Cerita Tentang Proklamasi Tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon

15 Agustus 2018 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutan Sjahrir (Foto: Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat sejati yang mendahului zamannya.)
zoom-in-whitePerbesar
Sutan Sjahrir (Foto: Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat sejati yang mendahului zamannya.)
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa Indonesia pernah menggaungkan teks proklamasi pada 15 Agustus 1945? Jika tidak ya tak usah khawatir. Faktanya memang banyak kok yang belum akrab soal peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya proklamasi yang diakui sejarah adalah 17 Agustus 1945. Sebuah peristiwa proklamasi yang dibacakan Sukarno dengan didampingi Hatta di Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Di tiap tanggal itu pula kita mengenang dan memperingatinya sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Namun siapa sangka, seorang dokter bernama Dr. Sudarsono lebih dulu membacakan teks proklamasi pada 15 Agustus. Dia menggaungkan pesan kemerdekaan RI di alun-alun kejaksaan Cirebon. Disaksikan pula oleh sekitar 150 orang.
Pawai menyambut Proklamasi Kemerdekaan RI.  (Foto: perpusnas.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Pawai menyambut Proklamasi Kemerdekaan RI. (Foto: perpusnas.go.id)
Proklamasi itu sendiri sebetulnya tak lepas dari sosok pemuda bernama Sutan Sjahrir. Dia merupakan golongan muda yang mendesak Sukarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI usai Jepang dibombardir sekutu.
Dalam sebuah buku berjudul 'Sutan Sjahrir: negarawan humanis, demokrat sejati yang mendahului zamannya', gamblang diceritakan bahwa Sjahrir memiliki banyak rencana alternatif jelang kemerdekaan. Mulai dari menculik Sukarno ke Rengasdengklok, hingga menyiapkan naskah proklamasi dan menempatkan orang-orangnya di sejumlah daerah.
ADVERTISEMENT
Buku yang ditulis oleh Rosihan Anwar itu memaparkan bahwa Sjahrir memiliki banyak anggota yang bergerak secara underground (bawah tanah). Sejak jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan sejumlah orang agar membacakan teks proklamasi yang telah dia susun. Dr. Sudarsono adalah salah satu tokoh yang sepakat bahwa kemerdekaan harus diikrarkan secepatnya.
Coretan usai Proklamasi: WE ARE A FREE NATION. (Foto: Kemdikbud)
zoom-in-whitePerbesar
Coretan usai Proklamasi: WE ARE A FREE NATION. (Foto: Kemdikbud)
Langkah itu diambil lantaran Sjahrir tak ingin kemerdekaan RI dianggap sebagai hadiah dari pemerintah Jepang. Langkah itu juga diambil sebagai bentuk antisipasi jika Sukarno enggan membacakan teks proklamasi pada 15 Agustus atau 16 Agustus 1945.
Memang, Sukarno menolak saat dimintai para pemuda untuk membacakan teks proklamasi pada 15 Agustus. Sukarno berdalih butuh perantara Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk menyatakannya.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, para pemuda justru menilai proklamasi tak butuh izin dari PPKI. Para pemuda menilai PPKI adalah boneka bentukan Jepang. Tak heran jika kemudian Sjahrir berinisiatif untuk membuat teks proklamasi. Cirebon dipilih lantaran dianggap sebagai tempat yang jauh dari pengaruh Jepang.
Meski Cirebon pernan menjadi tempat proklamasi, naskah proklamasi itu tak pernah tersimpan. Tak pernah ada yang tahu di mana keberadannya, bahkan kini.