Deretan Kejanggalan pada Ledakan Gudang Petasan Kosambi

9 November 2017 16:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Gerbang dikunci semua depan belakang, gak bisa masuk,” kata Anwar.
ADVERTISEMENT
Lelaki 26 tahun itu suami Arsiyah, salah satu korban meninggal dalam tragedi ledakan pabrik kembang api Kosambi, Tangerang, Kamis (26/11).
Gerbang pabrik itu konon memang selalu tertutup rapat. Seperti menyimpan rahasia besar, gembok selalu menggantung di gerbang depannya.
Yang mengerikan, saat ledakan dan kebakaran terjadi di pabrik itu, para pekerja terjebak di dalamnya. Warga pun kesulitan untuk mengevakuasi mereka. Api sudah berkobar besar, sedangkan gerbang bergembok tak dapat dibuka.
Tak dapat masuk dari gerbang, warga lantas menjebol tembok kiri pabrik. Mereka menyelamatkan pekerja yang masih bisa diselamatkan.
Setelah Pabrik Petasan itu Meledak. (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
Beben, Lurah Batulayang, Cililin, Bandung Barat, mengatakan ada 12 orang warganya yang juga sanak saudaranya menjadi korban ledakan di gudang pabrik tersebut.
Beben membeberkan, 12 warganya itu tak bilang bekerja di pabrik kembang api kawat Kosambi. Kepada Beben, mereka mengaku bekerja di pabrik stiker di Tangerang.
ADVERTISEMENT
“Mereka itu (kerja) sembunyi-sembunyi,” tutur Beben.
Mengapa gerbang pabrik yang seharusnya menjadi jalur keluar masuk selalu digembok? Mengapa harus bekerja sembunyi-sembunyi?
Berbagai pertanyaan itu terlontar saat gudang PT. Panca Buana Cahaya Sukses meledak dan terbakar, merenggut 49 nyawa pekerja di sana, dari total 103 orang yang berada di dalam pabrik.
Gudang yang dikira orang digunakan sebagai pabrik plastik itu nyatanya difungsikan sebagai gudang pabrik kembang api. Warga sekitar tak tahu-menahu soal itu.
“Saya kira itu pabrik pengolahan limbah. Baru tahu juga kalau ternyata pabrik kembang api kawat,” kata Eben, salah satu warga Cengklong, desa yang berbatasan dengan Desa Belimbing, Kosambi, di mana pabrik tersebut berdiri.
Sisa ledakan pabrik kembang api Kosambi (Foto: Prima Gerhard/kumparan )
Terletak di sekitar kompleks Pergudangan 99 Kosambi, Tangerang, gudang PT. Panca Buana Cahaya Sukses sebetulnya tampak wajar.
ADVERTISEMENT
Gerbang utama yang menjulang tinggi, beratap asbes, dan dikelilingi besi-besi tua, tampak selayaknya gudang pada umumnya--walau lokasinya tak betul-betul ada di dalam kompleks pergudangan, melainkan di sebuah gang kecil dan berseberangan dengan SMP Negeri 1 Kosambi.
Beben sudah cukup lama tinggal dan bekerja di Desa Cengklong yang terletak tak jauh dari gudang dalam gang itu. Namun ia, seperti kebanyakan warga sekitar, tak tahu gudang itu pabrik petasan. Padahal, tempat Beben bekerja, Kantor Kepala Desa Cengklong, hanya berjarak 50 meter dari pabrik tersebut.
Saat ledakan terjadi, Kamis pagi 26 Oktober 2017, Beben tak sedang di sekitar pabrik. Ia tengah berkeliling desa. Hingga akhirnya, Beben melihat asap hitam membubung tinggi. Ia segera menuju tempat munculnya asap, tahu pasti ada yang tak beres.
ADVERTISEMENT
Namun belum sampai ke lokasi, ia mendengar dentum ledakan kedua, ditambah asap yang makin hitam pekat. Bencana tercium di udara.
“Waktu itu tiga kali ledakan. Saya merasakan ledakan yang kedua. langsung saya datangi. Sudah gelap sekali, asap semakin tebal,” kata Beben.
Bersama warga sekitar, Beben turut membantu memadamkan api dengan sumber air yang ada. Ia mengangkat ember hingga galon yang bisa digunakan untuk memadamkan kobar api yang membesar.
Nahas, api tak kunjung padam. Butuh waktu setidaknya tiga jam untuk benar-benar memadamkan api di pabrik itu.
Murid-murid SMPN 1 Kosambi yang sedang belajar pun turut dievakuasi karena asap hitam tebal menyebar menyelimuti sekolah di seberang kanan pabrik itu.
Ledakan gudang petasan di Kosambi (Foto: Antara/Muhammad Iqbal)
Wati, perempuan 40 tahun yang menjaga warung di sekitar pabrik, ikut mengungsi bersama orang-orang di sekitar pabrik.
ADVERTISEMENT
“Semua orang di sini langsung mengungsi ke Pergudangan 99. Di sana ada lapangan kayak kebon, luas. Pada nunggu di sana,” kata Wati.
Saat kejadian ledakan, ia belum tahu pabrik apa yang terbakar itu. Hingga akhirnya Wati menonton berita di televisi, dan barulah mengetahui pabrik yang terbakar dekat rumahnya tersebut adalah pabrik kembang api.
“Kaget juga, ternyata itu pabrik kembang api. Kasihan sama orang-orang sini, banyak yang sudah tua. Pas evakuasi juga agak lama. Bahaya bener ada pabrik kembang api di deket sini,” ujar Wati.
Perdebatan dan kasak-kusuk bermunculan sejak saat itu. Perizinan pabrik yang digunakan sebagai gudang kembang api dipertanyakan.
Berbagai kejanggalan--mulai dari warga sekitar yang tak tahu-menahu tentang penggunaan pabrik sebagai gudang kembang api, gerbang yang selalu terkunci bahkan saat ledakan terjadi, hingga minimnya pengawasan keselamatan pekerja pabrik, berujung pada pertanyaan penting: siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini?
Tragedi Ledakan Pabrik Kembang Api Kosambi (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Pemerintah setempat turut angkat bicara tentang perizinan gudang PT. Panca Buana Cahaya Sukses. Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan izin pendirian gudang kembang api kawat di Kosambi itu sudah lengkap sejak 2016. Side plan hingga surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) telah dilengkapi oleh Indra Liyono, pemilik pabrik.
ADVERTISEMENT
“Izin sudah komplit semua, karena ini di zona kawasan pergudangan dan industri. Dan dari izinnya itu, memang sudah ada packing untuk pabrik kembang api. Izinnya sudah selesai di 2016,” ujar Zaki, malam hari pasca-ledakan terjadi.
Zaki menjelaskan, bangunan tersebut semula memang hanya digunakan sebagai gudang, namun kemudian dialihfungsikan menjadi tempat pengemasan produk. “Mereka (pemilik) minta peningkatan menjadi pabrik packing untuk kembang api kemasan.”
Tentu saja perizinan yang lengkap tak lantas meluruhkan polemik terkait keamanan dan keselamatan para pekerja di pabrik itu.
Eddy Kusuma Wijaya, anggota Komisi III DPR dari daerah pemilihan Banten III (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan) yang meninjau lokasi kebakaran gudang sehari setelah petaka terjadi, menilai kondisi gudang kembang api itu memang tak sesuai standar.
ADVERTISEMENT
“Dari segi gedung, yah... gedung ini tidak memadai sebagai tempat untuk pabrik atau pembuatan petasan yang sangat rentan terhadap api. Atapnya saja seng,” kata Eddy.
Seng yang merupakan jenis logam, masuk kategori bahan kimia mudah terbakar. Dan jika terbakar, reaksinya amat cepat sehingga dapat menimbulkan ledakan--persis seperti yang terjadi di pabrik kembang api Kosambi.
Menurut Polda Metro Jaya, seorang tukang las bernama Subarna Ega mengelas atap seng pabrik. Percikan api dari pengelasan itu lalu jatuh ke bawah. Padahal, di bawah banyak bahan baku petasan. Tak pelak, percikan api berbuah kobar besar yang meledakkan seisi gudang tiga kali berturut-turut.
Subarna--bersama pemilik PT. Panca Buana Cahaya Sukses, Indra Liyono, dan Direktur Operasional Andri Hartanto--telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun keberadaan Subarna hingga kini belum diketahui. Ia diduga turut menjadi korban tewas--yang beberapa di antaranya belum teridentifikasi.
Sisa ledakan pabrik kembang api Kosambi (Foto: Prima Gerhard/kumparan )
Selain itu, dari 103 pekerja di gudang petasan celaka itu, hanya beberapa di antaranya yang diikutsertakan BPJS Ketenagakerjaan. Sekitar 27 orang, tak sampai separuhnya.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, perusahaan melanggar aturan upah pekerja dengan memberikan upah di bawah standar minimum Kabupaten Tangerang yang mestinya Rp 3.270.936 per bulan. Di pabrik kemang api tersebut, buruh dewasa hanya menerima upah Rp 50.000 per hari--yang artinya tak lebih dari Rp 1.500.000 dalam sebulan.
Sementara buruh anak diupah Rp 40.000 per hari--yang dalam sebulan tak lebih dari Rp 1.200.000. Dan soal buruh anak ini jadi masalah lain, sebab PT. Panca Buana Cahaya Sukses jelas melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan mempekerjakan buruh di bawah umur, yakni yang belum mencapai usia 18 tahun.
Ramah Wati salah satunya. Anak perempuan 14 tahun yang tinggal di Desa Belimbing, Kosambi, itu menjadi salah satu korban tewas. Total ada 9 orang anak yang bekerja di pabrik petasan itu. Dari 9 anak itu, 4 orang meninggal saat ledakan terjadi. Mereka rata-rata baru bekerja dua bulan di sana.
ADVERTISEMENT
Pemilik dan direktur PT. Panca Buana Cahaya Sukses, Indra Liyono dan Andri Hartanto, mengatakan mempekerjakan buruh di bawah umur karena kasihan. Menurut keduanya, banyak warga sekitar meminta anak-anak mereka yang putus sekolah dibantu agar dapat bekerja di pabrik.
Kelindan persoalan kian pelik karena perusahaan tak punya data karyawan. Akibatnya, proses identifikasi jenazah korban terhambat.
Korban Kosambi dibawa pulang keluarga (Foto: Sigid Kurniawan/Antara)
Pabrik kembang api PT. Panca Buana Cahaya Sukses mungkin hanya satu dari sekian banyak pergudangan lain yang melanggar UU Ketenagakerjaan. Keadilan bagi para pekerja yang menjadi korban pun masih belum jelas titik terangnya.
Jangan sampai petaka terulang dan korban jatuh kembali.