depan Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, menyisakan berbagai macam peristiwa, mulai dari kisah haru hingga peristiwa heroik.
ADVERTISEMENT
Salah satu peristiwa yang paling mencolok adalah momen ketika Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan, meminta bantuan kepada seorang ustaz yang hadir di lokasi untuk menenangkan massa.
Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan saat mengecek Pos Polisi di Jalan Sabang yang dibakar massa. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Tak ayal, insiden itu membuat masyarakat memuji tindakan Harry. Dua hari setelah kejadian, ditemui dalam sela-sela pengamanan di Gedung Bawaslu, Harry menceritakan alasan ia meminta bantuan ustaz setempat. Harry menyebut tindakannya itu merupakan aksi spontan.
"Ya, kalau kita gini, polisi itu ada protap (prosedur tetap)-nya, tetapi ada juga kita dalam pelaksanaan tugas menggunakan hati nurani kita, kita menyentuh dari aspek ataupun sisi humanisme karena polisi sekarang itu 'kan salah satunya mengedepankan aspek humanis. Walaupun kita sebagai komandan mempunyai sifat pemutus, pengambil keputusan, di sisi lain kita harus mementingkan kepentingan yang lebih besar lagi," kata Harry, Jumat (24/5).
Kapolres Jakpus memeluk anggota TNI usai Kericuhan di depan Kantor Bawaslu. Foto: Soejono Ebenezer/kumparan
Harry menjelaskan, dalam menjabat Kapolres, ia harus bisa mengambil keputusan yang tepat dan cepat meskipun dalam keadaan terdesak. Dengan membaca suasana, Harry menilai, bantuan ustaz yang juga merupakan koordinator lapangan massa dapat meredam kerusuhan.
ADVERTISEMENT
"Saya akan lihat siapa komunitas kelompoknya dalam kelompok mayoritas, seperti kemarin ada yang ditokohkan, yang mayoritas kemarin 'kan tokohnya tokoh muslim, saya juga orang muslim 'oh, ada kelompok yang besar', bahwa salah satunya ulama, ustaz, habaib, itu yang ditokohkan sama seperti polisi yang dituakan di sini ada Kapolres," tegas Harry.
Sejumlah massa Aksi 22 Mei terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
"Makanya saya menyebutkan, saya Kapolres Metro Jakarta Pusat, berserta Dandim itu orang-orang yang dituakan. Kelompok masing-masing mereka pun seperti itu dengan kita menyebut seperti itu, saya yakin dan saya berikan jaminan kepastian mereka pasti akan menurut kepada kelompoknya," lanjut Harry.
Sejumlah anggota kepolisian berjaga di arah Tanah Abang. Foto: Iqbal Firdaus/kumpaan
Upaya Harry meminta bantuan kepada ustaz membuahkan hasil. Terbukti, setelah itu, massa mulai bergerak mundur sehingga polisi dapat segera mendinginkan suasana.
ADVERTISEMENT
"Makanya perilaku orang-orang yang enggak menurut sama komandannya, ustaznya habibnya, itu berarti orang yang berniat itu untuk mencederai situasi yang kemarin damai. Akhirnya mereka terpisahkan dengan alamnya yang memang tidak ikut mereka musuhnya itu kita tangkap, gitu," tutur Harry.
Meski begitu, Harry mengaku tidak begitu kenal dengan sosok ustaz yang ia minta untuk menenangkan suasana. Namun ia selalu berupaya untuk mendekatkan diri dan mengenal kepada tokoh-tokoh setempat.
"Saya di sini baru dua bulan, dua bulan ini saya berkomunikasi dengan beberapa kegiatan di lapangan. Secara pribadi saya enggak kenal, tapi saya suka menyapa saat kegiatan begini, saya sapa mudah-mudahan dari menyapa itu beliau-beliau 'oh tahu lah pernah bersalaman' dengan kita sering ketemu di lapangan," pungkas Harry.
ADVERTISEMENT