Cerita Tetangga saat Densus 88 Gerebek Rumah Terduga Teroris Tandes

16 Mei 2018 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TKP penggerebekan di Tandes, Surabaya.  (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
TKP penggerebekan di Tandes, Surabaya. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan )
ADVERTISEMENT
Terduga teroris Dedi Sulistiantono yang tewas dalam penggerebekan Densus 88 di sebuah rumah kos Kecamatan Tandes, Surabaya, meninggalkan seorang istri dan tiga anak.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan tetangga yang juga saksi mata, Khusen, saat penggerebekan dilakukan, rumah kos yang ditinggali Dedi hanya dihuni ia dan istrinya.
"Anak-anaknya sedang di luar, ada yang bilang sedang mengaji di musala," kata Khusen kepada kumparan, Rabu (16/5).
Ditemui terpisah, Siti Khumairoh, guru les mengaji H, anak bungsu Dedi, mengatakan, saat penggerebekan berlangsung anak itu ada di kediamannya.
"Dia lagi les. Begitu kejadian ramai-ramai, ada polisi sama kakak-kakaknya datang menjemput," ujar Siti Khumairoh.
Perempuan yang akrab disapa Iroh itu menambahkan, saat polisi datang menjemput, anak-anak Dedi dalam kondisi menangis.
"Lihat kakaknya menangis, H ikut menangis. Polisinya bilang, 'enggak, enggak akan diapa-apakan enggak usah takut,'. Polisi lalu mengajak saya untuk temani membawa anak-anak ke Polda Jatim," kata Iroh.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan, Iroh tak sendiri, ia juga ditemani suaminya. Keduanya berusaha menenangkan anak-anak Dedi yang masih ketakutan.
"H sudah mulai tenang sama suami saya. Tapi D (anak sulung Dedi), itu megang erat tangan saya sambil ketakutan. Saya bilang,'Kamu enggak usah takut, kamu kan enggak salah," cerita perempuan berusia 41 tahun itu.
Iroh hanya mengantarkan anak-anak Dedi hingga RS Bhayangkara, Surabaya. Setelah itu, menurut Iroh, anak-anak Dedi dipertemukan dengan psikolog.
"Setelahnya saya pulang dan sampai rumah pukul 23.00 WIB. Cuma karena buru-buru, sampai lupa bawa uang lalu saya diberi ongkos sama pak polisinya," tutur Iroh.
Ketiga anak Dedi tidak tercatat sebagai pelajar di sekolah formal. Hanya H yang mengikuti les di bawah bimbingan Siti Khumairoh.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penuturan tetangga setempat, ketiganya sengaja tidak disekolahkan formal karena akan dimasukan pondok pesantren oleh kedua orang tuanya.