news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Lengkap soal Bagi Sembako di Monas dari A-Z

8 Mei 2018 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembagian sembako di Monas. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembagian sembako di Monas. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
ADVERTISEMENT
Acara bagi-bagi sembako oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI) di Monas yang menewaskan dua korban hingga saat ini masih belum tuntas. Orang tua salah satu korban yang semula melaporkan kasus tersebut ke polisi telah mencabut laporannya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian polisi tetap mengusut kasus ini. Sebab selain laporan polisi (LP) dari keluarga korban, ada juga LP yang dibuat oleh polisi sendiri.
kumparan (kumparan.com) merangkum kasus ini dari awal hingga perkembangan terbaru hari ini, Selasa (8/5), beserta tautan story-story sebelumnya. Berikut rangkumannya:
Jumat (27/4)
Undangan bagi-bagi sembako gratis di Monas yang digelar oleh FUI sudah beredar luas. Nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI serta Dinas Pendidikan DKI tercantum dalam undangan tersebut.
Namun demikian Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan Pemprov DKI tidak mendapat pemberitahuan dari pihak penyelenggara. Bahkan Sandi menegaskan tak boleh ada kegiatan bagi-bagi sembako di Monas. Sebab kawasan itu hanya diperuntukkan bagi kegiatan kebudayaan, kesenian, olahraga, keagamaan, serta kegiatan yang mempersatukan warga.
ADVERTISEMENT
Disbudpar DKI kemudian menulis surat keterangan resmi yang menjelaskan bahwa kegiatan FUI tersebut tidak ada muatan politisnya. Acara meliputi bakti sosial, parade seni budaya dan ibadah umat kristiani dalam rangka perayaan paskah serta doa bersama lintas agama.
Sabtu (28/4)
Sejak sebelum acara berlangsung, aksi bagi-bagi sembako di Monas sudah diwarnai kekacauan. Banyak peserta yang tertahan di Stasiun Juanda karena tak bisa keluar dari gate.
Mereka diberi tiket gratis oleh panitia di stasiun pemberangkatan. Namun tiket harian berjaminan (THB) tetap dipegang panitia sehingga para peserta bagi-bagi sembako gratis tak bisa melakukan tap out di stasiun tujuan yakni Stasiun Juanda. Akhirnya mereka terjebak di Stasiun Juanda hingga menimbulkan penumpukan penumpang.
Setibanya di lokasi, kekacauan kembali terjadi. Jumlah peserta membludak sehingga petugas dan aparat kewalahan. Sembako yang dibagikan adalah beras, minyak, dan mi instan. Namun pembagiannya tidak dilakukan dalam satu titik sehingga membuat massa semakin menumpuk dan sulit dikontrol.
ADVERTISEMENT
Peserta diperkirakan mencapai 100 ribu. Mereka membludak hingga ke kawasan Jalan Medan Merdeka. Wali Kota Jakpus Mangara Pardede menyebut panitia tidak memberitahukan perkiraan jumlah peserta kepada Pemkot dan aparat sehingga mereka kewalahan.
Sandi menyebut pembagian sembako di Monas ada unsur politik karena diduga ada yang mengenakan atribut tertentu. Dia juga mengungkapkan ada 2 korban tewas dalam acara tersebut yakni Mahesa Junaedi dan Adinda Rizki Saputra.
Meski demikian, polisi membantah penyebab kematian dua bocah berusia di bawah 12 tahun itu akibat acara pembagian sembako. Kapolres Jakarta Pusat Roma Hutajulu menyebut korban tewas di luar pagar Monas. Roma menyebut pembagian sembako aman dan dia tak khawatir dilaporkan orang tua korban.
Suasana pembagian sembako di Monas. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembagian sembako di Monas. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
Akmal, teman Mahesa, begitu terpukul mengetahui sahabatnya itu meninggal dunia. Mereka berdua pergi ke Monas pada Sabtu (28/4) tanpa izin orang tua karena saat itu kedua orang tua mereka tidak ada di rumah.
ADVERTISEMENT
Bagi Akmal, Mahesa sudah selayaknya saudara sendiri. Mereka selalu mengaji dan bermain bersama. Kepada kumparan, Akmal menuturkan secara lengkap kejadian yang dialaminya bersama Mahesa di Monas.
Akmal kemudian memberi tahu ayah Mahesa, Junaedi, terkait kejadian di Monas. Junaedi dan istrinya panik. Mereka langsung mencari Mahesa ke Monas hingga berjam-jam. Di sana dia akhirnya diberi tahu bahwa Mahesa sudah dibawa ke RSUD Tarakan tapi nyawanya tak tertolong. Junaedi dan istri shock.
Selain Mahesa, kisah duka juga menyelimuti kepulangan Muhamad Rizki Saputra, bocah dengan down syndrome berusia 10 tahun. Ibunya, Komariyah alias Kokom, terpaksa mengajak Rizki ke Monas lantaran tak ada yang menjaganya di rumah.
Namun saat di Monas, Kokom terdorong dari depan dan belakang, sedangkan Rizki terimpit, terjatuh, bahkan terinjak massa. “Ibu Kokom kemudian menarik ke luar Rizki ke bawah pohon. Rizki saat itu sudah muntah-muntah dan kejang-kejang, Ibu Kokom mencari bantuan ke panitia, namun ia tidak mendapatkanya, lantaran sibuk,” terang kuasa hukum Kokom, Muhammad Fayyadh.
ADVERTISEMENT
Selasa (2/5)
FUI meminta maaf kepada Pemprov DKI dan semua pihak atas insiden yang terjadi di Monas. Meski demikian Pemprov DKI tetap akan memberikan sanksi tegas. Dia bahkan menyebut bahwa Biro Hukum Pemprov DKI saat ini tengah mengkaji perda apa saja yang dilanggar oleh forum itu.
Rabu (2/5)
Polisi serius mengusut kasus ini. Polda Metro Jaya membentuk tim khusus untuk menyelesaikan kasus sembako berujung maut tersebut.
FUI membuat pernyataan bahwa kegiatan bagi-bagi sembako di Monas tidak disponsori oleh Pemprov DKI. Surat tersebut diposting dalam akun twitter resmi Pemprov DKI Jakarta.
Sempat beredar voucher pembagian sembako bergambar politikus PDIP Charles Honoris. Namun Charles membantah terlibat dalam aksi tersebut. Dia bahkan mempolisikan pihak yang memfitnah dirinya. Charles mengaku pernah membuat kupon bagi-bagi sembako, tetapi tak ada kaitannya dengan FUI.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada tuduhan bahwa acara di Monas tersebut bermuatan politis. Sebab Ketua FUI, Dave Santosa, disebut-sebut sebagai relawan Jokowi. Dave lantas memberikan klarifikasi. Dia mengaku pernah menjadi relawan Jokowi saat Pilpres 2014, tetapi sekarang sudah tidak lagi.
Dave juga memastikan acara di Monas tersebut tak ada kaitannya dengan Charles Honoris, karena mereka tak saling kenal. Menurut Dave, pendanaan acara tersebut berasal dari iuran teman-temannya yang totalnya menghabiskan miliaran rupiah.
Kamis (3/5)
Polda Metro Jaya mulai mengusut kasus tersebut. Semua pihak terkait termasuk Sandiaga Uno akan dipanggil.
Sementara itu orang tua Mahesa, Junaedi, mengaku tidak akan membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Dia mengaku sudah mengikhlaskan kepergian anaknya yang menurut keterangan dokter meninggal karena dehidrasi. Terlebih menurutnya relawan FUI sudah memberikan bantuan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan orang tua Aditya Rizki, Komariah, melaporkan kasus ini ke Mabes Polri. Dia juga mengaku diberi uang 'tutup mulut' sebesar Rp 5 juta dari Relawan Merah Putih yang berafiliasi dengan FUI.
Namun panitia membantah memberikan uang 'tutup mulut'. Menurut kuasa hukum FUI, uang tersebut murni sebagai uang santunan duka cita.
Minggu (6/5)
Setelah diperiksa selama 6 jam di Polda Metro Jaya, Komariah justru mencabut laporannya. Kuasa hukum Komariah, Arif Iskandar, menyebut kliennya itu telah mengikhlaskan kepergian anaknya. Menurutnya pencabutan laporan tersebut bukan karena desakan atau iming-iming pihak tertentu.
Sementara itu bantuan dari berbagai parpol berdatangan kepada keluarga korban yang tinggal di Kelurahan Pademangan Barat. Mereka menawarkan bantuan hukum bagi keduanya.
ADVERTISEMENT
Senin (7/5)
Meski pihak korban telah mencabut laporannya, polisi tetap mengusut kasus ini. Sebab polisi juga membuat laporan (LP).
Dave memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa di Polda Metro Jaya. Selain itu polisi juga memanggil dokter RSUD Tarakan dan memeriksa rekam medis Mahesa dan Aditya Rizki.
Selasa (8/5)
Kuasa hukum FUI, Hendry, mengungkapkan bahwa Pemprov DKI sebetulnya sudah tahu bahwa acara FUI yang digelar di Monas akan disertai kegiatan bagi-bagi sembako. Sebab FUI sudah menggelar rapat dengan Pemprov DKI pada 23 April yang dihadiri oleh Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan, Satpol PP, serta pihak TransJakarta.
Mereka juga menggelar rapat pada 25 dan 26 April untuk membahas hal yang sama serta melapor ke Polda Metro.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Ketua FUI Dave menegaskan tak ada unsur politis dalam bagi-bagi sembako tersebut. Dia juga menyebut tak ada keterkaitan antara acara FUI dengan politikus PDIP Charles Honoris. Dave juga mengaku tidak mengenal Charles. Menurutnya voucher pembagian sembako bergambar Charles Honoris yang tersebar di media sosial tak terkait dirinya.
Kasus ini belum menemukan titik terang. Meski demikian Wakapolri Komjen Syafruddin menegaskan akan mengusut kasus bagi-bagi sembako yang memakan nyawa Mahesa dan Aditya Rizki tersebut hingga tuntas.