China Tutup Paksa Gereja Protestan Terbesar di Beijing

10 September 2018 16:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gereja. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gereja. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pemerintah China menutup paksa gereja Protestan terbesar di ibu kota Beijing karena dianggap tidak memiliki izin. Sebelumnya China dilaporkan menutup puluhan gereja dengan alasan yang sama, menuai kritikan karena dianggap mengekang kebebasan beragama.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, gereja Zion yang ditutup pada Minggu (9/9) dianggap beroperasi secara "bawah tanah" tanpa izin selama bertahun-tahun. Walau tanpa izin, setiap akhir pekan gereja ini dipenuhi jemaat dalam Misa.
Tapi pada April lalu pihak gereja menolak perintah aparat untuk memasang kamera CCTV di dalam ruang ibadah. Sejak saat itu, mereka mengalami tekanan dari aparat dan diancam digusur.
Pendeta Ezra Jin Mingri kepada Associated Press mengatakan pada Minggu sekitar 60 petugas datang ke gereja itu sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Mereka membawa bus-bus, disertai mobil polisi dan pemadam kebakaran.
Kepala pendeta dari gereja Zion di Beijing, Jin Mingri. (Foto: Reuters/Thomas Peter)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala pendeta dari gereja Zion di Beijing, Jin Mingri. (Foto: Reuters/Thomas Peter)
Aparat lantas menyatakan perkumpulan jemaah di gereja itu ilegal dan properti gereja disegel. Aset-aset pribadi pendeta disita, termasuk materi-materi khutbah yang dianggap ilegal.
ADVERTISEMENT
Para jemaah juga diberikan pemberitahuan oleh biro keagamaan distrik Beijing agar "menghormati peraturan dan regulasi dan menghadiri acara di tempat-tempat pelaksanaan ibadah yang terdaftar secara hukum."
Konstitusi China memang menjamin kebebasan beragama, namun dalam praktiknya di pemerintahan Presiden Xi Jinping umat beragama dikekang dengan alasan mencegah ekstremisme dan masuknya pengaruh asing.
Pada 1 Februari lalu, China mengeluarkan peraturan baru yang melarang peribadatan di gereja tak berizin, melarang pengajaran agama, diskusi online, pendanaan, dan pembangunan gereja tanpa izin. Gereja harus terlebih dulu mengajukan izin beribadah ke dua institusi Kristen yaitu Dewan Kristen China (CCC) untuk Katolik dan Gerakan Patriot Tiga Pendrian (TSPM).
Menurut laporan Global Christianity pada 2011 oleh Pew Research Center, ada 58 juta Protestan dan 9 juta Katolik di China. Tidak hanya umat Kristen, umat Muslim juga mendapatkan persekusi dari aparat, terutama di Xinjiang. Di wilayah barat China itu dilaporkan terdapat penjara-penjara rahasia untuk menahan dan menanamkan doktrin Partai Komunis kepada sekitar 1 juta umat Islam.
Tahanan di kamp pendidikan politik di Lop County, Prefektur Hotan, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
zoom-in-whitePerbesar
Tahanan di kamp pendidikan politik di Lop County, Prefektur Hotan, Xinjiang. (Foto: Dok. media.hrw.org)
Gereja Zion bukan satu-satunya yang disegel aparat dengan alasan tidak berizin. Pada Juli lalu, Associated Press (AP) melaporkan ada lebih dari 30 gereja Protestan yang ditutup oleh China.
ADVERTISEMENT
Bob Fu dari Organisasi Kristen yang berbasis di Amerika Serikat, China Aid, mengatakan penutupan itu dilakukan dengan kekerasan. Fu memperlihatkan video tumpukan Injil yang terbakar dan formulir agar jemaah meninggalkan keyakinannya. Menurut Fu, cara ini pertama kali digunakan pemerintahan Mao Zedong pada Revolusi Budaya 1966-1976.
Hal serupa disampaikan oleh seorang pendeta di kota Nanyang, Henan, dalam penggusuran aparat di gerejanya pada 5 September lalu. Pendeta yang takut disebut namanya itu mengatakan aparat masuk ke gerejanya pada dini hari, mengeluarkan perabotan gereja, dan membakarnya, termasuk kayu-kayu salib.
Belum ada keterangan pemerintah China terkait penutupan gereja-gereja ini.