Cerita Pedagang di Sekitar Gereja di Surabaya Usai Tragedi Bom

16 Mei 2018 21:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Teror bom di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, ternyata tidak banyak mempengaruhi aktivitas warga sekitar. Hal ini terbukti dengan banyaknya pedagang yang tetap berjualan di sekitaran ketiga gereja tersebut.
ADVERTISEMENT
Para Rabu (16/5) kumparan berkesempatan menyambangi ketiga gereja tersebut dan berbincang dengan para pedagang di sana. Di gereja pertama, Gereja Santa Maria Tak Bercela di daerah Ngagel, kumparan berbincang dengan Suwandi (47) yang sudah membuka usaha tambal ban sejak tahun 1998.
"Hampir semua orang di sini kenal sama saya. Temen saya juga jadi korban dalam kejadian itu si Bayu (Aloysius Bayu Rendra Wardhana), Aiptu Ahmad Nurhadi sama Aiptu Junaidi" kata Suwandi saat berbincang dengan kumparan.
Pada saat peristiwa yang terjadi pada Minggu (13/5) itu, Suwandi tengah bersiap membuka usahanya. Ia yang berada 100 meter dari lokasi kejadian mengaku terkejut dengan insiden pengeboman itu.
"Lah kaget saya. Saya enggak menyangka saja ada orang yang tega melakukan hal itu" kata dia.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menegaskan sama sekali tidak takut dengan kejadian itu. "Enggak wedi (takut). Wani (berani) aku," tegas Suwandi.
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Dari sana, kumparan lalu mampir ke warung milik Muchtar (50) yang juga masih berada di sekitar gereja. Meski saat kejadian ia sedang tidak berjualan, Muchtar mengaku cukup kaget dengan peristiwa itu.
"Enggak takut lah, wong saya enggak tahu kejadiannya," ucap dia.
kumparan kemudian bergeser ke GKI Diponegoro yang diledakkan tak lama setelah ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Di sana, kumparan menemui pedagang bakso bernama Purwanto (60).
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang dekat tiga gereja yang dibom di Surabaya. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
"Khawatir iya, tapi yang namanya hidup kita enggak terlalu mikirin (soal bom gereja), demi sesuap nasi," tutur Purwanto yang tetap berjualan di sekitar gereja tersebut.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Purwanto, Eva (48), pemilik warkop di dekat Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno mengaku tidak takut. Bahkan, ia mengaku saat gereja tersebut dibom, ia tetap menggelar dagangannya.
"Ngapain takut? Orang pas kejadian saja warung saya ramai, aparat pada beli es teh manis di sini," ujar Eva.
Hal ini membuktikan, meskipun aksi teror menimpa kota tersebut, warga Surabaya tidak terpengaruh. Bahkan, mereka dengan tegas menyebut "ora wedi" (tidak takut) dan tetap beraktivitas seperti biasa.