Charta Politika: Suara Hanura Turun karena Konflik Internal

17 April 2019 23:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah masa dari Partai Hanura gelar unjuk rasa di depan kantor KPU, Jakarta, Senin (21/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah masa dari Partai Hanura gelar unjuk rasa di depan kantor KPU, Jakarta, Senin (21/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Survei Charta Politika merilis perhitungan cepat atau quick count hasil Pemilu Legislatif 2019. Hasil quick count menunjukan bahwa Partai Hanura hanya memperoleh suara sebesar 1,68 persen.
ADVERTISEMENT
Jumlah suara tersebut tidak hanya membuat Hanura gagal meraih kursi di parlemen. Tapi jelas menunjukkan penurunan drastis jika dibandingkan perolehan suara Hanura yang mencapai 5,26 persen pada Pileg 2014 lalu.
Direktur Riset Charta Politika Muslimin mengatakan penurunan suara yang dialami Hanura disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari dualisme kepengurusan yang menyebabkan perpecahan partai hingga banyaknya kader partai yang memutuskan keluar dari Hanura.
“Saya kira memang bagaimana pun pecahnya Hanura sebagai partai membuatnya belum mapan secara infrastruktur,“ kata Muslimin saat menggelar konferensi di Hotel Grandhika Iskandarsyah, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).
“Konflik itu mengakibatkan kenapa Hanura sampai ke bawah itu tidak solid karena partai yang belum kuat begitu dilanda konflik internal maka kecenderungan partai ini agak sulit kemudian membangun konsolidasi,” sambungnya lagi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Muslimin juga mengatakan Hanura belum memiliki basis pendukung yang kuat. Ditambah lagi, minimnya tokoh yang ditonjolkan Hanura pada pemilu 2019 ini dinilai juga cukup berpengaruh terhadap perolehan suara.
“Hanura belum punya pemilih yang cukup kuat dibawah, Hanura kuat di 2014 lebih karena sosok tokoh Wiranto waktu itu, jadi bukan secara infrastruktur parpol (yang kuat),” tutup Muslimin.