news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Curhat Nelayan Pandeglang Takut Melaut karena Isu Tsunami 57 Meter

11 April 2018 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tsunami. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Nelayan di Pandeglang, Banten, sempat amat resah dengan kabar potensi tsunami setinggi 57 Meter yang akan menerjang wilayahnya. Mereka sempat beberapa hari tak melaut karena ketakutan.
ADVERTISEMENT
"Jujur pemberitaan kemarin sangat mengagetkan, yang mengatakan diperkirakan ada tsunami 57 meter," kata Ketua Paguyupan Negalayan Pandeglang Nawawi dalam diskusi klarifikasi Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Hotel NAM, Jakarta, Rabu (11/4).
Menutur Nawawi, kabar tersebut cepat tersebar kepada masyakat karena dibagikan di sejumlah media sosial. Mereka pun sempat begitu mempercayai kabar tersebut.
"Jadi bukan hanya saja media online yang menyampaikan, tapi orang share-share ini menjadi heboh. Apalagi yang mengeluarkan statement adalah ilmuan dan lembaga yang terpecaya di Indonesia," jelasnya.
"Kita apalagi masyarakat di pesisir merasa resah. Jelas membawa dampak sosial dan ekonomi," imbuhnya.
Ilustrasi kapal nelayan (Foto: terex/Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal nelayan (Foto: terex/Thinkstock)
Nawawi menyebutka, sejumlah masyarakat Pandeglang sempat berhenti melaut dan memilih mengungsi ketika berita tersebut mereka terima.
ADVERTISEMENT
"Sempat ada kawan kami yang mengungsi karena dikira saat itu. Kemudian, ada nelayan yang takut untuk ke laut. Ada rumor kemarin wisata juga berkurang, dan ikan juga sedikit (karena enggak ada yang melaut), jadinya murah," papar Nawawi.
Nawawi juga menyampaikan bahwa kabar tersebut akan berefek lama untuk dilupakan oleh masyarakat. "Mungkin yang tidak cukup 1-2 minggu untuk melupakan masalah ini," ujarnya.
Sementara itu, Ketua MUI Pandeglang Hamdi Mani mengatakan, banyak masyarakat yang bertanya akan kesimpangsiuaran berita tersebut. "Yang di masyarakat apa mungkin terjadi? Saya katakan itu baru informasi, baru potensi," kata Hamdi.
"Kami tidak menyalahan BPPT bagus ada penelitian itu, jadi kalau penelitian itu dipublikasikan kepada masyarakat bahasa diperhalus. Apabila ada hal-hal harus ada riset dan lainnya apakah ini (cocok) konsumsinya kepada masyarakat atau internal," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, beberapa waktu lalu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa informasi soal tsunami 57 meter di Pandeglang, Banten, merupakan hasil kajian yang belum dikembangkan lebih lanjut.
Jadi, masyarakat sebenarnya tak perlu takut berlebihan dengan adanya modeling tersebut. "Yang disampaikan oleh peneliti (dalam seminar) adalah modeling yang perlu diuji dengan model-model yang lain dan perlu divalidasi dengan model-model yang lebih lanjut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam live streaming dari Jayapura di Kantor BMKG, Jakarta, Kamis (5/4).
"Sehingga model tersebut belum bisa dijadikan acuan dan bukan prediksi serta perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut," imbuhnya.