Cerita Teman Kampus tentang HDS ‘Krimi’, Eks Mahasiswa UI yang Bohong

25 November 2017 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi curang (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi curang (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Yudhistira Dharma, teman sekaligus mantan ketua kelas HDS alias Krimi, mahasiswa Universitas Indonesia yang melakukan kebohongan atas prestasi akademiknya, menceritakan sejumlah hal yang ia ketahui tentang HDS saat masih berkuliah di UI. Kisah itu dibagikan Yudhis lewat akun Twitter-nya, @yudhisdp, Jumat malam (24/11).
ADVERTISEMENT
“Gue mau cerita fakta-fakta yang gue alami dan tahu, tentang masalah Krimi. Di sini gue bukan mau menjatuhkan Krimi atau apapun,” kata Yudhis dalam postingan Twitter-nya.
Yudhis mengenal Krimi karena satu kelas dalam mata pelajaran Matematika Bisnis. Menurutnya, Krimi merupakan sosok mahasiswa yang baik. Ia tak pernah telat kuliah, selalu datang tepat waktu, duduk di kursi barisan paling depan, aktif bertanya kepada dosen, dan rajin.
“Selama 1 semester sekelas sama Krimi, gue ga pernah suspect dia aneh-aneh. Gue cuma judge dia sebagai orang ambi (ambisius) yang kalau mau ujian bilangnya nggak bisa atau tadi malam ketiduran jadi nggak belajar, tapi akhirnya dapet nilai A,” kata Yudhis.
Hingga minggu pertama Januari 2013, Yudhis bersama dua temannya dipanggil ke Departemen Ilmu Ekonomi (IE) untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait kecurangan-kecurangan yang dilakukan Krimi.
HDS 'Krimi' eks mahasiswa UI (Foto: Facebook HDS)
zoom-in-whitePerbesar
HDS 'Krimi' eks mahasiswa UI (Foto: Facebook HDS)
Hal ini sontak membuat Yudhis kaget lantaran ia tidak mengetahui apapun yang ditanyakan oleh DR, salah satu dosen yang menginterogasinya saat itu. Ada dua dosen, DR dan B, yang saat itu mencecar Yudhis dengan deretan pertanyaan yang tak bisa ia jawab.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya Yudhis memahami ada kesalahpahaman di antara dosen tersebut. Mereka memanggil orang yang salah karena adanya kesamaan nama. Sesungguhnya, “Yudhis” yang dimaksud oleh dosen itu bukan Yudhistira. Namun Yudhis lain yang semasa ospek satu tim dengan Krimi.
Setelah tahu ada salah pengertian, ujar Yudhis, suasana menjadi lebih cair. Kepada Yudhis, dosen DR menjelaskan ada kejanggalan atas ujian-ujian yang diikuti HDS alias Krimi.
Keganjilan itu ialah menghilangnya kertas ujian HDS secara tiba-tiba. Anehnya, hal itu terjadi pada setiap mata kuliah. Selanjutnya, selang beberapa hari, kertas ujian HDS ditemukan di sekitar lantai 2, lalu dikembalikan oleh salah satu mahasiswa ke Biro Pendidikan.
“Kami curiga Krimi sengaja membawa pulang ujian agar mendapat nilai lebih baik,” kata Yudhis menirukan kata-kata Dosen DR saat itu.
ADVERTISEMENT
Yudhis lalu menyadari ada yang aneh pula saat ia sekelas dengan HDS. Saat itu, nilai UTS telat dibagikan karena ada satu lembar kertas ujian yang hilang. Padahal, semua mahasiswa terdaftar dalam presensi ujian.
Keterangan Yudhis tersebut langsung dicatat oleh kedua dosen yang menginterogasinya untuk diklarifikasi kepada dosen yang bersangkutan.
Bahkan untuk mengetahui motif dari pelanggaran yang dilakukan oleh Krimi, Universitas Indonesia saat itu akan melakukan tes psikologis terhadap Krimi untuk menentukan apakah ia menderita kelainan psikis sehingga melakukan kecurangan.
Universitas Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Universitas Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)
Beberapa hari memasuki semester 2, Krimi datang menemui Yudhis untuk meminta maaf karena Yudhis jadi ikut terseret ke dalam kasusnya. Menurut Yudhis, Krimi saat itu berlutut di hadapannya.
“Ga tau, gue khilaf aja, Dhis. Gue ngaku emang salah,” kata Yudhis menirukan ucapan Krimi saat itu.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian tersebut, Krimi seakan menghilang dari kampus. Ada informasi yang menyebut ia akan di-DO. Sampai pada semester 4 nama Krimi kembali mencuat ketika ia sudah berkuliah di University of Malaya (UM).
“Kabar dia makin terdengar saat esai dia terpilih dalam suatu kompetisi dan dipanggil ke blue house Korea. Tanggapan anak FE ya: kok dia jadi berprestasi banget ya? Emang pinter dong berarti. Terus kenapa di-DO ya?”
Universiti Malaya (Foto: Instagram/@studyunimalaya)
zoom-in-whitePerbesar
Universiti Malaya (Foto: Instagram/@studyunimalaya)
Masalah baru muncul ketika Krimi mengunggah foto bersama Presiden Korea. Ketika ditelaah lebih lanjut, postingan tersebut adalah editan menggunakan Photoshop. Kejadian ini membuat mahasiswa FE UI seakan tidak percaya lagi dengan Krimi.
“Bingung, dia ini kenapa sih? Apakah benar-benar ada sakit? Atau attention seeker? Atau minta banget di-notice dan dipuji orang?”
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya Yudhis memperoleh informasi bahwa Krimi menjadi mahasiwa berprestasi dan sudah lulus dari UM.
Jumat kemarin, setelah kasusnya mencuat, Krimi melakukan klarifikasi tentang dokumen yang ia palsukan di grup Ilmu Ekonomi 2012. Namun belum jelas apa isi tulisan Krimi dalam grup tersebut. Menurut informasi yang Yudhis dapatkan, Krimi belum lulus dari UM, namun sudah lulus sidang skripsi.
Wisuda sarjana UI (Foto: Instagram @Univ_Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Wisuda sarjana UI (Foto: Instagram @Univ_Indonesia)
Yudhis mengatakan, unggahan foto Krimi yang menggunakan toga saat berada di wisuda mahasiswa UI, bukanlah toga milik Krimi karena Krimi sudah di-DO sejak semester 2.
“Gue jamin itu bukan toga dia. Foto ini di-post di media sosial (udah dihapus sekarang) dan merupakan langkah yang sangat fatal. Karena semua tahu dia sudah di-DO dari FE UI dari semester 2. Kalian bisa cek di Forlap Dikti. Jadi orang bingung, si Krimi ini kenapa sih? Ajaib banget orangnya,” kata dia.
ADVERTISEMENT
“Menurut gue seharusnya sih UM/UI kasih klarifikasi, sebenarnya pemalsuan dokumen itu bener atau nggak, karena itu major crime kan,” ujar Yudhis, menutup ceritanya.
Krimi alias HDS telah mengklarifikasi kebohongan akademiknya. Dalam keterangannya kepada kumparan kemarin, HDS mengakui kesalahannya dan memohon maaf sebesar-besarnya atas masalah transkrip nilai dan foto wisuda yang dipalsu. Namun, ia mengklaim tak semua prestasi yang ia dapatkan kebohongan semata.
Kisah tentang HDS mulai viral saat Fauziah Zen, seorang dosen UI, melalui akun Twitter @fautherklots, mencuit tentang kronologi kebohongan HDS ketika masih menjadi mahasiswa UI, hingga akhirnya hijrah ke Negeri Jiran.