Cerita Ketua KPPS Karangasem Bali yang Terkena Stroke karena Kelelahan

23 April 2019 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua KPPS TPS 29 Lingkungan Batanha, Kabupaten Karangasem, Bali, I Nengah Widiartha, mengalami stroke ringan karena kelelahan saat penghitungan suara dilakukan. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua KPPS TPS 29 Lingkungan Batanha, Kabupaten Karangasem, Bali, I Nengah Widiartha, mengalami stroke ringan karena kelelahan saat penghitungan suara dilakukan. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua KPPS TPS 29 Lingkungan Batanha, Karangasem, Bali, bernama I Nengah Widiartha mengalami stroke ringan karena kelelahan saat pemungutan suara Pemilu 2019. Kaki dan tangan bapak tiga anak itu kini mati rasa.
ADVERTISEMENT
Anak kedua Widiartha, Ni Nyoman Wahyu Meitriani, mengungkapkan pembuluh darah di kepala ayahnya itu juga terluka. Widiartha dirawat di ruang Nagasari RSUP Sanglah, Denpasar, sejak Rabu (17/4).
"Tangan dan kaki kanannya memang sudah bisa gerak, cuma masih lemas dan kepalanya masih tetap sakit. Tensinya sudah 140/80," kata Mei --sapaan Meitriani-- saat ditemui di RSUP Sanglah, Selasa (23/4).
Widiartha di rumah sakit juga ditemani istrinya, Ni Made Sriwati, dan dua orang kerabatnya. Sriwati tampak mengipasi Widiartha yang tampak gelisah di kasur.
Ruang perawatan itu cukup sempit dan gerah. Sudah tujuh hari, Widiartha terlentang di kasur besi itu.
Mei pun mulai bercerita peristiwa nahas yang menimpa ayahnya yang juga Kelian Banjar Sindhu Saraswati, Kelurahan Karangasem itu. Seminggu sebelum pencoblosan, Widiarhta sudah lembur dan makan tidak teratur karena mempersiapkan logistik Pileg dan Pilpres 2019 di TPS.
ADVERTISEMENT
Lalu, Selasa (16/4) sekitar pukul 01.00 WITA, Widiarta baru saja tiba di rumah dari SDN 5 tempatnya mengabdikan diri sebagai guru. Tanpa makan, minum, serta istirahat, guru agama ini lansung meluncur ke TPS 29. Sebab, satu hari menjelang pencoblosan, TPS 29 belum mendapatkan logistik pemilu, baik kotak ataupun surat suara.
"Sejak pagi lemas dari kemarin tanggal 16 (April), kan dia guru pulang dari sekolah sekitar 01.000 WITA, belum dapat istirahat langsung nyiapin TPS-nya. Makan belum, langsung ke TPS, dia nyiapin sampai malam. Sampai enggak dapat tidur karena nunggu kotak suara dan surat suara belum datang," kata dia.
Paginya, Rabu (17/4), dengan modal sepotong roti dan wajah yang mulai tampak menguning, Widiartha berangkat ke TPS 29. Selain mencoblos, ia juga melayani para pemilih.
ADVERTISEMENT
Namun, sekitar pukul 11.00 WITA, tubuh bapak yang sudah jadi petugas pemilu sejak tahun 2014 tak bisa berkompromi. Widiartha semakin tak bertenaga dan sebagian tubuhnya mati rasa.
"Mukanya sudah kuning, kecapekan, ndak sampai pingsan lama, dia lemas, kepalanya sakit. Sekitar jam 11. 00 WITA baru diajak ke UGD Karangasem. Sampai di sana muntah, kepalanya tetap masih sakit, dan diukur sama dokternya tensinya 170/100, di bagian kanan kaki, tangan kanan sudah enggak merasa dia, dipegang juga enggak berasa, lemas," tutur Mei.
Petugas RSUD Karangasem pun terpaksa merujuk Widirtha ke RSUP Sanglah.
Mei cukup menyayangkan peristiwa yang menimpa ayahnya. Apalagi, Widiartha tak pernah memiliki riwayat hipertensi atau stroke. Selain itu di Pemilu 2014 lalu, Widiartha tak mengalami kejadian serupa.
ADVERTISEMENT
Atas banyaknya petugas KPPS sakit dan meninggal, ia pun berharap pemerintah lebih bijak saat akan menggelar pemilu.
"Pemerintah supaya lebih diperhatikan lah anggotanya. Biar enggak serba mepet, berapa hari, surat-surat DPT-nya itu, beberapa hari sebelum pencoblosan baru datang. Masih harus menulis ini itu, belum lagi nyebarin, belum lagi kerjaan yang lain, " ujar Mei.
Sementara itu, Kabag Humas RSUP Sanglah, Dewa Kresna, mengungkapkan penyakit yang diderita Widiartha. Ketua KPPS itu didiagnosa oleh dokter terserang stroke akibat kelelahan.