"Daripada Uang Saya Habis karena Judi, Lebih Baik untuk Konservasi"

4 April 2018 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nelayan asal Bali, I Made Kikik, memutuskan berhenti dari kebiasaan lamanya sebagai pejudi dan memilih menjadi penyelamat penyu dengan melakukan konservasi. Meski harus menghadapi berbagai tantangan, Kikik tak menyerah. Sebab baginya, penyulah yang menyelamatkan kehidupannya.
Kikik sebelumnya hobi mabuk-mabukan dan berjudi. Sebagian besar waktu dan uangnya terhambur karena hal tersebut.
Namun suatu ketika pada Mei 2007 silam, ia melihat telur penyu dimakan gerombolan biawak. Kemudian hari berikutnya Kikik melihat telur penyu dimakan anjing. Peristiwa itu mengetuk hatinya dan membuat pandangan hidupnya berubah.
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Kikik tergerak untuk menyelamatkan telur-telur tersebut dan kemudian dibawa ke Turtle Conservation and Education Center (TCEC) di Pulau Serangan, Denpasar. Di sana ia mulai belajar bagaimana konservasi penyu, dari masih berwujud telur, menetaskan menjadi tukik, hingga kemudian melepaskan tukik kembali ke habitatnya.
ADVERTISEMENT
"Saya dulu bandar judi dan mabuk-mabukan. Berkat telur penyu ini saya berhenti. Daripada saya jadi sampah masyarakat terus, lebih baik berbuat sesuatu untuk alam," katanya.
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Sudah lebih dari 10 tahun Kikik melakukan konservasi penyu dengan mendirikan Kelompok Konservasi Penyu (KKP) Saba Asri. Lokasi penangkaran penyu yang sebelumnya ala kadarnya, kini sudah lebih baik berkat usaha kerasnya sendiri dan bantuan dari berbagai pihak.
Tak hanya untuk konservasi telur penyu saja, Kikik dan Kelompok Konservasi Penyu (KKP) Saba Asri juga peduli terhadap keselamatan penyu-penyu di alam. Seperti ketika ada dua penyu hijau yang cedera karena ulah manusia, penyu-penyu itu dirawat di KKP Saba Asri.
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Melakukan konservasi penyu bukan tanpa tantangan. Kikik sempat mendapat penolakan dari istri karena dianggap terlalu sibuk mengurusi penyu. Dia juga pernah digerebek Satpol PP dan BKSDA Bali karena dinilai melakukan konservasi tak sesuai aturan.
ADVERTISEMENT
Berbagai tantangan lain ia hadapi seperti mahalnya biaya pembuatan area konservasi yang aman, dan biaya pakan penyu. Tak jarang Kikik harus membayar warga yang menemukan telur penyu agar tidak dikonsumsi. Biasanya setiap telur penyu dihargai Rp 3.000.
Kikik menyebut, pemahaman warga tentang pentingnya konservasi penyu masih rendah. Meski sudah banyak sosialisasi bahwa jumlah penyu di alam bebas semakin berkurang, kepedulian warga masih rendah.
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Walau menghadapi banyak tantangan, Kikik tak patah arang. Hidupnya kini didedikasikan untuk menyelamatkan penyu, binatang yang pernah menjadi penyelamat hidupnya.
Saat ini Bali Zoo membuka donasi online untuk membantu Kikik merawat penyu. Jika Anda tergerak untuk membantu Kikik dan Kelompok Konservasi Penyu Saba Asri, dapat menyalurkan bantuan di sini melalui tautan berikut:
ADVERTISEMENT