Daripada Plastik Dibuang Jadi Limbah, Lebih Baik Dimakan Saja

30 November 2017 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evoware (Foto: Instagrm/@evowareworld)
zoom-in-whitePerbesar
Evoware (Foto: Instagrm/@evowareworld)
ADVERTISEMENT
Limbah plastik menjadi salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan di Bumi. Tidak lain dan bukan, ini akibat ulah manusia yang membuang plastik sembarangan. Wadah makanan dan minuman sisa manusia yang tertimbun, sulit terurai sehingga jadi sampah abadi.
ADVERTISEMENT
Menurut data Bank Dunia, setiap orang dari 250 juta populasi Indonesia bertanggung jawab atas 0,8 hingga 1 kg sampah plastik di lautan. Dalam hal ini, Indonesia berada di peringkat dua setelah China, menurut laporan jurnal Science pada 2015.
Untuk menanggulangi masalah limbah plastik pernahkah terpikir untuk memakannya ketimbang membuangnya? Iya, memakan wadah plastik.
Sebuah perusahaan startup di Jakarta, Evoware, memiliki ide brilian mengubah wadah plastik yang sebelumnya limbah menjadi penganan. Perusahaan ini membuat gelas yang bisa dimakan oleh manusia.
Benda-benda ini berbahan dasar rumput laut, teksturnya seperti jeli dan memiliki beragam rasa mulai dari mint hingga green tea.
Bukan cuma gelas, perusahaan yang menggandeng petani rumput laut lokal sebagai mitranya ini, berinovasi dengan wadah lainnya seperti pembungkus teh atau kopi yang larut dalam air. Menggunakan bahan biodegradable, pembungkus ini sangat mudah terurai untuk mengurangi kontaminasi terhadap lingkungan
ADVERTISEMENT
Para pengusaha kuliner yang menggunakan produk Evoware, sama saja ikut mengurangi penggunaan limbah plastik.
"Saya mendukung program ramah lingkungan ini," jelas Ong, pengusaha kuliner sekaligus pemilik Evoware yang juga digunakan untuk wadah es krim buatannya, seperti yang dikutip dari Reuters pekan lalu.
Sebagai seorang pengusaha kuliner, Ong menyadari bahwa inovasi ini membutuhkan waktu lama bagi masyarakat untuk beradaptasi dan beralih menggunakan Evoware. Terlebih harga produk Evoware lima kali lebih mahal dari harga gelas es krim pada umumnya.
David Christian, salah satu pendiri Evoware, mengatakan bahwa ide membuat wadah dengan bahan-bahan rumput laut itu dilandasi oleh keinginannya menumpas masalah ledakan sampah plastik di tempat tinggalnya, yakni Jakarta.
"Saya melihat berapa banyak sampah yang diproduksi oleh masyarakat dalam sehari di kota ini, butuh ratusan hingga ribuan tahun untuk menguraikannya," tambah David.
ADVERTISEMENT
David memilih rumput laut sebagai bahan utama karena Indonesia memproduksi 10 juta ton rumput laut setiap tahunnya dan akan terus meningkat menjadi 19 juta ton di tahun 2020.
Hal tersebut dimanfaatkan David sebagai peluang yang apik untuk mendukung bisnis serta keinginannya dalam mengurangi limbah plastik.
Produk-produk Evoware hingga kini masih dibuat secara handmade dan manual sehingga masih diperlukan inovasi atau perkembangan lain untuk bisa bersaing dengan harga plastik di pasaran.
Meski terbilang masih mahal, banyak pelanggan yang mengharapkan Evoware terus bertahan dan produknya semakin banyak dijual dipasaran demi membangun kesadaran masyarakat pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi limbah plastik.
"Saya harap kedepannya kemasannya bisa lebih baik dan tidak menggunakan plastik," kata salah satu pelanggan, Vince Lantang Helda.
ADVERTISEMENT