Derita Bayu Lima Tahun Menanti Donor Ginjal

9 Agustus 2018 9:47 WIB
Suasana operasi laparoskopi selama transplantasi ginjal di Rumah Sakit. (Foto: AFP PHOTO/Brendan Smialowski)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana operasi laparoskopi selama transplantasi ginjal di Rumah Sakit. (Foto: AFP PHOTO/Brendan Smialowski)
ADVERTISEMENT
Bayu (25) tak pernah menyangka cedera yang ia alami saat bermain futsal 5 tahun yang lalu akan mengubah jalan hidupnya. Kala itu Bayu merasakan nyeri di sekitar punggung bagian bawah hingga pantat. Namun dia mengabaikan rasa sakit tersebut dan tetap beraktivitas normal.
ADVERTISEMENT
Hingga tiga bulan setelahnya Bayu merasa tubuhnya sangat lemas, sering pusing, dan pandangan kabur. Pemuda asal Jakarta Selatan itu lantas memeriksakan dirinya ke dokter dan diputuskan untuk mengikuti pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Ternyata tulang ekor belakang Bayu mengalami pembengkokan dan menyebabkan saluran perkemihan terhambat. Kondisi ini menyebabkan air buangan menumpuk hingga merendam ginjal kirinya.
"Di situ yang namanya spina bifida mempengaruhi perkemihan saya. Lalu setelah dicek lab pun hemoglobin saya rendah, ureum dan kreatinin fungsi ginjal sudah melonjak tinggi," ujar Bayu saat ditemui kumparan di kedai kopi di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (6/8).
Dokter memutuskan Bayu harus melakukan cuci darah rutin untuk menyelamatkan ginjalnya yang rusak dan mengurangi racun di tubuh. Bayu mengaku shock. Dia tak menyangka di umurnya yang kala itu baru 20 tahun, harus mengalami gagal ginjal.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada sebagian air yang dikeluarkan, ada juga yang mengendap di tubuh sehingga itu membuat cairan tersebut rifluks yang mengakibatkan ginjal dan mengurangi fungsi ginjal saya, yang diharuskan saya melakukan proses cuci darah," ujar Bayu.
Bayu, Pasien gagal ginjal (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayu, Pasien gagal ginjal (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
Tahun pertama, Bayu mengaku sulit menerima kenyataan yang mengharuskannya cuci darah seminggu dua kali untuk menyambung hidup. Tak jarang selama masa kuliah, Bayu sering absen ujian karena kondisi tubuhnya tidak mendukung. Namun sekuat tenaga ia berusaha menyelesaikan pendidikannya.
"Pernah waktu lagi mau UAS (ujian akhir semester-red) harus operasi, akhirnya aku kabur dari rumah sakit buat ujian dulu terus langsung ke rumah sakit lagi," tuturnya.
Dokter menyebut hanya ada dua solusi untuk menyelamatkan hidup penderita gagal ginjal. Yakni cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga mendukung Bayu untuk melakukan transplantasi. Ayahnya bersedia menyerahkan satu ginjal untuk putranya tersebut. Namun Bayu menolak karena tak tega dengan ayahnya.
Bayu, pasien gagal ginjal, Kamis (9/8). (Foto: Marissa Krestianti/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Bayu, pasien gagal ginjal, Kamis (9/8). (Foto: Marissa Krestianti/kumparan )
Pria yang bekerja sebagai wiraswasta ini berusaha mencari pendonor ginjal tanpa meminta imbalan. Sebab jika membeli ginjal, biaya operasi untuk transplantasi dan pengobatan setelahnya tidak akan ditanggung BPJS.
Bayu mengakui, sulit mendapatkan ginjal secara cuma-cuma dari orang lain. Namun segala usaha ia lakukan untuk mencari pendonor, salah satunya dengan menceritakan kisahnya di akun Facebook. Tak disangka banyak yang menawarkan ginjal untuknya.
"Kadang ada yang DM (direct message-red) saya pribadi ngasih message 'Mas butuh ginjal enggak? Saya ingin mendonorkan ginjal saya secara ikhlas'. Nah kata ikhlas itu menurut saya tidak sepenuhnya ikhlas, pasti ada tanda kutip di belakangnya setelah dia nanti mendonorkan ginjal ke saya," tutur Bayu.
ADVERTISEMENT
Ia hampir mengiyakan tawaran-tawaran yang masuk, namun khawatir ketahuan oleh tim advokasi dan Komite Transplantasi. Sebab setiap pendonor akan diwawancara untuk dicari tahu hubungannya dengan pasien serta kesiapan mentalnya.
Akhirnya Bayu memutuskan untuk tidak membeli ginjal pada orang lain. Ia masih menunggu seseorang yang mungkin ikhlas mendonorkan ginjalnya.
Bayu, Pasien gagal ginjal (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayu, Pasien gagal ginjal (Foto: Tomy Wahyu Utomo/kumparan)
Dia juga khawatir jika membeli ginjal dari orang lain biaya pengobatannya tak akan ditanggung BPJS lagi. Padahal biaya cuci darah begitu tinggi. Pasien harus merogoh kocek setidaknya Rp 1,5 juta untuk setiap cuci darah. Dalam sepekan, mereka harus cuci darah dua kali. Selain itu ada biaya obat yang nilainya jauh lebih mahal yakni sekitar Rp 10 juta setiap bulannya.
Setelah melalui perjuangan yang tak mudah, kini selangkah lagi penantiannya terbayarkan. Ada seorang perempuan yang mengaku siap mendonorkan satu ginjalnya untuk Bayu. Dia adalah kekasih yang akan menjadi istrinya. Bayu bahkan tidak menyangka atas keputusan calon istrinya tersebut.
ADVERTISEMENT
“Aku sebenarnya juga enggak tahu ya mungkin Tuhan memberikan jodoh sama saya. Di saat saya sakit, saya tidak kepikiran sama sekali masa depan saya, apakah nanti punya jodoh atau tidak, apakah ada yang mau sama saya,” ucapnya.
Tidak langsung mengiyakan keputusan kekasihnya, ia berkali-kali menanyakan tujuan kekasih mendonorkan ginjal. Bayu menyebut alasan kekasihnya adalah demi masa depan keluarga kelak setelah menikah. Kekasihnya rela mendonorkan ginjalnya dengan syarat mereka menikah dan memiliki seorang anak terlebih dahulu.
Bayu juga bersyukur keluarga kekasihnya mendukung keputusan anaknya tersebut untuk mendonorkan ginjalnya pada Bayu. Bahkan Ibu kekasihnya pun sempat menawarkan mendonorkan satu ginjalnya. Tetapi tawaran tersebut ia tolak karena golongan darah yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku ada pergolakan batin untuk menerima tawaran kekasihnya. Bayu pun meminta syarat pula untuk meyakini dirinya bahwa kekasihnya benar-benar siap, yakni dengan memintanya untuk mengubah pola hidup yang sehat.
“Dia membuktikan dan meyakinkan saya. Bahkan di ponselnya dia kasih pengingat untuk minum air putih yang banyak dan hidup yang sehat. Semua itu saya minta juga untuk kebaikan dia setelah mendonorkan ginjalnya,” tutur Bayu.
Simak selengkapnya konten spesial kumparan dalam topik Makelar Ginjal.