news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Nunung, Perempuan yang Carikan Dua Istri untuk Suaminya

4 Desember 2017 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nunung Nurjanah, perempuan berusia 31 tahun asal Cirebon, bukan cuma sekali dimadu, tapi dua kali. Minggu itu, 26 November 2017, ia duduk di bagian kiri lengan sofa, dengan sang suami, Suherwin atau Erwin, di lengan kanan sofa. Keduanya tersenyum manis serasi berbusana biru tua.
ADVERTISEMENT
Namun sofa itu bukan cuma diduduki Nunung dan Erwin. Mereka berdua mengapit dua perempuan bergaun merah tua dan oranye. Di tengah sofa, duduk Mimin (30 tahun) dan Solihatun Nafisa (18 tahun). Mereka juga istri Erwin.
Erwin, pengusaha asal Cirebon yang jadi suami Nunung, memang punya tiga istri. Syukuran atas pernikahan terbarunya dengan istri ketiga, Solihatun, dihelat berbarengan dengan peringatan maulid nabi.
Bedanya, pada syukuran pernikahan itu, seluruh istrinya didandani bak pengantin baru semua, meski istri pertama dan kedua sudah lebih dulu dinikahi. Foto dan rekaman Erwin dan istri-istrinya lantas diunggah oleh adik ipar Erwin ke media sosial, dan sekejap viral, membuat Erwin kaget.
Pernikahan pria dengan tiga orang wanita (Foto: Facebook @Khamalludin)
“Saya mengizinkan suami menikah lagi demi menegakkan hukum Islam, menegakkan hukum yang sebenarnya halal dan boleh,” kata Nunung kepada kumparan di kediamannya, Perumahan Bumi Arum Sari, Cirebon, Kamis (30/11).
ADVERTISEMENT
Di rumah dua lantai seluas 120 meter persegi itu, Nunung tinggal bersama Erwin dan kedua madunya. Namun sore itu, Solihatun sang istri ketiga sedang tak di rumah. Ia tengah menyambangi keluarganya di kecamatan lain, kota yang sama.
Pernikahan Erwin dengan kedua istrinya yang lain tak bakal terlaksana tanpa restu Nunung, sang istri pertama. Nunung pula yang memberi ide agar semua istri Erwin didandani bak pengantin baru, sebab istri kedua, Mimin, dulu tak dibuatkan resepsi pernikahan.
“Supaya semua ngerasain didandanin, biar ada kenangannya walaupun terlambat. Yang penting kan ada kenangannya jadi pengantin,” kata Erwin.
Ia mengatakan, Nunung mendukung pernikahan kedua dan ketiganya. Bahkan, ujar Erwin, Nunung pula yang merekomendasikan nama-nama perempuan yang dianggap cocok sebagai istri tambahan untuknya. Ada 7 nama yang disodorkan Nunung kepada Erwin.
Erwin bersama putrinya (Foto: Nugraha Satia Permana /kumparan)
Erwin menikah dengan Nunung, istri pertamanya, pada tahun 2009. Mereka hanya berkenalan sepekan sebelum beranjak ke pelaminan. Semula, Erwin tak kenal sama sekali sosok Nunung. Ia justru mengenal kedua orang tua Nunung. Mereka sama-sama di Cirebon.
ADVERTISEMENT
“Saya kenal sama bapak dan ibunya, kenal akrab. Saya sering main ke rumahnya. Tapi saya tidak tahu beliau punya anak gadis,” tutur Erwin.
Saat itu, Nunung memang jarang di rumah. Ia menghabiskan waktu belajar di beberapa pondok pesantren.
Suatu hari, Erwin dikabari orang tua Nunung, bahwa anak gadis mereka yang telah dipinang dan bertunangan dengan lelaki asal Jakarta, ternyata batal menikah. Pembatalan datang dari pihak lelaki.
Mendengar kabar itu, Erwin seakan melihat kesempatan. “Saya utarakan saja, ‘Bu, udah punya calon lagi belum? Kalau anaknya mau, nikah sama saya saja.’ Besoknya, bapaknya mendatangi saya, menayakan keseriusan,” kata Erwin, mengenang.
Pernikahan pun dilaksanakan sesegera mungkin. Serba-khidmat. Kala itu, Erwin ingin menjadikan Nunung sebagai satu-satunya istri.
ADVERTISEMENT
“Saya sebenarnya dari dulu tidak pernah berharap punya istri lebih dari satu. Kebetulan saya kental dengan budaya Jawa. Punya istri lebih dari satu itu dipantang,” ujar Erwin.
Keinginan Erwin untuk cukup punya satu istri, justru dipandang Nunung sebagai kebaikan hati yang tak boleh disia-siakan hanya untuknya seorang.
“Dengan kesetiaan dan kebaikan suami seperti itu, rasa percaya terhadap suami saya semakin besar. Model suami seperti itu tidak mungkin menelantarkan istri,” ujar Nunung.
Ia pun mendorong Erwin untuk menikah lagi. Ide poligami datang dari Nunung tepat 40 hari sesudah mereka menikah.
“Isitri saya menginginkan agar saya paling sedikit memiliki tiga istri,” kata Erwin.
Nunung rajin menyodorkan nama-nama perempuan untuk dinikahi olehnya. Tawaran menikahi perempuan lain juga kerap datang dari teman-temannya yang memiliki anak dan keponakan perempuan.
ADVERTISEMENT
Erwin dibebaskan Nunung untuk mencari istri lagi sesuai yang ia inginkan. Tetapi Erwin malah sama sekali tak mau mencari. Ia cemas pilihannya tak sesuai dengan hati Nunung.
Jalan 8 tahun usia pernikahannya dengan Nunung, satu nama perempuan kembali disodorkan Nunung.
Ia Mimin, janda beranak satu yang ditinggal mati suaminya ketika sedang hamil dua bulan. Mimin adalah teman Nunung saat masih belajar di pondok pesantren.
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
Tentu saja, keputusan Nunung menikahkan Erwin dengan Mimin membuat kaget keluarga.
Ibunda Nunung hampir pingsan mendengar kabar tersebut. Nunung kemudian meyakinkan ibunya bahwa pilihan itu tepat, juga ia sebut sebagai ungkapan kasih sayang terhadap kedua orang tuanya.
“Saya berharap orang tua saya menjadi ahli surga. Caranya dengan saya menjadi seorang istri yang diridai oleh suami,” ujar Nunung.
ADVERTISEMENT
Ia berpandangan, sebagai istri, tanggung jawab utama bagi seorang perempuan adalah patuh kepada suami, bukan lagi pada kedua orang tua.
Hal lain di balik alasan Nunung mencarikan istri kedua untuk Erwin adalah karena ibadah salatnya kerap tak fokus karena harus mengurus ketujuh anaknya yang masih kecil-kecil.
Belum 8 tahun usia pernikahan mereka, Nunung memang sudah 7 kali melahirkan karena Erwin menolak penggunaan alat kontrasepsi terhadap istrinya itu.
Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya atas restu Nunung, Erwin menikahi Mimin.
Keluarga Mimin semula tak sudi anaknya dijadikan istri kedua. Namun Nunung terus meyakinkan keluarga sahabatnya itu, jika Erwin merupakan sosok suami yang baik.
Mimin sendiri tak soal dijadikan istri kedua. Hingga semua masalah dirampungkan, dan pernikahan digelar.
ADVERTISEMENT
Saat menikah dengan Erwin tahun 2016, anak Mimin sudah menginjak dua tahun. Waktu itu, kata Erwin, ia bahkan tak tahu sama sekali wajah Mimin seperti apa.
“Hitung-hitung saya ngasuh anak yatimlah, tidak perlu lihat orangnya. Kalau orangnya jelek atau cantik, ya udah rezeki saya. Saya lillahi ta’ala, bukan karena hawa nafsu,” ujar Erwin.
Segala rupa persiapan pernikahan kedua bahkan dikomandoi oleh Nunung, mulai pernak-pernik hingga teknis akad nikah.
“Istri saya belanja cincin. Yang nyiapin istri saya sendiri,” kata Erwin
Erwin dan Mimin menikah tanpa resepsi. Undangan akad nikah pun dibuat terbatas. Hanya ada syukuran kecil untuk masing-masing keluarga.
Erwin menunjukkan album pernikahan. (Foto: Nugraha Satia Permana/kumparan)
Tapi Nunung rupanya belum berhenti di Mimin. Satu waktu, ketika sahabat Erwin datang ke rumah, Nunung bertanya padanya apakah punya anak gadis atau tidak. Dijawablah, ada sepasang, kembar, satu sudah menikah dan satu belum.
ADVERTISEMENT
Anak gadis yang belum menikah itu bernama Solihatun Nafisa, lulusan pondok pesantren. Akhirnya, dengan dialah Erwin menikah untuk ketiga kali.
Persiapan dilakukan serbasingkat, dan resepsi pernikahan diselipkan pada acara maulid nabi, Minggu 26 November 2017. Untuk acara maulid nabi dan syukuran pernikahan itu, Erwin menghabiskan dana Rp 40 juta.
Erwin tak menyebar undangan pernikahan. Ia justru mengabari hendak menggelar acara maulid nabi.
“Biasanya orang kalau mengadakan resepsi pernikahan, supaya ada yang kondangan. Saya tidak melakukannya. Intinya, itu kemarin acara (inti)-nya maulid,” kata Erwin.
Syarat izin poligami. (Foto: Istimewa)
Nunung mengatakan, mengizinkan bahkan mendorong Erwin menikah karena ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat. Ia tak ingin poligami dihindari karena tak ada orang yang memberikan contoh yang baik soal praktiknya.
ADVERTISEMENT
“Kalau tidak dicontohkan sama kami, sama siapa lagi? Takutnya, mereka menolak poligami karena tidak ada contoh yang baik.”
Poligami jelas tak bakal habis dibahas sampai kiamat. Paling mudah, mengembalikan kepada pilihan masing-masing orang, menghormati pilihan-pilihan itu, dan tak saling mencaci antarpihak berbeda pendapat.
Sejauh ini, ayat Alquran yang menyiratkan soal poligami ditafsirkan berbeda-beda. Dan apakah perbedaan mesti membuat orang terus berseteru?