Cerita Kecelakaan Kerja Para Buruh yang Berdemo di Kemnaker

7 November 2017 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demo buruh di depan Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Demo buruh di depan Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejumlah buruh dari berbagai serikat pekerja berdemonstrasi di Kantor Kementerian Tenaga Kerja Jakarta Selatan hari ini. Demo ini merupakan aksi solidaritas atas kecelakaan kerja gudang petasan di Kosambi, Tangerang, yang menewaskan 49 orang.
ADVERTISEMENT
Massa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Peduli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) itu mulai berdatangan sekitar pukul 11.30 WIB. Mereka menuntut pihak Kemenaker lebih serius memperhatikan kemananan para buruh di tempat kerja.
Kepada wartawan, beberapa buruh peserta aksi menceritakan pengalaman kecelakaan kerja yang pernah mereka alami. Dampaknya, masih terasa hingga kini di sebagian anggota tubuh mereka.
Pekerja peleburan besi di Karawang, Jawa Barat, bernama Karma (22), membagi kisahnya. Ia pernah mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2015 lalu, saat sedang melebur sebuah dongkrak ke dalam tungku.
"Dongkrak tersebut meledak, api hasil ledakan mengenai dari sini (kaki) sampai rambut," ucap Karma di lokasi aksi, Selasa (7/11).
Hingga kini, kata Karma, penyebab kecelakaan itu belum pasti. Pemicu ledakan besar diduga dalah oli di dalam dongkrak. Karma pun masih belum bisa bekerja lagi sampai sekarang, namun masih mendapat gaji dari perusahaan tempatnya bekerja.
ADVERTISEMENT
Ia berharap perusahaan yang mempekerjakannya itu dapat memperbaiki standar keamanan bagi para pekerja. "Inginnya safety-nya dipenuhi, pengawas-pengawas apangannya harus yang berpengalaman, jangan ada lagi (kecelakaan)," kata Karma.
Demo buruh di Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Demo buruh di Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
Selain Karma, buruh lain dari Karawang yang juga pernah mengalami kecelakaan kerja, adalah Dirman (30). Ia yang bekerja di sebuah pabrik percetakan, mengalami kecelakaan hingga kehilangan salah satu tangannya pada 2004 lalu.
"Jadi pas saya bekerja disitu tangan (kanan) saya ketarik dan kejepit mesin (percetakan). Itu pun pakai tangan kiri saya matikan mesin. Kalau enggak saya matikan mesin masih tetap jalan, mungkin bisa sampai kelindes semua itu," tutur Dirman.
Menurut Dirman, kecelakaan terjadi akibat mesin tersebut tak dilengkapi dengan sensor keamanan yang memadai. "Saat itu mesin percetakan itu belum dapat dikatakan safety. Belum aman karena belum ada sensornya" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di lokasi yang sama, perwajilan dari Serikat Pekerja Indonesia menyebut lemahnya pengawasan pemerintah terhadap penerapan keselamatan kerja, jadi salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia.
"Kita mengangggap karena lemahnya pengawasan pemerintah dan juga rendahnya concern pengusaha di bidang keamanan," ujar Wakil Ketua Serikat Pekerja Kimia dan Pertambangan, Serikat Pekerja Indonesia, Firmansyah, di lokasi demo.
"Maka di 2015 BPJS Ketenagakerjaan, mencatat 2.375 yang meninggal. Sementara menurut kita lebih tinggi dari itu karena banyak kecelakaan yang tidak dilaporkan," imbuhnya.
Demo buruh di depan Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Demo buruh di depan Kemenaker (Foto: Johanes/kumparan)
Firmansyah berharap pemerintah dapat merevisi Undang-undang No 1 Tahun 1970. Pasalnya, denda bagi pengusaha yang diduga lalai sehingga berdampak pada keselamatan kerja --yang diatur dalam UU itu-- menurut dia besarannya masih terlalu rendah.
ADVERTISEMENT
"Kita meminta revisi UU no 1 tahun 70 , karena sanksi yang dikenakan kepada pengusaha hanya Rp 100 ribu. Itu tidak membuat jera," tegas Firmansyah.
Pantauan kumparan (kumparan.com) di lokasi, hingga sekitar pukul 14.30 WIB massa aksi belum membubarkan diri. Perwakilan dari mereka, ada yang diterima oleh pihak Kemnaker dan masuk ke dalam gedung.