Cut Meutia, Pahlawan yang Cinta Agama dan Bangsa

7 November 2018 18:02 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cut Nyak Meutia di Uang Rp 1000  (Foto: Dok. Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Cut Nyak Meutia di Uang Rp 1000 (Foto: Dok. Wikipedia)
ADVERTISEMENT
Perempuan berdarah Aceh dikenal sebagai sosok wanita yang tanggguh, kuat, serta pemberani. Di medan perang bahkan mereka ikut berjuang bersama sang suami mempertaruhkan nyawanya demi mengusir penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Sederet nama pejuang wanita asal Aceh itu tak hanya Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, dan Pocut Baren, namun juga Cut Nyak Meutia. Wanita kelahiran 1870 asal Keureuto, Pirak, Aceh Utara, ini juga dikenang sebagai pahlawan nasional.
Siapa yang tak kenal pahlawan satu ini, wajahnya juga tertera di uang kertas pecahan Rp 1.000 sejak tahun 2016. Cut Meutia dikenal sebagai pahlawan wanita yang tangguh dan cinta kepada agama dan bangsa.
Cut Meutia juga dikenal sebagai sosok wanita yang rela mati syahid. Ia mengorbankan nyawanya demi membela agama. Cut Meutia meninggal di tangan Belanda, pada 24 Oktober 1910 di Alue Kurieng, pelosok Pirak Timur, Aceh Utara.
Pembukaan jalan ke makam Cut Meutia. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pembukaan jalan ke makam Cut Meutia. (Foto: Dok. Istimewa)
Cut Meutia merupakan seorang anak Uleebalang Teuku Ben Daud dan ibunya Cut Jah. Dia dididik oleh kedua orang tua untuk tidak boleh menyerah pada penjajahan Belanda kala itu. Selain itu, Cut Meutia kecil dididik untuk memahami agama dan ilmu berpedang.
ADVERTISEMENT
Cut Meutia merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Cut Meutia memiliki empat orang saudara laki-laki yaitu Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasen, dan Teuku Muhammad Ali.
Cut Meutia menikah dengan seorang bangsawan bernama Tuanku Syamsarif bergelar Teuku Chik Bintara. Akan tetapi tak lama kemudian mereka bercerai karena sang suami cenderung bersahabat dengan Belanda.
Pahlawan melawan penjajahan (Foto: Antara/Moch Asim)
zoom-in-whitePerbesar
Pahlawan melawan penjajahan (Foto: Antara/Moch Asim)
Usai bercerai, Cut Meutia menikah dengan adik mantan suaminyai, bernama Teuku Chik Muhammad atau dikenal dengan Teuku Chik Tunong. Keduanya bergerilya, keluar masuk hutan melawan ekspansi militer Belanda di wilayah Aceh Utara.
Teuku Chik Muhammad kemudian ditembak mati oleh Belanda pada Maret 1905 di tepi Pantai Lhokseumawe. Jasadnya dimakamkan di Kompleks Masjid Mon Geudong, tidak jauh dari Kota Lhokseumawe.
ADVERTISEMENT
Sebelum meninggal Teuku Chik Muhammad ternyata mewasiatkan ke sahabatnya bernama Pang Nanggroe untuk menikahi Cut Meutia. Bersama suaminya yang ketiga ini, Cut Meutia melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Meski suaminya yang ketiga ini juga ditembak mati oleh Belanda, namun perjuangan Cut Meutia tidak berhenti. Ia terus berjuang dari hutan ke hutan mengusir penjajah Belanda.
Cut Meutia sebagai 'wajah' mata uang baru pecahan Rp 1000 (Foto: Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Cut Meutia sebagai 'wajah' mata uang baru pecahan Rp 1000 (Foto: Fanny Kusumawardhani)
Semasa hidup, Cut Meutia dikenal sebagai ahli pengatur strategi pertempuran. Taktiknya kerap memporak-porandakan pertahanan militer Belanda.
Sempat dibujuk untuk menyerah namun Cut Meutia tetap memilih untuk berperang. Di pedalaman rimba Pasai, Cut Meutia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabi, yang masih berumur sebelas tahun.
Pada tanggal 22 Oktober 1910, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia di daerah Lhokreuhat. Besoknya, 23 Oktober 1910, pasukan Belanda mengejar pasukan Cut Meutia yang berada di pengkolan Krueng Peutoe menuju arah Bukit Paya.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Cut Meutia beserta pasukan muslim lainnya semakin sulit akibat kejaran pasukan Belanda. Basis perjuangan terus berpindah-pindah dari bukit ke bukit di tengah hutan belantara Aceh.
Makam Cut Nyak Meutia. (Foto: Facebook/@Hikayat Aceh)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Cut Nyak Meutia. (Foto: Facebook/@Hikayat Aceh)
Pasukan Belanda kian gencar mengejar Cut Meutia hingga akhirnya tempat persembunyiannya pun diketahui. Pada 24 Oktober 1910 Belanda mengepung Cut Meutia.
Keesokan harinya pertempuran dahsyat pun terjadi, pasukan Cut Meutia dengan semangat jihad maju melawan pasukan Belanda. Cut Meutia memimpin pasukan dengan sebilah rencong.
Ilustrasi penjajahan Belanda (Foto: Twitter@tukangpulas)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penjajahan Belanda (Foto: Twitter@tukangpulas)
Dalam pertempuran itu, Cut Meutia meninggal setelah tiga peluru pasukan Belanda mengenai kepala dan dadanya. Cut Meutia wafat bersama beberapa pejuang muslim dan ulama seperti Teuku Chik Paya Bakong, Teungku Seupot Mata, dan Teuku Mat Saleh. Sebelum wafat, Cut Meutia menitipkan anaknya kepada Teuku Syech Buwah untuk diasuh dan dijaga.
ADVERTISEMENT
Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang bangsa dan agama. Cut Meutia dimakamkan di kawasan hutan lindung Gunung Lipeh, Ujung Krueng Kereuto, Pirak Timur, Aceh Utara..
Atas jasa dan pengorbanan Cut Meutia, negara mengangkatnya sebagai pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964. Sementara itu, sekarang masyarakat Aceh Utara sedang berupaya memperbaiki akses menuju makam Cut Meutia yang terletak di pelosok hutan.