Cerita Sandria, TKW di Singapura yang Berjuang Raih Gelar Master

19 April 2018 7:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, keinginan untuk terus berkembang tak terhalang status atau pekerjaan. Salah satunya adalah Sandria. TKI ini sedang menempuh program pendidikan untuk gelar master di bidang jurusan Administrasi Publik, di Universitas Terbuka Batam.
ADVERTISEMENT
Kini Sandria bekerja dengan keluarga ekspatriat Jerman yang tinggal di sebuah pemukiman elit dekat pusat kota Singapura.
"Halo," kata Sandria menyapa saat ditemui, Rabu (18/4). Perempuan itu tampak mengenakan jaket dan celana jin. Terlihat rambut pirangnya tertutup kupluk putih. Aksen Jawa terdengar kental saat ia berbicara.
Saat ditemui awak media, Sandria menceritakan kisahnya yang kini membagi waktu antara bekerja sebagai buruh migran sambil menyiapkan tesis S2-nya. Sandria bercerita dirinya meneruskan pendidikan karena pernah berjanji dengan orang tua untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Namun, karena suatu hal yang enggan ia ceritakan, ia batal melanjutkan pendidikan tingginya.
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Seiring perjalanan waku, Ia sempat menikah dan memiliki dua anak. Di masa itu, kebutuhan untuk membiayai pendidikan anak membuatnya untuk menjadi TKW ke luar negeri. Menurutnya sulit untuk mencari kerja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat dirinya pergi ke Singapura tahun 2006. Setelah beberapa tahun bekerja ia teringat akan janji dengan orang tuanya. "Wah suatu saat kalau udah punya duit, pengen banget kuliah," kata Sandria.
Perempuan asal Salatiga itu kemudian mendapat kesempatan belajar di Universitas Terbuka Program Kerja (Pokja) Singapura. Ia mendalami ilmu sastra Inggris. Saat itu, hanya butuh 3,5 tahun bagi Sandria untuk menamatkan kuliah. Ia pun bekerja setiap akhir pekan menjadi petugas administrasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja (P3K) Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Usai menyelesaikan pendidikan strata 1, Sandria belum juga puas. Keinginan untuk kembali mengecap pendidikan formal kembali. "Setiap kali anak-anak (mahasiswa UT) Pokja Singapura ujian, saya pengen banget ikut ujian," kata Sandria.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, ia memilih program Ilmu Administrasi Publik. Dengan program ini, Sandria belajar menggunakan metode jarak jauh. Ia rela harus bolak-balik Singapura-Batam untuk ujian setiap 6 bulan sekali. Kini, ia tengah menyiapkan tesis untuk program magister-nya.
Sandria mengaku selama masa belajarnya sudah mengabdi untuk majikan yang berbeda-beda. Namun ia tetap mendapat dukungan untuk ia menempuh pendidikan tinggi.
"Rata-rata mereka orang berpendidikan, lebih mendukung kalau domestic workernya maju," kata Sandria.
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandria, TKI yang tengah menempuh Program Magister (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Sandria memanfaatkan dukungan majikannya. Ia memilih belajar setiap malam selepas bekerja. Tak lupa ia juga berdiskusi dengan teman-temannya sesama mahasiswa S2.
Sandria bukan seorang sendiri menjadi mahasiswa berlatarbelakang TKI. Kini, menurut KBRI Singapura ada sekitar 300 TKI yang mengenyam pendidikan S1 di Universitas Terbuka, serta 5 orang (termasuk Sandria) yang mengenyam pendidikan program magister di institusi yang sama. Dari teman-teman disksusi itu, ia dapat saling mendiskusikan karya ilmiah yang masing-masing tengah dikerjakan.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah obrolan Sandria ditelpon majikannya. "In an hour and thirthy minute," jawab Sandria. Sandria sadar ia sudah harus kembali ke rumah majikannya.
Sandria belum punya pilihan pasti karier yang akan dijalani setelah program S2-nya selesai. Ia memilih fokus terlebih dahulu menyelesaikan program S2-nya. "Saya fokus tesis dulu," kata Sandria.