news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

China Jawab Turki soal Desakan Kamp Uighur Ditutup: Jangan Ikut Campur

21 Februari 2019 22:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Departemen Publisitas Pusat China saat berdiskusi dengan jurnalis Indonesia-Malaysia. Foto: Marcia Audita/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Departemen Publisitas Pusat China saat berdiskusi dengan jurnalis Indonesia-Malaysia. Foto: Marcia Audita/kumparan
ADVERTISEMENT
China meminta Turki tak mencampuri urusan warga Uighur di Xinjiang. Pernyataan itu muncul untuk menanggapi desakan Turki yang menginginkan pemerintah China menutup kamp konsentrasi usai kabar kematian musisi Turki keturunan Uighur, Abdurehim Heyit.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan BBC, Heyit ditahan atas lagunya yang dinilai mengandung unsur radikal. Lirik 'martir perang' yang terselip di dalamnya dianggap China sebagai ancaman.
Wakil Menteri Departemen Publisitas Pusat, Jiang Jianguo, memaklumi jika Turki memiliki koneksi dengan warga Uighur di China. Namun, kata Jiang, dalam hal ini, Turki tak memiliki kapasitas apapun, bahkan sama sekali tak berhubungan dengan Xinjiang.
"Menurut saya, komentar Tuki tidak pantas. Hal itu seakan menunjukkan sikap yang tidak bersahabat." Ujar Jianguo di Kantor Kementerian China, Beijing, Kamis (21/2).
Wakil Menteri Departemen Publisitas Pusat, Jiang Jianguo. Foto: Marcia Audita/kumparan
Bangsa Uighur memang memiliki ikatan keturunan dengan klan Turki. Mereka banyak mendiami Asia Tengah, juga di Urumqi, ibu kota Xinjiang, China. Maka dari itu, Turki ikut ambil bagian menuntut tindakan represif China.
ADVERTISEMENT
Turki dan media arus dunia sepakat China telah membuat warga Uighur di Xinjiang menderita. Masih merujuk BBC, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, mengatakan lebih dari satu juta warga Uighur disiksa, ditangkap, dan menjadi sasaran indoktrinasi di dalam penjara, termasuk Heyit.
Tudingan itu diperkuat dengan laporan Amnesty International dan Human Rights Watch kepada PBB. Dalam laporannya, mereka mendokumentasikan pemenjaraan massal, di mana tercatat para tahanan disiksa, diminta untuk sumpah setia kepada Presiden China Xi Jinping, meninggalkan Islam, hingga dicekoki ideologi partai komunis. Foto satelit area kamp pun juga telah terdeteksi.
Departemen Publisitas Pusat China saat berdiskusi dengan jurnalis Indonesia-Malaysia. Foto: Marcia Audita/kumparan
Catatan media barat lainnya seperti BBC, AFP, hingga Washington Post melaporkan kamp Uighur di Xinjiang dijaga ketat oleh ribuan sipir bersenjata. Di sekitar kamp dikelilingi pagar beton CCTV yang dipantau ratusan CCTV.
ADVERTISEMENT
China berdalih kamp-kamp konsentrasi yang dibangun bukanlah penjara untuk mengisolasi warga Uighur. Jianguo menuturkan, kamp itu didirikan sebagai pusat pelatihan vokasi agar warga Uighur tak lagi terpapar tiga isu: radikalisme, ekstremisme, terorisme.
Jianguo lalu menjelaskan kategori apa saja yang membuat warga Uighur dimasukkan ke dalam kamp. Yakni, mantan narapidana terorisme, residivis, dan orang-orang yang disinyalir terpapar radikalisme. Mereka akan diberikan keterampilan khusus juga mempelajari bahasa Mandarin.
Suku Uighur. Foto: Wikimedia Commons
Sejauh ini, China membantah mentah-mentah tuduhan data yang ditunjukkan media barat. Dan soal permintaan Turki, Jianguo tak ambil pusing. "Keputusan penutupan (kamp) sepenuhnya ada di pihak pemerintah China. Selama masih dibutuhkan, akan terus dilanjutkan," tegasnya.
Ada Apa di Xinjiang?
China tengah fokus menjadikan Xinjiang sebagai jalur sutra dengan nilai investasi triliunan dolar. Konflik antaretnis pun bermunculan saat gelombang Han, etnis terbesar di China, berdatangan ke Xinjiang karena mendengar isu yang menjanjikan itu. Namun, etnis Han malah menempati posisi-posisi terbaik di beberapa perusahaan di Xinjiang, dan diduga menggeser eksistensi Uighur.
ADVERTISEMENT
Adapun jalur sutra yang dimaksud adalah kemudahan untuk mendistribusikan barang ke penjuru dunia. Jalur Sutra, sejak abad ke-3 sebelum masehi, dipakai China untuk berkomunikasi dan berdangang kain sutra ke Eropa.
Presiden China Xi Jinping Foto: REUTERS/Jason Lee
Xi Jinping telah menganggarkan dana untuk membangun infrastruktur yang memudahkan perdagangan. Salah satunya melalui Xinjiang, daerah otonomi di China yang berbatasan dengan Mongolia di sebelah timur, Rusia di utara, serta Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afganistan, dan Kashmir di barat.
Sikap Indonesia
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya turut prihatin dengan kondisi warga Uighur di Xinjiang yang diisukan dipersekusi. Meski begitu, JK --sapaan Jusuf Kalla-- mengaku tak akan mencampuri urusan negara lain.
Dalam kesempatan berbeda, Duta Besar Indonesia di China, Djauhari Oratmangun, belum bisa berkomentar banyak. Djauhari hanya memastikan hubungan kerja sama Indonesia-China sejauh ini berjalan sangat baik.
MUI, NU, dan Muhammadiyah bertemu Dubes Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun (kedua dari kanan), sebelum mengunjungi Xinjiang. Foto: Marcia Audita/kumparan
Saat ini, Djauhari memfasilitasi rombongan wartawan, termasuk kumparan, untuk menyaksikan langsung kondisi Xinjiang. Kedubes juga membawa rombongan Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah ke Urumqi, sebelum memutuskan sikap.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah ke Xinjiang bulan Desember lalu dan mungkin ibu, bapak akan saksikan sendiri di sana, datang dan melihat, istilah saya believe is seeing, bukan seeing is believing," kata Djauhari di Wisma Kedubes Indonesia untuk China di Beijing.
"Urumqi kota modern, fasilitasnya sangat bagus, luar biasa, bersih dan rapih. Di sana saya berkinjung ke beberala masjid," tambahnya.
Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Internasional MUI, Muhidin Junaidi, mengatakan pengambilan keputusan akan dilakukan usai mengunjungi Xinjiang dan rapat diplomatik bersama Kedubes dan perwakilan China. Muhidin mengakui ada kelompok ekstremis dan radikal di wilayah otonom tersebut. Namun, bukan berarti kelompok itu digeneralisasi ke semua warga Xinjiang.
"Jangan terlalu cepat memvonis, gegabah. Kami harus tabayyun, periksa dulu sebelum kita keluarkan sikap final. Maka kami harus meyakinkan itu di Xjnjiang. Memastikan bahwa saudara kami aman, Indonesia harus jadi pelopor bukan kompor," ujar Muhidin di kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
"Ada baiknya kita dialog hingga mendapat kesepakatan. Maka kami ingin make sure berita burung yang tersebar di dunia maya bahwa telah terjadi persekusi terhadap ulama, pembunuhan di Xinjiang, penghancuran masjid sehingga menimbulkan kekecewaan di kalangan umat Islam Indonesia. Mudah-mudahan ada semacam kesepahaman," tutupnya.