Cerita Petugas Panti soal Ibu dan 6 Anaknya yang Dicurigai Teroris

25 Mei 2018 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarga yang diselamatkan Dinsos DKI  (Foto: Dinsos DKI)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga yang diselamatkan Dinsos DKI (Foto: Dinsos DKI)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Zamirah (38) dan anak-anaknya yang sempat dicurigai teroris masih berada di Panti Sosial Perlindungan Bakti Kasih, Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka masih diperiksa dan dilakukan assesment oleh petugas.
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Pelaksana Pelayanan dan Pembinaan Panti Bhakti Kasih Ati Dwiatini mengatakan kondisi Zamirah masih belum stabil. Bicaranya masih tidak konsisten.
"Di sini kita assessment, assessment berkali-kali mencari informasi yang benar," kata Ati saat berbincang dengan kumparan di kantornya, Jumat (25/5).
Hasil assesment awal, Zamirah mengaku diusir dari rumah kontrakan karena tidak mampu membayar sewa. Dia, 7 anaknya, dan suami lalu menumpang tidur di Masjid di daerah Blok M, Jakarta Selatan.
Tak lama menumpang di sana, pengurus masjid menyarankan agar mereka ke Dinas Sosial Tangerang Selatan (Tangsel). Pengurus masjid juga menyewakan angkot untuk keluarga Zamirah.
Dinas Sosial Tangsel melakukan pemeriksaan dan diketahui Zamirah memiliki KTP yang beralamatkan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur. Akhirnya keluarga Zamirah dipindah lagi ke Dinas Sosial Jakarta Timur. Mereka juga dipesankan angkot oleh petugas Dinsos Tangsel.
ADVERTISEMENT
Di tengah jalan, suami Zamirah yang bernama Hanri Jeki meminta agar diantar ke rumah kerabat di kawasan Ciputat. Hanri dan satu anaknya sempat turun dari angkot, sedangkan istri dan 6 anaknya yang lain masih di dalam angkot. Sopir angkot tetap ingin mengantar mereka ke Dinas Sosial Tangsel dan membawa Zamirah bersama 6 anaknya.
"Dia (Hanri) minta berhenti enggak dikasih, dia sih bilangnya minta berhenti, 'deket tuh di situ'. Akhirnya turun, tapi belum semua turun angkotnya jalan," ucap Ati.
Menurut pengakuan Zamirah kepada Ati, suaminya tidak meninggalkan dia. Hanri cuma pergi menemui keluarganya untuk meminta bantuan.
Selain itu, soal kabar sopir angkot mencurigai mereka teroris juga dibantah Ati. Menurutnya keluaga Zamirah tidak pernah diatar ke kantor polisi oleh sopir angkot.
ADVERTISEMENT
"Kok beritanya malah ada yang bilang dicurigain teroris dan dihubung-hubungkan ke polisi, itu enggak benar," kata Ati.
Ati juga bertanya soal pekerjaan suami Zamirah. Namun jawaban yang didapat tidak jelas. Zamirah lalu memberikan nomor telepon suaminya agar bisa dikabari dan menjemput mereka di panti.
"Dia kasih nomor suaminya, tapi katanya hapenya rusak, kan enggak bisa dihubungi," ucap Ati.
Keluarga yang diselamatkan Dinsos DKI  (Foto: Dinsos DKI)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga yang diselamatkan Dinsos DKI (Foto: Dinsos DKI)
Kabar yang mengatakan bahwa suami Zamirah lulusan Pesantren Gontor tahun 1996, dan berkuliah di salah satu universitas di Arab Saudi serta meraih gelar dokter, adalah tidak benar.
Informasi itu diketahui dari keterangan perwakilan alumni Gontor 1996 yang datang ke panti. Menurut Ati, perwakilan itu ingin membantu Hanri dan keluarganya yang sesama alumni Gontor. Namun ternyata setelah dicek, tidak ada nama Hanri didaftar alumni.
ADVERTISEMENT
"Dia datang, dia cek-cek (ke alumni Gontor) enggak ada yang kenal. Tahun angkatan 96-97 enggak ada," kata Ati.
Kabar soal Gontor ini menurut Ati mungkin muncul karena cerita Zamirah yang mengatakan pernah dibantu oleh tetangganya yang alumni Gontor. Menurut Zamirah saat mereka tinggal di daerah Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, sering dibantu oleh tetangganya yang alumni Gontor.
"Ada bekas tetangganya di Kayu Putih itu alumni Gontor sekarang udah tinggal di Arab. Katanya dulu suka minta bantuan ke dia. Kalau menurut (Zamirah) dia (suaminya) bukan alumni Gontor," ungkap Ati.
Saat ini banyak pihak yang datang ingin menolong Zamirah. Mereka ingin menampung Zamirah dan 6 anaknya. Namun Ati dan pengurus panti yang lain tidak mau menyerahkan begitu saja. Mereka juga masih mencari suami Zamirah.
ADVERTISEMENT
"Banyak orang yang coba datang, telepon bilang 'saya mau bawa, saya mau nampung'. Cuma di sini yang ambil harus keluarganya, harus membawa KK, KTP kan gitu, dan orang yang jemput itu orang yang ada di dalam KK itu," katanya.