Demokrat Anjlok karena Tak Usung Capres Sendiri

18 April 2019 11:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Partai Demokrat Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Partai Demokrat Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Meski mengalami penurunan, namun Partai Demokrat menjadi salah satu partai yang berhasil lolos ke parlemen. Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, salah satu faktor anjloknya suara Demokrat adalah karena partai berlambang mercy itu tidak memiliki capres-cawapres sendiri.
ADVERTISEMENT
Bahkan, meski mendukung paslon Prabowo-Sandi, namun Demokrat masih terkesan setengah hati. Jika dibandingkan parpol koalisinya, Adi menilai, Demokrat lebih memilih bermain di jalan tengah.
"Kalau kita baca trend PKS ada kecenderungan disukai karena sikap politik PKS jelas, sikap oposisinya jelas, bukan oposisi setengah hati. Demokrat dengan posisi tengah juga kurang menguntungkan, karena kecenderungan rakyat enggak bisa di tengah," kata Adi kepada kumparan, Kamis (18/4).
Selain itu, menurutnya, faktor lain yang menyebabkan suara Demokrat turun adalah 'hilangnya' sosok kuat seperti Ketum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bisa meningkatkan suara partai. Ia menyebut, hingga saat ini Demokrat belum punya figur sebaik SBY yang bisa mengembalikan kejayaan partai.
"Tidak ada tokoh segaris dengan SBY, dan tidak ada figur-figur yang semantap SBY yang bisa meng-cover dan meningkatkan performa Demokrat seperti di 2009 lalu," kata
ADVERTISEMENT
"Jadi wajar kalau suaranya tidak signifikan," imbuhnya.
Menurutnya, Demokrat memang memiliki Komandan Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang digadang-gadang akan menggantikan ayahnya. Namun, Adi menilai, sosok AHY yang masih baru belum bisa menjahit kekuatan politik SBY di 2009.
"Karena dalam politik itu butuh waktu lama. Tidak otomatis bapaknya tokoh besar, kemudian anaknya langsung besar," jelasnya.
Selain ini, Adi menyebut, salah satu faktor anjloknya suara Demokrat adalah karena partai berlambang mercy itu tidak memiliki capres-cawapres sendiri. Bahkan, meski mendukung paslon Prabowo-Sandi, namun Demokrat masih terkesan setengah hati.
Prabowo sambut kedatangan SBY. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ketua Divisi Media Partai Demokrat Imelda Sari menegaskan hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil real count dari KPU. Namun, ia mengakui, partai mana pun yang memiliki capres sendiri pasti mendapat keuntungan lebih.
ADVERTISEMENT
"Sejak awal memang analisis kita, yang punya capres akan dapat keuntungan. Namun di dapil-dapil para caleg juga bekerja luar biasa, termasuk Pak SBY dan Ibu Ani Yudhoyono sebelum sakit, juga Mas AHY," jelas Imelda.
Bahkan, menurutnya, keluarga Yudhoyono tersebut telah berjuang berkeliling Indonesia untuk mendongkrak suara partai. Tak hanya itu, Imelda menegaskan, seluruh jajaran petinggi Demokrat juga ikut terjun langsung ke lapangan.
"Harus dilihat upaya ini untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat telah dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh seluruh jajaran pimpinan Demokrat," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Riset Charta Politika Muslimin menilai suara Demokrat masih tertolong karena strategi mereka yang lebih memprioritaskan partai dibanding paslon yang mereka usung. Sebab, Demokrat sebenarnya tidak akan menerima efek ekor jas dari koalisi Prabowo-Sandi yang mayoritas berasal dari partai Islam.
ADVERTISEMENT
"Paling utama memang, relatif Partai Demokrat ini enggak pernah menerima efek ekor jas. Karena limpahannya hanya Gerindra dan Parpol Islam," pungkas Muslimin.
Pada Pileg 2014 lalu, meski memilih abstain, namun Partai Demokrat berhasil mengantongi suara 10,19 persen atau turun setengah dari Pileg 2009 yang mencapai 20,85 persen. Sedangkan di Pileg 2019, berdasarkan hasil hitung cepat di sejumlah lembaga survei, Demokrat hanya berhasil mengantongi sekitar 7,5 persen saja.