Cerita Para Juara dari Panggung Kompetisi Robotik Madrasah Kemenag

4 November 2018 23:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fikri dan Dani siswa asal MTSN 2 Kota Kediri. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fikri dan Dani siswa asal MTSN 2 Kota Kediri. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ragam rona muka tersaji di meja-meja kompetisi robotik siswa madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia. Para siswa dari jenjang ibtidaiyah hingga aliyah tengah berharap-harap cemas menanti pengumuman juara.
ADVERTISEMENT
Dalam kompetisi yang digelar 3-4 November ini, akan diambil 75 kategori juara dari 100 tim yang ada. Masing-masing tim akan memperebutkan juara per kategori dari dua jenis perlombaan yang ada, yakni rancang bangun mesin otomasi bencana dan rescue robot mobile.
Untuk final hari ini, lomba digelar dari pukul 09.00 WIB. Beberapa jam berselang, sekitar pukul 20.00 WIB satu per satu nama juara diumumkan. Teriakan tanda gembira serta isak tangis mengiringi langkah-langkah sang juara.
Salah satunya adalah Rana dan Raihan. Dua siswa-siswi madrasah ibtidaiyah asal Pontianak itu gembira bukan main kala namanya disebut menjadi juara satu dalam kategori The Best Applied Robot. Rana dan Raihan yang kini duduk di kelas 6 SD itu sebelumnya sempat khawatir ketika menunggu pengumuman juara. Rasa lelah pun sempat hinggap sebelumnya tatkala mengikuti ajang robot yang berlangsung dua hari ini.
ADVERTISEMENT
"Capek, tapi sekarang sudah terbayarkan lunas dengan juara satu ini. Sempat kesulitan di pemrograman, tapi sekarang sudah selesai," ujar Rana kala diwawancara kumparan di lantai 1 Depok Town Square, Minggu (4/11).
Para juara di kompetisi robot Kemenag. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para juara di kompetisi robot Kemenag. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
Dalam perlombaan ini, Rana dan Raihan merancang sebuah robot untuk memeringati bencana alam secara dini, semisal gempa bumi, banjir, dan kebakaran. Dengan kemenangan ini mereka berdua berharap terus bisa lanjut ke perlombaan yang lebih tinggi tingkatannya.
Sama halnya dengan Rana dan Raihan, dua siswa asal MTsN 2 Kota Kediri, Fikri dan Dani juga terus loncat kegirangan ketika namanya disebut menjadi juara satu kategori The Best Point Rescue Robot Mobile.
Dua siswa yang sekarang duduk di kelas 8 dan 9 itu tak menyangka bisa mendapat gelar juara satu.
ADVERTISEMENT
"Enggak nyangka bisa juara karena robot kita di pertandingan pertama sempat error. Kita panik, kipasnya itu enggak mau nyala. Ya tapi kita berusaha untuk ngehilangin panik dan membenarkan robotnya," kata Fikri dan Dani bersahutan.
Adapun robot yang dirancang Fikri dan Dani adalah robot yang memberi sinyal bencana terhadap rumah-rumah penduduk. Sinyal-sinyal tersebut berupa warna dan reaksi ketika bencana akan datang melanda. Seperti contoh, ketika rumah berwarna merah maka itu pertanda terjadi kebakaran. Saat itu robot akan memutarkan kipas sebagai sinyal.
Untuk merancang robot yang cukup kompleks ini, baik Fikri maupun Dani membutuhkan waktu selama satu bulan.
Para juara di kompetisi robot Kemenag. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para juara di kompetisi robot Kemenag. (Foto: Nesia Qurrota A/kumparan)
Sementara, dari jenjang yang lebih tinggi, aliyah, kompetisi juga berjalan cukup sengit. Masing-masing tim beradu untuk menampilkan robot yang terbaik. Hilal dan Rafi, dua peserta dari MAN Insan Cendekia OKI, Sumatera Selatan, mengaku hasil yang didapatkan sangat melebihi target. Sebelumnya mereka hanya memasang target perunggu.
ADVERTISEMENT
"Kita memang targetin perunggu saja. Tapi mungkin ini berkat doa dan usaha yang terus menerus jadi bisa juara satu," ungkap Hilal.
Hilal dan Rafi merancang sebuah robot untuk menyelamatkan korban bencana alam. Kendati berhasil meraih juara satu, Rafi menyebut robot yang mereka rancang sempat tidak bisa menerima sinyal sehingga harus didesain ulang.
Meski begitu mereka kini sangat gembira dengan hasil yang didapat. Dua siswa kelas 12 itu sudah tak sabar lagi untuk bisa mengikuti ajang robot yang lebih tinggi.
Dengan tanggapan positif peserta, kompetisi robotik madrasah ini sudah berhasil dalam melaksanakan misinya. Siswa-siswi madrasah diharapkan mampu merespons tantangan zaman yang terus berdinamika.
"Pendidikan madrasah itu harus responsif terhadap realitas. Pendidikan tidak mungkin terisolasi atau menghindar dari arus globalisasi dan revolusi industri. Kita harus melakukan langkah-langkah responsif," papar Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Dr. Kamaruddin Amin.
ADVERTISEMENT