Demul: Sudrajat Melesat karena Demiz Punya Sejarah Dekat dengan PKS

2 Juli 2018 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Mulyadi di DPP Partai Golkar. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
ADVERTISEMENT
Calon wakil gubernur Jawa Barat nomor 4 Dedi Mulyadi menilai, melonjaknya suara paslon nomor 3 Sudrajat-Ahmad Syaikhu juga dipengaruhi oleh pasangannya, yakni calon gubernur Deddy Mizwar alias Demiz. Sebab, Deddy memiliki sejarah dekat dengan PKS dan Gerindra--partai yang mengusung Sudrajat-Syaikhu.
ADVERTISEMENT
"Saya dengan Pak Demiz itu kan dua irisan berbeda. Demiz kan memiliki sejarah yang cukup dekat dengan PKS," kata Dedi di Kantor DPP Golkar, Kemanggisan, Jakarta Barat, Senin (2/7).
Menurutnya, sebelum dipinang Partai Demokrat untuk duet bersama Golkar maju di Pilgub Jabar, Deddy kerap melontarkan gagasannya yang sepaham dengan Gerindra dan PKS. Sehingga, pada Pilgub Jabar kemarin, sejumlah kabupaten dan kota yang menjadi wilayah pemenangan Demiz, beralih memilih Sudrajat-Syaikhu.
Kaos 2018 asyik Menang 2019 Ganti Presiden. (Foto: Iqbal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaos 2018 asyik Menang 2019 Ganti Presiden. (Foto: Iqbal/kumparan)
"Bisa dilihat terjadinya penurunan elektabilitas di wilayah tersebut dalam satu bulan terakhir. Walaupun pada satu minggu terakhir, kita juga melihat sesuatu yang lebih mengejutkan lagi, perubahan sangat luar biasa dan itu bisa dilihat," lanjutnya.
Tak hanya itu, lonjakan suara pasangan Asyik juga dipengaruhi gerakan #2019GantiPresiden. Politikus Golkar itu mengatakan, gerakan tersebut menjadi salah satu faktor terkuat mengapa Sudrajat-Syaikhu bisa melibas suaranya dan Deddy Mizwar.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah sejak lama menduga sejak di debat di Depok kemudian muncul kaus #2019GantiPresiden. Saya waktu itu sudah mengatakan ini warning bagi pasangan kami yang akan tergerus," tuturnya.
Bahkan, menurut Dedi, gerakan #2019GantiPresiden itu juga dinilainya telah berhasil merebut suara di daerah-daerah pemenangannya.
"Pada basis pemilih tradisional saya itu yang Rawa Subang, Purwakarta, Garut, sebagian Cirebon, tidak memiliki perubahan yang signifikan. Faktor itu yang sangat mempengaruhi perolehan suara di Provinsi Jabar," ujarnya.