Cerita Wartawan Donasikan USD 5.000 untuk Korban Bencana Sulteng

11 Oktober 2018 10:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronny saat menemui korban di Kulawi, Kabupaten Sigi. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
zoom-in-whitePerbesar
Ronny saat menemui korban di Kulawi, Kabupaten Sigi. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
ADVERTISEMENT
Ketika Palu, Sulawesi Tengah, diguncang gempa, Jumat (28/9), Ronny Adolof Buol (45), sedang mewawancarai narasumber di Manado, Sulawesi Utara. Teleponnya sengaja diatur airplane mode karena digunakan untuk merekam. Dia baru tahu kabar bencana Sulteng tiga jam setelah pulang ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
“Saya gelisah membaca berita-berita soal korban gempa dan tsunami,” ujar Ronny kepada kumparan, Kamis (10/11).
Dia mencoba mengajak beberapa orang dengan membuat status di akun Facebooknya, Sabtu (29/9). Banyak yang merespons ajakannya, tapi tidak serius. Lalu dia memutuskan mengajak Gita Waloni (20), mahasiswa Universitas De La Salle Manado sekaligus pemandu gunung. Kebetulan Gita satu kampung dengan Ronny.
Gita, temannya Ronny mengendarai motor dari Manado ke Palu. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
zoom-in-whitePerbesar
Gita, temannya Ronny mengendarai motor dari Manado ke Palu. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
Sabtu pukul 03.00 WITA, mereka memulai perjalanan berjarak 11.000 kilometer dengan menggunakan sepeda motor. Saat itu ia hanya mengantungi uang Rp 150 ribu. Beruntung dua sahabat Ronny menanggung biaya akomodasi. Kemudian, kakaknya mentransfer Rp 500 ribu sebagai tambahan.
“Saya ke Palu sebenarnya belum ada penugasan, saya hanya ingin berada di sana,” kenang Ronny.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah perjalanan Manado-Gorontalo, Ronny menerima penugasan dari organisasi nasional, salah satunya dari United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF). Dia bertanggungjawab untuk mendapatkan foto eksklusif dari lokasi bencana.
Ronny mendokumentasikan korban Sulteng untuk UNICEF. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
zoom-in-whitePerbesar
Ronny mendokumentasikan korban Sulteng untuk UNICEF. (Foto: Dok. Ronny Adolof Buol)
“Saat berada di lokasi, hati saya tersentuh melihat kondisi para korban, Gita kadangkala tak kuasa menitikan air mata,” kata Ronny.
Dalam penugasannya, Ronny dibayar USD 800 per hari selama satu pekan. Dari total gajinya USD 5.600, dia hanya mengambil USD 600.
“Saya dibayar cukup tinggi untuk sebuah penugasan di Sulteng, tapi bagi saya, upah itu berlebihan untuk diri saya, “ tulis Ronny dalam akun Facebooknya, Rabu (10/10).
Dia merasa tidak adil ketika mengambil semua upah itu. Sementara banyak relawan yang membantu tanpa dibayar. Akhirnya dia mendonasikan sebagian honornya melalui Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Palu, Rabu (10/10).
ADVERTISEMENT
“Saya juga jalan ke tenda-tenda pengungsian dan membaginya buat anak-anak dan para relawan,” kata Ronny.
Kemarin (10/10), Ronny dalam perjalanan pulang. Dia menceritakan kisahnya di sela-sela istirahatnya. Semoga selamat sampai kembali ke rumah Ronny!