Dedi Mulyadi Tak Menduga Ditumbangkan Asyik: Ada Serangan Darat Masif

2 Juli 2018 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
ADVERTISEMENT
Cawagub Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan ada sejumlah faktor yeng membuatnya kalah di Pilgub Jabar 2018. Kekalahan tersebut tak diduga karena perolehan suaranya bahkan di bawah pasangan Sudrajat-Syaikhu.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, selain karena adanya basis massa pasangannya, cagub Deddy Mizwar yang pindah ke pasangan Sudrajat-Syaikhu, juga adanya serangan yang dilakukan lawan politik di waktu-waktu terakhir. Khususnya saat masa tenang yang ditetapkan KPU.
"Kita enggak menduga ada gerakan yang sangat luar biasa dan gerakan itu masif bukan hanya pada isu, tapi pada aspek darat. Gerakan door to doornya berjalan," kata Dedi saat jumpa pers di kantor DPP Golkar, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (2/7).
Ia menjelaskan serangan tersebut dilakukan secara rapi menyasar langsung rumah-rumah warga dengan selebaran, hingga paket ke masing-masing rumah.
"Dari mulai selebaran di setiap rumah kemudaian ada paket-paket di setiap rumah berjalan denegan baik. Iya dilakukan di masa tenang sehari menjelang pemilihan masih berjalan dan itu tersistem dan sangat merata di seluruh Jabar," tudingnya.
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
Hal itu yang membuat dirinya merasa kecolongan karena tak menduga Sudrajat-Syaikhu menggunakan serangan darat tersebut sehingga menggerus suara pemilihnya.
ADVERTISEMENT
"Siapa sih yang bisa menduga itu. Misalnya dalam ruas wilayah Jabar yang begitu luas, kemudian kita hanya ada perbedaan tipis dengan Pak RK (Ridwan Kamil) kita kan menganggap bahwa saingan utamanya Pak RK dalam berkompetisi pada waktu itu. Tetapi kita tidak menduga dalam waktu cepat itu bisa berubah," jelasnya.
"Bukan hanya pemilihan gubernur, pemilihan bupati, walikota juga mengalami hal yang sama. Jadi calon yang tidak diduga, tetapi didukung oleh Gerindra dan PKS bisa melejit dalam waktu 1 minggu," imbuhnya.
Dengan adanya fenomena tersebut, ia mengingatkan seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi partainya nanti dalam menghadapi kontestasi pileg dan pilpres ke depan. Sehingga, kejadian serupa tak terulang lagi.
"Artinya bahwa ini sesuatu yang harus dicermati Partai Golkar ketika menghadapi pemilu 2019, karena kan paket pileg dan pilpres bareng sehingga kita harus pandai untuk merumuskan langkah-langkah isu strategis apa yang diusung sehingga kita tidak mengalami nasib serupa," pungkasnya.
ADVERTISEMENT