news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dari Benci Lalu Cinta, Naufal Memilih Jadi Driver GO-JEK

4 Januari 2018 10:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Merebut penumpang dan membuat penghasilannya menjadi menurun. Itulah yang Naufal pikirkan sekitar lima tahun lalu tentang GO-JEK. Ia yang dulu biasa mangkal sebagai tukang ojek konvensional di Kampung Melayu, sering dibuat jengkel melihat calon penumpangnya lebih memilih dijemput oleh driver GO-JEK ketimbang menggunakan jasanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau diingat, saya dulu kesel banget sama yang namanya GO-JEK. Saya anggap ini apaan sih, ngerebut-rebut penumpang orang. Kesel saya, benar," ungkap Naufal di Kantor GO-JEK, Pasaraya Blok M, Jakarta, Rabu (3/1).
Hingga suatu hari Naufal didatangi mantan anak didiknya, Billy Kurniawan. Billy sendiri dulunya merupakan salah satu anak jalanan yang ia didik agar bisa hidup normal. Ya, sejak peristiwa kerusuhan 1998 silam, Naufal memang sempat terjun di bidang sosial, membantu mendidik anak-anak jalanan, salah satunya Billy yang saat itu menjadi supervisor recruitmen yang bertugas mengajak tukang ojek pangkalan untuk bergabung di GO-JEK.
"Dia datang ke pangkalan saya. Kaget saya, saya bilang 'Bil, kamu di GO-JEK sekarang?'. Dia bilang, iya bang. Dia lalu ajak saya ke GO-JEK. Saya bilang, ngapain? Apaan tuh GO-JEK, ambil langganan saya," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ia akhirnya luluh juga dengan rayuan satu-satunya anak jalanan yang berhasil ia didik itu. Naufal pun menurut saat diajak ke kantor GO-JEK yang saat itu berada di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan.
"Awalnya saya tuh kesal ya, sebagai opang lama saya hampir 12 tahun sembari di yayasan. Alhamdulillah, Billy ini menjelaskan, kalau di GO-JEK bisa santai, enggak nawarin. Tapi saya kan gaptek, sama dia diajarin. Saya alhamdulillah, dipertemuan dengan Billy sampai sekarang jadi driver GO-JEK," ujarnya.
Naufal juga menuturkan, setelah jumlah driver GO-JEK begitu banyak, kini Billy tidak lagi bertugas mencari tukang ojek pangkalan. Billy kini beralih menjadi driver GO-JEK, sama seperti dirinya.
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Usai resmi bergabung di GO-JEK, Naufal pun menawarkan hal yang sama ke rekan-rekannya satu pangkalan. Meski, tawarannya tersebut lebih banyak mendapatkan penolakan. Namun, ia tidak pernah bosan menjelaskan bahwa menjadi driver GO-JEK sebenarnya lebih enak daripada menjadi tukang ojek pangkalan.
ADVERTISEMENT
"Lebih enak, kita diajarkan etika membawa penumpang, kerapihan, selalu pakai sepatu, safety riding, gitu tuh. Terus kita enggak perlu menawarkan penumpang, penghasilannya besar juga," ucap Naufal.
Ia mengaku, saat pelatihan sempat tidak percaya jika penghasilan dari menarik penumpang di GO-JEK bisa begitu besar. S
"Istri saya sampai kaget, kamu ngerampok di mana? Gitu katanya. Saya bilang, ini asli uang saya, dari narik GO-JEK. Dari situ saya bisa menyekolahkan anak saya, hingga S1. Saat ini sudah lulus, sudah bekerja, semua berkat GO-JEK," ujarnya bahagia.
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Selama menjadi driver GO-JEK, ada berbagai pengalaman menarik yang ia dapatkan. Meski ada beberapa customer yang ia akui agak menggelitik kesabarannya, namun banyak juga yang membuatnya terenyuh dengan kebaikan mereka.
ADVERTISEMENT
Termasuk pengalamannya dengan seorang mahasiswa Universitas Bina Nusantara (BINUS).
"Waktu itu saya ambil order mahasiswa BINUS. Dia ini orang kaya, tapi lagi enggak bawa mobil karena katanya pengen nyobain pakai GO-JEK," ujarnya bercerita.
Customer ini cukup unik, menurut Naufal. Saat hujan turun cukup deras, ia menolak mengenakan jas hujan yang ditawarkan oleh Naufal.
"Dia malah ngajakin saya makan, sambil berteduh. Dia yang bayar," kata Naufal.
Tidak cukup dengan itu, saat sampai di tujuan --rumah mahasiswa tersebut, Naufal tidak langsung menerima upahnya. Ia diminta menunggu di luar karena mahasiswa tersebut mengaku tidak membawa uang.
"Padahal saya tahu, dia kan ngantongin uang. Saya pikir ada apa. Ternyata dia masuk ambil sepatu buat saya. Ternyata dia sepanjang jalan merhatiin sepatu saya yang rusak. Saya terharu banget. Ini sih pengalaman yang enggak akan saya lupakan seumur hidup," ungkapnya.
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Sejak menjadi GO-JEK, Naufal juga merasa hasrat sosialnya jadi lebih mudah dilampiaskan. Ia sendiri sempat cukup lama berkecimpung membantu anak-anak jalanan setelah peristiwa 1998 dengan bergabung di LSM Gema Mandiri Bangsa.
ADVERTISEMENT
"Nah, salah satunya itu Billy Kurniawan ini. Dia ambil spion begitu cepat kan, akhirnya kita didik itu enggak baik," katanya.
Namun, ia mulai berpikir untuk mendidik anak jalanan cukup berat. Hidup yang begitu keras, ditambah lingkungan yang kurang kondusif, membuat mereka susah untuk berubah.
Hingga tahun 2003 ia mengenal salah satu Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di luar negeri yang melihat website LSM tempatnya bekerja, Mutia. Karena mendidik anak jalanan dianggap cukup sulit, Naufal dan Mutia akhirnya bekerjasama membentuk Yayasan Bulir Padi yang khusus membantu anak-anak kurang mampu yang berpotensi menjadi anak jalanan.
"Anak rumahan yang kumuh, miskin. Jangan terjun ke jalan. Kita beri beasiswa, orang tuanya kita beri bantuan modal. Akhirnya Bu Mutia mau bekerja sama dengan saya, mendirikan Yayasan Bulir Padi. Dananya independent, dari teman-temannya PPI salah satunya," kisahnya.
ADVERTISEMENT
Ia besyukur, beasiswa yang ia berikan kepada anak-anak marjinal sejak tahun 2003 melalui Yayasan Bulir Padi kini sudah ada hasilnya. Ia tidak menyangka, bahkan berkat beasiswa yang ia berikan, ada seorang anak tukang sayur yang kini sudah lulus dan sukses menjadi pengusaha.
"Waktu itu ketemu, dia udah bawa mobil, kan. Dadah-dadah sama saya. Saya ikut bangga juga. Kepuasan batin kita udah senang," ungkap Naufal.
Tidak hanya pengusaha, anak-anak kurang mampu yang mendapatkan beasiswa dari Yayasan Bulir Padi kini sudah sukses di berbagai profesi. Naufal mengungkapkan, cita-citanya sejak sekolah untuk bisa membantu banyak orang kini bisa terwujud.
"Ya tapi tercapai juga cita-cita saya menjadi orang kaya. Bukan dalam arti sesungguhnya. Membantu masyarakat dari donatur-donatur (di Yayasan Bulir Padi)," ucapnya sambil tertawa kecil.
ADVERTISEMENT
Selain Yayasan Bulir Padi, Naufal juga memiliki dua perpustakaan yang berada di Kampung Melayu dan Palmerah. Dari dulu, ia memang selalu membawa buku-buku pelajaran dan bacaan untuk dibaca anak-anak jalanan. Makin lama, dengan bantuan Mutia, ia pun bisa mendirikan dua perpustakaan yang bisa digunakan secara cuma-cuma bagi siapapun yang ingin datang.
"Kadang, saya kalau lagi bawa customer, terus kan kita ngobrol. Ada juga tuh yang akhirnya ngasih beberapa buku, ikut nyumbang. Alhamdulillah," ucapnya.
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Naufal, driver GO JEK. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Rasa solidaritas yang kuat antar driver GO-JEK juga membuat Naufal begitu kagum. Naufal pun tak pernah absen mengikuti berbagai kegiatan bakti sosial yang rutin diadakan oleh para para driver.
"Kalau ada anak atau driver yang sakit, atau kena musibah, biasanya kita akan bahu membahu untuk menolong. Karena kalau sudah pakai ini (atribut GO-JEK) kan jadinya bersaudara," ujar Naufal sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya bakti sosial dan santunan rutin kepada anak-anak yatim, para driver GO-JEK ini juga sering menggelar kebaikan kecil seperti menyapu paku di jalan. Biasanya, mereka akan berkumpul dan memulai sweeping dengan menggunakan magnet di jalan.
"Kan bahaya itu. Siapa pun yang kena, itu bahaya. Coba bayangin kalau lagi kencang, terus bannya bocor kena paku. Dan lebih ngeri itu kalau pakunya dibuat dari payung bekas yang dipotong-potong. Itu enggak bisa ditambal, harus diganti," tambahnya.
Meski dengan menjadi driver Naufal tidak terikat dengan waktu kerja tertentu, namun ia berprinsip Sabtu-Minggu hanya untuk kegiatan sosial. Sementara, hari Senin hingga Jumat, ia gunakan untuk mencari nafkah, yang juga sebagian ia alokasikan ke yayasan dan kegiatan sosial.
ADVERTISEMENT
Naufal begitu bersyukur dipertemukan dengan mantan anak didiknya, Billy. Ia selalu membayangkan, jika ia tidak bertemu dengan Billy saat itu, ia mungkin masih menyimpan benci yang tak berguna kepada GO-JEK.
"Hidup saya pun mungkin tidak akan seperti ini, anak saya mungkin tidak bisa sekolah tinggi. Pokoknya, terima kasih banget lah sama GO-JEK," pungkasnya.