Data 50 Juta Pengguna Facebook Dicuri Untuk Kampanye Pemenangan Trump

19 Maret 2018 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan media sosial Facebook. (Foto: Yves Herman/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan media sosial Facebook. (Foto: Yves Herman/Reuters)
ADVERTISEMENT
Konsultan analis data asal Inggris, Cambridge Analytica, dilaporkan telah mencuri lebih dari 50 juta data pribadi pengguna Facebook. Aktivitas itu mereka lakukan sebagai upaya memenangkan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat di tahun 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Minggu (18/3) mengutip pemberitaan New York Times dan The Observer, pencurian data yang dilakukan oleh Cambridge Analytica tersebut merupakan salah satu pencurian data terbesar dalam sejarah Facebook.
Media Inggris, The Observer mengungkapkan Cambridge Analytica telah mencuri data pengguna Facebook sejak awal 2014 untuk menciptakan sebuah program perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memprediksi dan mempengaruhi pilihan para pemilih di kotak suara.
Menurut pengakuan Christopher Wylie, whistleblower, sekaligus sosok yang ikut mendirikan Cambridge Analytica, sistem perangkat lunak yang mereka ciptakan mampu menjejali lini masa para pengguna Facebook, yang datanya telah dicuri, dengan iklan-iklan politik.
“Kami mengeksploitasi Facebook untuk menghimpun jutaan profil pribadi milik orang-orang. Setelah itu, kami menciptakan beberapa sistem untuk mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menarget 'sisi gelap' dari diri mereka. Itu adalalah tujuan awal dari dibangunnya perusahaan kami,” kata Wylie kepada The Observer.
ADVERTISEMENT
Donald Trump (Foto: REUTERS/Win McNamee)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump (Foto: REUTERS/Win McNamee)
Jaksa Agung Negara Bagian Massachusetts, Maura Healey, lewat akun Twitter miliknya mengatakan bahwa pihaknya akan segera memulai investigasi atas terbongkarnya kasus pencurian data tersebut. “Warga Massachusetts harus segera mendapat jawaban dari Facebook dan Cambridge Analytica,” ujarnya di akun Twitter miliknya.
Komisi Informasi Kerajaan Inggris, The United Kingdom’s Information Commission, pada Sabtu (17/3) juga mengumumkan pihaknya akan segera memulai proses investigasi terhadap Cambridge Analytica.
“Setiap kriminal yang namanya muncul dalam investigasi ini akan dikejar tanpa ampun,” kata seorang anggota komisioner, Elizabeth Denham.
Sementara pada Jumat (16/3), pihak Facebook menyatakan telah menangguhkan aktivitas Cambridge Analytica setelah menemukan kebijakan data pribadi mereka dilanggar. Dengan penangguhan tersebut, Cambridge Analytica dan korporasi induknya, Strategic Communication Laboratories (SCL), sudah tidak dapat menampilkan iklan atau mengelola akun milik klien mereka.
ADVERTISEMENT