Cerita Masa Muda Irjen Firli Bahuri, Ketua KPK 2019-2023

19 September 2019 10:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Irjen Pol Firli Bahuri bersiap mengikuti rapat paripurna DPR terkait pengesahan hasil 5 pimpinan KPK di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Irjen Pol Firli Bahuri bersiap mengikuti rapat paripurna DPR terkait pengesahan hasil 5 pimpinan KPK di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
DPR telah mengesahkan Irjen Pol Firli Bahuri sebagai Ketua KPK periode 2019-2023. Firli akan menggantikan Agus Rahardjo yang masa kerjanya berakhir pada Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Cerita masa muda Firli, menjadi bagian dari obrolan santai saat tim kumparan diundang ke Palembang untuk berbincang khusus dengan Kapolda Sumatera Selatan tersebut.
Firli menjamu enam orang tim kumparan di ruang kerjanya, di Mapolda Sumsel yang berlokasi di Palembang. Saat itu, Firli sudah menunggu tim kumparan, Rabu (18/9), sekitar pukul 07.00 WIB.
"Minum dulu tehnya, jangan terlalu serius-serius," canda Firli, usai menandatangani sejumlah berkas yang ada di meja kerjanya.
Dalam perbicangan itu, Firli menyampaikan perjuangan hidupnya yang tergolong sulit. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendidikannya, Firli mengungkapkan pernah melakukan berbagai hal, dari berjualan kue hingga mencuci mobil.
"Saya pernah jualan, cuci mobil. Orang kan lihatnya sekarang, mereka enggak pernah tahu bagaimana kehidupan kita dulu, begitu kejamnya dunia, yah," ujar pria kelahiran 8 November 1963 di Desa Lontar, Kecamatan Muara Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Firli mengatakan, sejumlah jabatan yang pernah diembannya bukan diraih karena berlatarbelakang aktivis maupun orang yang pernah mengikuti organisasi kemasyarakatan. Ia menyatakan jabatannya yang diraih karena merintis karier dari nol.
"Kalau kita kan enggak, kita kan dari bawah," katanya.
Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Irjen Firli Bahuri usai menjalani uji kepatutan dan kelayakan capim KPK di Komisi III DPR RI, Jakarta, Kamis (12/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Firli menempuh pendidikan SMP dan SMA dengan keadaan yang serba kekurangan, sehingga memaksanya untuk berjalan kaki sampai berkilo-kilo meter. Sedangkan temannya banyak yang ke sekolah dengan menggunakan motor.
Sewaktu SMA, Firli mengaku hanya memiliki satu pasang sepatu yang dipakainya hingga rusak.
"Sepatu waktu SMA itu, sepatu hanya punya satu, saya masih ingat betul, mereknya BM 2000. Itu sampai jebol itu, jempolnya sampai keliatan," kata Firli.
Ia menceritakan pernah menemukan sepatu warna coklat tanpa tali dari tempat pembuangan sampah di daerah Girya, Palembang. Firli memperbaiki sepatu itu dan memakainya ke sekolah. Belakangan baru diketahui, sepatu itu diklaim oleh teman sekolahnya.
ADVERTISEMENT
"Ternyata di sekolahan ada yang punya, 'eh sepatu kamu nyuri darimana?' saya bilang, 'saya bukan nyuri, saya nemu di tempat pembuangan sampah'. 'Ini sepatu saya' dia bilang begitu," kata Firli seraya menirukan ucapan temannya.
Firli akhirnya mengembalikan sepatu tersebut. Ia juga mengatakan temannya itu sempat melaporkannya ke kepala sekolah karena sepatu temuan dari tempat sampah tersebut.
"Dan orang yang punya sepatu itu masih ada, masih hidup, berapa kali ketemu saya, teman SMA. Pernah datang ke rumah, waktu pertama kali syukuran nempatin rumah, saya enggak tahu, apakah dia masih ingat atau tidak," ujarnya.
Ketua KPK 2019-2023, Firli Bahuri. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Saat SMA, Firli mengaku merupakan orang pendiam dan memilih banyak membaca buku di perpustakaan, ketimbang ke kantin. Hal itu salah satunya karena tidak memiliki uang. Ia menyadari apabila terlahir dengan mempunyai banyak uang, sikapnya mungkin akan berbeda.
ADVERTISEMENT
"Kalau istirahat itu kan 30 menit, kita enggak ke kantin, karena kita enggak ada duit. Saya istirahatnya ya ke perpustakaan, baca buku," ujarnya.
Masih saat SMA, Firli bercerita pernah tinggal di kontrakan di daerah rawa yang masih banyak ikan. Ikan itu diambilnya dengan jaring, lalu ditukar dengan berbagai macam bahan baku pembuatan kue Pepes Ketan.
"Saya membuat kue Pepes Ketan. Kue itulah yang kita jual," ujarnya.
Menurut Firli, kontrakan miliknya berada dalam rumah bertingkat, namun berdinding kay. Ia tidur di lantai bawah. Suatu ketika, Firli mengungkapkan kepalanya terkena sampah, karena pemilik kontrakan menyapu dari lantai atas.
"Yang punya rumah itu kan nyapu, kan enggak ada sampahnya di kumpulin. Nah semuanya dijatuhkan di selah-selah papan, kadang-kadang sampahnya kena kepala kita, ya sudahlah memang keadaannya begitu," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, pemilik kontrakan itu memiliki tiga orang anak perempuan yang tergolong cantik. Suatu ketika, Firli mengatakan pernah diminta untuk mengerjakan tugas sekolah anak perempuan pemilik kontrakan tersebut.
Permintaan itu diutarakan melalui surat yang dimasukkan melalui celah-celah papan di atas kontrakannya itu.
"Saya buka suratnya, (tulisannya) 'ka tolong ka, jawabin PR nya'. Saya dengan ikhlasnya, saya tulis tuh, saya jawabin soalnya, nanti saya kirim lagi lewat celah itu," ujarnya.
Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Irjen Firli Bahuri menjalani uji kepatutan dan kelayakan capim KPK di Komisi III DPR RI, Jakarta, Kamis (12/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menurut Firli, keadaan sulitnya itu telah membuatnya mempunyai banyak keahlian, seperti memasak, berdagang. Keadaan sulit itu juga tidak lantas membuatnya berputus asa.
"Sampai begitu kehidupan (saya). Orang kan lihatnya sekarang, mereka enggak pernah tahu bagaimana kehidupan kita dulu, begitu kejamnya dunia, yah," kata Firli.
ADVERTISEMENT
Firli akhirnya memutuskan untuk menjadi polisi dan mengawali kariernya sebagai Bintara pada tahun 1984. Lalu, ia mendaftar Akpol dan lulus pada 1990.
Sebelum menjadi Kapolda, Firli menempati berbagai macam posisi di antaranya Ditreskrimum Polda Metro Jaya (2005) Kapolres Kebumen (2006), Kapolres Brebes (2007), Wakapolres Metro Jakarta Pusat (2009), Ajudan Wapres RI Boediono (2012), serta Kapolda NTB (2017).
Firli menempuh pendidikan di PTIK (1997), Sespim (2004) dan Lemhannas PPSA (2017). Ia pun sempat menjabat Deputi Penindakan KPK, sebelum terpilih menjadi Ketua KPK.